Seorang pakar pendidikan jasmani
dari Amerika Serikat, Siedentop (1991), mengatakan bahwa pada masa tahun
1990-an pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan
melalui aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya
telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 dan menekankan pada kebugaran
jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan dari,
tentang, dan melalui aktivitas jasmani".
Menurut Jesse Feiring Williams
(1999; dalam Freeman, 2001), pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas
jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa:
‘Manakala pikiran (mental) dan
tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang
menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah
manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat
dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal.
Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon
emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental,
intelektual, emosional, dan estetika.’ 2
Pendidikan melalui
fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas fisikal (aktivitas
jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk
pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara
fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu
perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama
dengan siswa lain. Rink (1985) juga mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai
"pendidikan melalui fisikal", seperti:
‘Kontribusi unik pendidikan
jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang
menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh
para guru yang kompeten, maka hasil berupa perkembangan utuh insani menyertai
perkembangan fisikal-nya. Hal ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani
menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani.’
Pendapat lain namun dalam
ungkapan yang senada, seperti diungkapkan Barrow (2001; dalam Freeman, 2001)
adalah bahwa pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang
dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media
aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan
jasmani (exercise). Hasil yang ingin dicapai adalah individu yang terdidik
secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik,
dan bermakna ketika hanya berhubungan dengan sisi kehidupan individu.
Dalam menempatkan posisi
pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa kontribusi pendidikan jasmani hanya
akan bermakna ketika pengalaman-pengalaman gerak (aktivitas jasmani) dalam
pendidikan jasmani berhubungan dengan proses kehidupan seseorang secara utuh di
masyarakat. Dengan demikian, manakala pengalaman dalam pendidikan jasmani tidak
memberikan kontribusi pada pengalaman kependidikan lainnya, maka pasti terdapat
kekeliruan dalam pelaksanaan program pendidikan jasmaninya.
James A. Baley dan David A.Field
(2001; dalam Freeman, 2001) menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud
adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih
lanjut kedua ahli ini menyebutkan bahwa:
‘Pendidikan jasmani adalah suatu
proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular,
intelektual, sosial, 3
kultural,
emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai
aktivitas jasmani.’
Aktivitas jasmani yang dipilih
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas
fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai aktivitas jasmani yang wajar,
aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan
atau aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan
olahraga kepelatihan atau prestasi.
Pendidikan jasmani memusatkan
diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot-otot
besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan,
olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.
Dengan demikian, Freeman (2001:5)
menyatakan pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok
bagian, yaitu:
1. Pendidikan jasmani
dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu: beberapa aktivitas fisikal atau
beberapa tipe gerakan tubuh.
2. Aktivitas jasmani
meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup berbagai aktivitas gross
motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus didapat perbedaan yang
mencolok.
3. Meskipun para siswa mendapat
keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini, tetapi keuntungan bagi siswa
tidak selalu harus berupa fisikal, non-fisikal pun bisa diraih seperti:
perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga perkembangan
kognitif dan afektif.
Secara utuh, pemahaman yang harus
ditangkap adalah: pendidikan jasmani menggunakan media fisikal untuk
mengembangkan kesejahteraan total setiap orang. Karakteristik pendidikan
jasmani seperti ini tidak terdapat pada matapelajaran lain, karena hasil
kependidikan dari pengalaman belajar fisikal tidak terbatas hanya pada
perkembangan tubuh saja. Konteks melalui aktivitas jasmani yang dimaksud adalah
konteks yang utuh menyangkut semua dimensi tentang manusia, seperti halnya
hubungan tubuh dan pikiran.
Tentu, pendidikan jasmani tidak
hanya menyebabkan seseorang terdidik fisiknya, tetapi juga semua aspek yang
terkait dengan kesejahteraan total manusia, seperti yang dimaksud dengan konsep
“kebugaran jasmani sepanjang hayat”. Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh
dan pikiran menekankan pada tiga domain pendidikan, yaitu: psikomotor, afektif,
dan kognitif. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga, Syer
& Connolly (1984); Clancy (2006); Begley (2007), menyebutkan hal senada
bahwa “tubuh adalah 4
tempat
bersemayamnya pikiran.” Ada unsur kesatuan pemahaman antara tubuh dengan
pikiran.
1. Kesatuan Unsur Tubuh dan
Pikiran
Salah satu masalah besar, terjadi
selama bertahun-tahun lamanya dan seolah tidak akan pernah tuntas, adalah
perdebatan antara intelektual dan jasmani. Kepercayaan banyak orang adalah
bahwa tubuh terpisah dari pikiran, yang kemudian memunculkan pemahaman
"dualisme" dan cenderung mengarah pada pikiran adalah sesuatu yang
diutamakan, sementara tubuh adalah sesuatu yang inferior. Sebagai contoh,
sering didapatkan pada rohaniawan yang mengutamakan pada kesempurnaan pikiran
daripada kesejahteraan fisiknya. Bahkan sampai pada keyakinan bahwa pikiran
berada di atas unsur tubuh, dan mengendalikan semua sistem tubuh yang ada.
