Istilah pendidikan
jasmani berawal dari Amerika Serikat berawal dari istilah gymnastics, hygiene,
dan physical culture Siedentop (1972).Berikut pengertian pendidikan jasmani menurut
ahli :
Ø Cholik Mutohir (Cholik Mutohir, 1992).
Olahraga adalah proses
sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong
mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/
pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi,
kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Ø Nixon and Cozens (1963: 51)
Mengemukakan bahwa
pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan
yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan
dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.
Ø Dauer dan Pangrazi (1989: 1)
Mengemukakan bahwa
pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang
memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan
perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan
sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara
yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program
pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada
domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
Ø Bucher,
(1979).
Mengemukakan pendidikan
jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara
keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif,
sosial, dan emosional.
Ø Ateng (1993)
Mengemukakan; pendidikan
jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui
berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik,
neuromuskuler, intelektual dan emosional.
Ø Siedentop (1991),
Seorang pakar pendidikan
jasmani dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan jasmani
dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan melalui aktivitas
jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan
gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran jasmani,
penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan dari,
tentang, dan melalui aktivitas jasmani".
Ø Jesse Feiring Williams (1999; dalam Freeman, 2001)
Pendidikan jasmani adalah
sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya
pemahaman bahwa:
Manakalah pikiran
(mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan,
pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi
kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta
yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan
melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga
terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok,
pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika.’ Pendidikan melalui
fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas fisikal (aktivitas
jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk
pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara
fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu
perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama
dengan siswa lain.
Ø Rink (1985)
Mendefinisikan pendidikan
jasmani sebagai "pendidikan melalui fisikal", seperti:
‘Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten, maka basil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikal-nya. Hal ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani.’ Pendapat lain namun dalam ungkapan yang senada, seperti diungkapkan.
‘Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten, maka basil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikal-nya. Hal ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani.’ Pendapat lain namun dalam ungkapan yang senada, seperti diungkapkan.
Ø James A.Baley dan David A.Field (2001; dalam Freeman, 2001)
Menekankan bahwa
pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan
upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini menyebutkan bahwa:
‘Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran
secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan
estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.’
Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan
kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai
aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit usaha
sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan
upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi.
Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani
yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak
fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.
Ø Freeman (2001:5)
Menyatakan pendidikan
jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok bagian, yaitu:
Pendidikan jasmani
dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu: beberapa aktivitas fisikal atau
beberapa tipe gerakan tubuh. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi
secara umum mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang
tidak selalu harus didapat perbedaan yang mencolok. Meskipun para siswa
mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini, tetapi keuntungan bagi
siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non-fisikal pun bisa diraih seperti:
perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga perkembangan
kognitif dan afektif. Secara utuh, pemahaman yang harus ditangkap adalah:
pendidikan jasmani menggunakan media fisikal untuk mengembangkan kesejahteraan
total setiap orang. Karakteristik pendidikan jasmani seperti ini tidak terdapat
pada mata pelajaran lain, karena hasil kependidikan dari pengalaman belajar
fisikal tidak terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja. Konteks melalui
aktivitas jasmani yang dimaksud adalah konteks yang utuh menyangkut semua
dimensi tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan pikiran. Tentu,
pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang terdidik fisiknya, tetapi
juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan total manusia, seperti yang
dimaksud dengan konsep “kebugaran jasmani sepanjang hayat”. Seperti diketahui,
dimensi hubungan tubuh dan pikiran menekankan pada tiga domain pendidikan,
yaitu: psikomotor, afektif, dan kognitif. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan
jasmani dan olahraga,
Ø Syer & Connolly (1984); Clancy (2006); Begley (2007),
Menyebutkan hal senada
bahwa “tubuh adalah tempat bersemayamnya pikiran.” Ada unsur kesatuan pemahaman
antara tubuh dengan pikiran.
Kesatuan Unsur Tubuh dan
Pikiran Salah satu masalah besar, untuk selama bertahun-tahun lamanya seolah
tidak akan pernah tuntas, adalah perdebatan antara intelektual dan jasmani.
Kepercayaan banyak orang adalah bahwa tubuh terpisah dari pikiran, yang kemudian
memunculkan pemahaman "dualisme" dan cenderung mengarah pada pikiran
adalah sesuatu yang diutamakan, sementara tubuh adalah sesuatu yang inferior.