Sebaliknya, ada juga filosofi
yang menyebutkan bahwa tubuh dan pikiran bersatu, yang kemudian dikenal sebagai
aliran pemahaman holism, suatu kesatuan antara tubuh dan pikiran.
Keyakinan ini dapat dengan mudah dikenali, seperti yang sering didengar sebuah
semboyan Oradum est ute sit men sana in corpore sano atau seperti: a
sound mind in a sound body (Krecthmar, 2005:51). Moto seperti ini, sering
dijadikan rujukan dalam setiap pelaksanaan pendidikan jasmani. Pendidikan
jasmani memanfaatkan aktivitas jasmani untuk mengembangkan aspek tubuh dan
pikiran, dan bahkan aspek spiritual. Hal ini pun menjadi fokus orientasi utama
dalam pengembangan aktivitas jasmani sebagai upaya pengembangan utuh-manusia.
Pertanyaan utama yang patut
dimunculkan adalah apakah benar keyakinan terhadap kesatuan tubuh dan pikiran?
Pada kenyataannya di masyarakat sering ditemukan keyakinan bahwa tubuh dan
pikiran berada pada sifat dualism. Sesungguhnya, pendidikan jasmani
mencoba membuktikan dan meyakinkan setiap orang bahwa tubuh dan pikiran berpadu
menjadi satu kesatuan dalam konsep holism, meskipun pikiran berada di
atas kedudukan tubuh. Inilah bukti bahwa perdebatan itu akan senantiasa muncul
sebagai akibat adanya dinamika dalam pemikiran. Pendapat yang bijak dapat
dimunculkan ketika mencoba memposisikan diri pada pemikiran netral, bijak dalam
memposisikan masing-masing pendapat, pikiran mengendalikan tubuh, tetapi tubuh
pun dapat memberikan informasi dan mempengaruhi pikiran. Pembenaran akan dapat
diterima ketika apa yang terjadi sesuai dengan landasan teoritisnya. Tetapi,
teori dapat diterima ketika sejalan dengan apa yang terjadi. 5
2. Sejarah Istilah Pendidikan
Jasmani
Sejarah istilah pendidikan
jasmani di Amerika Serikat berawal dari istilah gymnastics, hygiene,
dan physical culture Siedentop (1972). Di tanah air, istilah pendidikan
jasmani berawal dari istilah gerak badan atau aktivitas jasmani. Dalam
perjalanan sejarah juga pernah mengalami istilah pendidikan olahraga,
pendidikan jasmani kesehatan rekreasi, pendidikan jasmani kesehatan, sebelum
kembali pada istilah pendidikan jasmani sekarang ini. Perjalanan ini
menunjukkan ketidak-konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani yang diemban
di tanah air, terombang-ambing pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi
yang diyakini masyarakat. Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal istilah
matapelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, tetapi seolah sepakat
semua orang menyebutnya sebagai matapelajaran olahraga. Bahkan diantara para
guru-nya pun lebih senang dipanggil sebagai guru olahraga daripada guru
pendidikan jasmani. Inilah bukti ketidak-konsistenan arah dan tujuan pendidikan
jasmani di tanah air.
Istilah gymnastics yang
pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun 1800-an, yang merujuk pada
aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di gymnasium. Istilah ini juga
populer di negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai bagian fase
perkembangan program pendidikan jasmani. Pada saat ini, karena terjadi
penciutan makna, berubah menjadi lebih spesifik, seperti: olympic gymnastics
atau corrective gymnastics.
Hygiene, suatu istilah populer lainnya
pada tahun 1800-an, yang mengacu pada pengetahuan untuk mengantarkan orang
menjadi sehat. Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900-an meski menjadi
istilah health education. Pada saat kemunculan itu para pemimpin di
bidang pendidikan jasmani memusatkan diri dan mengembangkan diri untuk bias
mengantarkan para siswanya sehat.
Istilah lain yang pernah muncul
di Amerika Serikat adalah physical culture. Pada sekitar tahun 1800-an,
istilah ini sangat dekat dengan tema pelatihan jasmani, yang lebih mengarah
pada program latihan kondisi fisik. Program seperti ini juga sering
diselenggarakan pada program militer mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak
akan sesuai jika diselenggarakan dalam program pendidikan jasmani di sekolah.
3. Hubungan Pendidikan Jasmani,
Play (bermain) dan Sport
Dalam merumuskan pengertian
pendidikan jasmani harus dipertimbangkan dalam hubungan-nya dengan bermain
(play) dan olahraga (sport). Berbagai studi di negara maju telah menelusuri dan
6
mengembangkan
konsep bermain dan implikasinya bagi kesejahteraan-total manusia. Demikian juga
dengan studi tentang pendidikan jasmani dan olahraga, tetapi sesungguhnya
ketiga istilah itu memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Bermain adalah aktivitas yang
digunakan untuk mendapatkan kesenangan, keriangan, atau kebahagiaan. Dalam
budaya Amerika bermain adalah aktivitas jasmani non-kompetetif, meskipun
bermain tidak harus berbentuk aktivitas jasmani. Bermain, seyogyanya bukanlah
pendidikan jasmani atau olahraga. Tetapi sayang, kegiatan aktivitas jasmani
anak-anak di masa lalu, seperti: eggrang, bakiak, gobag sodor, atau gebuk
bantal dikategorikan sebagai olahraga tradisional dari bentuk permainan, maka
tidak jelas perbedaannya dengan kegiatan olahraga secara umum. Penulis
menyadari, secara tidak sengaja telah terjadi keragaman makna olahraga
seharusnya dikategorikan sesuai dengan tujuannya, namun demikian sangat
memungkinkan terjadinya kerancuan dalam pemaknaan hakiki olahraga. Kerancuan
ini terjadi pada pemaknaan konsep bermain dengan konsep olahraga tradisional.
Karena itu, disarankan olahraga tradisional tetap saja sebagai kegiatan
permainan, dan bukan mengarah pada makna kompetisi atau olahraga.
Sport, jika diartikan sebagai
olahraga (ingat: olahraga bisa bermakna ganda, olahraga dalam Bahasa Indonesia,
yang berarti membina raga, mengembangkan tubuh agar sehat, kuat, dan atau
produktif; dan olahraga dalam pemaknaan konsep sport). Sport dalam
sistem budaya Amerika adalah bentuk aktivitas bermain yang diorganisir dan
bersifat kompetetif. Coakley (2001), menyatakan bahwa olahraga memiliki tiga
indikator, yaitu: 1) sebagai bentuk keterampilan tingkat tinggi; 2) dimotivasi
oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik motivasi; dan 3) ada lembaga yang mengatur
dan mengelolanya. Sport dalam budaya Amerika tidak sama dengan olahraga dalam
budaya Indonesia. Karena itu pula, olahraga bukanlah sport. Sebagai contoh:
cobalah bandingkan ketika: a) sepuluh orang anak bermain sepakbola di suatu halaman
serambi swalayan, masing-masing berusaha memasukan bola ke gawang lawan, dengan
b) sebelas orang pemain PERSIB bertanding sepakbola melawan sebelas orang
pemain PERSIJA. Manakah yang disebut olahraga? Dan manapula yang disebut
sebagai kegiatan bermain?
Lebih lanjut, olahraga dalam
konteks sport adalah keterampilan yang diformalkan kedalam beberapa
tingkatan dan dikendalikan oleh aturan atau peraturan yang telah disepakati.
Meskipun peraturan tersebut tertulis atau tidak tertulis, tetapi diakui sebagai
rujukan bersama dan tidak bisa diubah ketika sedang melakukan olahraga
tersebut. 7
Olahraga tidak
dapat diartikan terpisah dari ciri kompetitif-nya. Ketika olahraga kehilangan
ciri kompetitifnya, maka aktivitas jasmani itu menjadi bentuk permainan atau
rekreasi. Bermain dapat berubah menjadi olahraga, sementara olahraga tidak akan
pernah menjadi bentuk bermain; unsur kompetitif menjadi aspek penting pada
kegiatan olahraga sebagai sport.
Pendidikan jasmani memiliki ciri
bermain dan olahraga, tetapi secara eksklusif bukanlah suatu kombinasi yang
setara diantara istilah bermain dan olahraga. Seperti sudah dikemukakan pada
bagian awal tulisan ini, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah aktivitas
fisik dan juga aktivitas pendidikan, tetapi baik itu kegiatan bermain atau
olahraga (sebagai sport), keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
proses kependidikan, hampir selalu pengalaman aktivitas jasmani dapat
dimanfaatkan untuk pencapaian kepentingan pendidikan.