Sebagai contoh, sering didapatkan pada rohaniawan yang mengutamakan pada
kesempurnaan pikiran, daripada kesejahteraan fisiknya. Bahkan sampai pada
keyakinan bahwa pikiran berada di atas unsur tubuh, dan mengendalikan semua
sistem tubuh yang ada. Sebaliknya, ada juga filosofi yang menyebutkan bahwa
tubuh dan pikiran bersatu, yang kemudian dikenal sebagai aliran pemahaman
holism, suatu kesatuan antara tubuh dan pikiran. Keyakinan ini dapat dengan
mudah dikenali, seperti yang sering didengar sebuah semboyan Orandum est ute
sit men sana in corpore sano atau seperti: a sound mind in a sound body
(Krecthmar, 2005:51). Moto seperti ini, sering dijadikan rujukan dalam setiap
pelaksanaan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani memanfaatkan aktivitas
jasmani untuk mengembangkan aspek tubuh dan pikiran, dan bahkan aspek
spiritual. Hal ini pun menjadi fokus orientasi utama dalam pengembangan
aktivitas jasmani sebagai upaya pengembangan utuh-manusia.Pertanyaan utama yang
patut dimunculkan adalah apakah benar keyakinan terhadap kesatuan tubuh dan
pikiran? Pada kenyataannya di masyarakat sering ditemukan keyakinan bahwa tubuh
dan pikiran berada pada sifat dualism. Sesungguhnya, pendidikan jasmani mencoba
membuktikan dan meyakinkan setiap orang bahwa tubuh dan pikiran berpadu menjadi
satu kesatuan dalam konsep holism, meskipun pikiran berada di atas kedudukan
tubuh. Inilah bukti bahwa perdebatan itu akan senantiasa muncul sebagai akibat
adanya dinamika dalam pemikiran. Pendapat yang bijak dapat dimunculkan ketika
mencoba memposisikan diri pada pemikiran netral, bijak dalam memposisikan
masing-masing pendapat, pikiran mengendalikan tubuh, tetapi tubuh pun dapat
memberikan informasi dan mempengaruhi pikiran. Pembenaran akan dapat diterima
ketika apa yang terjadi sesuai dengan landasan teoritisnya. Tetapi, teori dapat
diterima ketika sejalan dengan apa yang terjadi.
Ø Menurut WHO
Pendidikan Jasmani
adalah kegiatan
jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan.
Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan
dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual.
Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan
bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang
dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.
Ø Kesimpuan Zandra Dwanita Widodo dari seluruh tokoh pendidikan tentang arti dari pendidikan
jasmani, yaitu pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai bagian integral dari
suatu proses pendidikan secara keseluruhan, melalui kegiatan fisik yang dipilih
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler,
interperatif, sosial, dan emosional melalui kegiatan jasmani yang intensif
untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
E. Definisi Pendidikan Olahraga menurut
Tokoh-tokoh Pendidikan
Berikut pengertian pendidikan olahraga menurut
ahli :
Ø Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) Olahraga yaitu ikut serta dalam aktivitas
fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau
dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat)
Ø Renstrom & Roux 1988, dalam
A.S.Watson,Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D.,
1992) Olahraga adalah
serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak
(mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas
hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya
periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan,
tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris
dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya
maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada
siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or dari pada siswa-siswa yang
tidak aktif mengikuti Penjas-Or .
Ø World Conference On Education and Sports for
Culture of Peace (I0C, Juli 1999), menyebutkan bahwa:
i. Olahraga
adalah suatu sekolah kehidupan dan dapat menjadi sekolah perdamaian.
ii. Olahraga
dapat membangun jembatan perdamaian di antara orang-orang dan ras.
iii . Olahraga adalah hak asasi manusia seperti hak
pendidikan, hak untuk identitas
iv. Olahraga
adalah alat yang baik untuk memperkenalkan kebiasaan dari kehormatan.
Ø Ensiklopedia Indonesia makna olahraga adalah
gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau
rombongan.
Ø Menpora Maladi pengertian olahraga yaitu mencakup segala kegiatan manusia yang
ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya, cita-cita
nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya.
Ø UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas
fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan
melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”.
F. Pendekatan-Pendekatan
Dalam Pembelajaran Penjas
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa
istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung
untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini
akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan
memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai
sasaran.
3. Mempertimbangkan dan
menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai
dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan
menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur
dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha
v Berikut ada beberapa pendekatan-pendekatan dalam
pembelajaran penjas
Ø Pendekatan Reflektif
Pendekatan reflektif merupakan pengabungan metode atau model pembelajaran yang biasa juga dikatakan bahwa pendekatan alternatif karena guru dituntut untuk bagaimana mencari atau melihat perbedaan karakter siswa secara keseluruhan.
Pendekatan reflektif juga menekankan kreativitas penumbuhan kondisi pembelajaran yang kondusif melalui penerapan berbagai keterampilan pengajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Guru yang reflektif selalu melakukan penilaian terhadap lingkungan sekitar dalam upaya mengidentifikasi rencana proses pengajarannya.
Praktek pembelajaran reflektif adalah bagian dari proses pembelajaran yang mengatakan bahwa saya menjadi sadar akan pengalaman sebelumnya. Dan pendekatan reflektif juga mendorong peserta didik untuk berfikir kreatif, mempertanyakan sikap dan mendorong kemandirian belajar.