Bermain, olahraga (sport) dan
pendidikan jasmani mengandung unsur "gerak insani". Ketiganya dapat
dimanfaatkan untuk proses kependidikan. Bermain dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan relaksasi dan hiburan, tanpa ada dampak pada tujuan pendidikan,
seperti juga olahraga muncul bukan diarahkan untuk kepentingan-kepentingan
pendidikan. Sebagai contoh: beberapa atlet profesional (dalam beberapa cabang
olahraga) tidak menunjukkan adanya ciri-ciri kependidikan. Sedangkan, ada pula
beberapa ahli kependidikan jasmani belum menerapkan olahraga sebagai ciri
kehidupannya. Keriangan dan pendidikan bukanlah sesuatu yang bermakna
eksklusif, tetapi semua itu dapat dan harus muncul bersama-sama.
Beragamnya makna olahraga oleh
masyarakat menandakan bahwa olahraga memiliki sejuta makna yang dapat
diterjemahkan menurut selera dan wawasan pengetahuan masyarakat itu sendiri.
Makna yang sangat sederhana adalah aktivitas jasmani. Namun terkadang juga
diterjemahkan sebagai bentuk "prestasi" dari penampilan keterampilan
tingkat tinggi. Makna olahraga bercampur antara olahraga sebagai aktivitas
jasmani, bermain, atau gerak badan, sampai dengan makna olahraga sebagai bentuk
"prestasi" tingkat tinggi. Sistem budaya dan kepercayaan kemudian
menentukan bahwa olahraga di masyarakat terbagi ke dalam olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Selain itu juga dikenal olahraga
kesehatan, olahraga rehabilitiasi, dan olahraga tradisional. Hal ini terjadi
ditunjang pula oleh nilai-nilai atau keyakinan yang diperoleh, untuk kemudian
dikelompokkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan olahraga. 8
Pelaksanaan
pengajaran pendidikan jasmani terjadi dalam dua paradigma. Pertama, pendidikan
olahraga yang lebih menekankan pada pemanfaatan olahraga sebagai alat
pendidikan. Bersamaan dengan itu pula dapat disebut sebagai pendidikan kedalam
olahraga atau sering disebut sebagai “sport education.” Kedua, paradigma
pemanfaat aktivitas jasmani sebagai ciri dari gerak insani.
Gerak atau aktivitas jasmani
dikemas, diorganisasikan, dan dibelajarkan kepada siswa sehingga diharapkan
siswa menjadi terbiasa hidup aktif sepanjang hayat dan mengantarkan siswa
memiliki kualitas hidup (terutama fisikal) yang lebih baik. Pemanfaatan
aktivitas jasmani inilah yang kemudian menyebut penyandang profesinya sebagai
“guru pendidikan jasmani.” Tetapi, kata olahraga sering mengambil dari istilah
“sport”, yang menuntut pada praktik pelatihan, pengulangan, atau pemeroleh
keterampilan teknik dasar kecabangan olaharaga.
Pemerolehan teknik kecabangan
olahraga ini menuntut siswa berprestasi, sehingga dengan demikian melahirkan
sebutan penyandang profesinya adalah “guru olahraga.” (Lihat Gambar 1).
Gerak Insani
Olahraga ≠ Sport
Sport Skills
Aktivitas Jasmani
Guru Olahraga
Guru Pendidikan Jasmani
Prestasi
Kualitas Hidup
Pemerolehan
Teknik Dasar/Keterampilan
Aktivitas
Jasmani Sepanjang Hayat
Orientasi
Belajar-Mengajar
Training,
Drilling, Coaching
Gambar 1.
Gambar 1.
Paradigma
Profesi Terkait Pendidikan Jasmani 9
Makna
pendidikan jasmani juga dapat ditelaah dari pandangan keragaman atau spektrum
aktivitas jasmani. Seorang Guru Besar (Almarhum) Prof.Dr.Supandi mendefinisikan
olahraga sebagai aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar berada
dalam rentang bermain dan bekerja. Dalam pengertian ini nampak jelas
inti dan akar pembahasannya terletak pada kegiatan aktivitas jasmani.
Mungkinkah suatu saat kelak, istilah yang dikenal banyak orang hanyalah
“olahraga” untuk mewakili semua kegiatan aktivitas jasmani yang ada. Terhadap
pandangan ini, nampak jelas kajian antropologi, psikologi, dan sosiologi dapat
membantu memperjelas munculnya paradigma seperti yang dikemukakan di atas.
Aktivitas
Jasmani PLAY FUN WORK BUSINESS Kegiatan Waktu Luang Olahraga Rekreasi
Pendidikan Jasmani di Sekolah Olahraga di sektor swasta dan klub toto Olahraga
Amatir Olahraga di Perguruan Tinggi Olahraga Profesional
Gambar 2.
Spektrum
Aktivitas Jasmani Membentuk
Pendidikan
Jasmani dan Olahraga
4. Pendidikan
Jasmani: Bidang Kajian yang Sangat Luas.
Pendidikan
jasmani, sangat