Pendekatan reflektif merupakan pengabungan metode atau model pembelajaran yang biasa juga dikatakan bahwa pendekatan alternatif karena guru dituntut untuk bagaimana mencari atau melihat perbedaan karakter siswa secara keseluruhan.
Pendekatan reflektif juga menekankan kreativitas penumbuhan kondisi pembelajaran yang kondusif melalui penerapan berbagai keterampilan pengajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Guru yang reflektif selalu melakukan penilaian terhadap lingkungan sekitar dalam upaya mengidentifikasi rencana proses pengajarannya.
Praktek pembelajaran reflektif adalah bagian dari proses pembelajaran yang mengatakan bahwa saya menjadi sadar akan pengalaman sebelumnya. Dan pendekatan reflektif juga mendorong peserta didik untuk berfikir kreatif, mempertanyakan sikap dan mendorong kemandirian belajar.
Ø Pendekatan Modifikasi
Olahraga
Pendekatan modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP.” Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah perubahan tersebut. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dianggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya.
Pendekatan modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP.” Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah perubahan tersebut. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dianggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya.
Ø Pendekatan Berbasisi
Masalah
Pendekatan berbasis masalah merupakan pendekatan yang dimana seorang guru memberikan kesempatan anak untuk berpikir analisis, dan kritis melalui latihan lalu memecahkan masalah yang didapat dan didasarkan pada dunia nyata anak.
Pendekatan berbasis masalah merupakan pendekatan yang dimana seorang guru memberikan kesempatan anak untuk berpikir analisis, dan kritis melalui latihan lalu memecahkan masalah yang didapat dan didasarkan pada dunia nyata anak.
Ø Pendekatan Inquiry &
discovery
Pendekatan ini merupakan proses pembelajaran yang melakukan sendiri (menemukan sendiri) sedangkan Discovery adalah suatu pendekatan yang dimana guru mendorong siswa untuk mengalami dan melakukan percobaan menemukan jati diri berdasarkan pengalaman dalam dunia nyata.
- Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
- Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri.
- Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.
Pendekatan ini merupakan proses pembelajaran yang melakukan sendiri (menemukan sendiri) sedangkan Discovery adalah suatu pendekatan yang dimana guru mendorong siswa untuk mengalami dan melakukan percobaan menemukan jati diri berdasarkan pengalaman dalam dunia nyata.
- Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
- Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri.
- Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.
Ø Pendekatan Pastisipatorik
Pendekatan ini menuntut guru dimana untuk menjadi fasilitator dan menuntuk guru sebagai:
- Menekankan keterlibatan peserta didik secara penuh.
- Pendidik dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar
- Peserta didik dianjurkan sebagai subjek belajar
- Mendorong tumbuh dan berkembangnya jiwa demokrasi serta kemampuan mengemukakan dan menerima pendapat.
Pendekatan ini menuntut guru dimana untuk menjadi fasilitator dan menuntuk guru sebagai:
- Menekankan keterlibatan peserta didik secara penuh.
- Pendidik dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar
- Peserta didik dianjurkan sebagai subjek belajar
- Mendorong tumbuh dan berkembangnya jiwa demokrasi serta kemampuan mengemukakan dan menerima pendapat.
Ø Pendekatan Kooperatif
Kooperatif itu adalah merupakan pelaksanaan pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain dimana pembelajaran tergantung pada ahli dalam kelompok
- Pendekatan kooperatif merupakan pembelajaran secara sadar dan sisitematis yang sili asa. Silih asi dan silih asu. Antara siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat Nyata.
- Ada beberapa tahap dalam model pendekatan kooperatif yaitu Pembentukan, Pengaturan, Perumusan dan Penyerapan
Kooperatif itu adalah merupakan pelaksanaan pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain dimana pembelajaran tergantung pada ahli dalam kelompok
- Pendekatan kooperatif merupakan pembelajaran secara sadar dan sisitematis yang sili asa. Silih asi dan silih asu. Antara siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat Nyata.
- Ada beberapa tahap dalam model pendekatan kooperatif yaitu Pembentukan, Pengaturan, Perumusan dan Penyerapan
Ø Pendekatan Berbasis
Proyek
Menurut Thomas 2001 Dkk mengatakan bahwa penjaran berbasis proyek atau sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif yang menekankan belajar kontestual melalui kegiatan-kegiatan yang kontes.
Menurut Thomas 2001 Dkk mengatakan bahwa penjaran berbasis proyek atau sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif yang menekankan belajar kontestual melalui kegiatan-kegiatan yang kontes.
Ø Pendekatan Scaffolding
Pendekatan scaffolding merupakan pembelajaran yang berjenjang dan sistematis dan memungkinkan peserta didik untuk mendapat keterampilan baru atau diluar kemampuannya.
Pendekatan scaffolding merupakan pembelajaran yang berjenjang dan sistematis dan memungkinkan peserta didik untuk mendapat keterampilan baru atau diluar kemampuannya.
Anda sedang membaca artikel Definisi Pendidikan Jasmani Menurut Tokoh- Tokoh Pendidikan Jasmani. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar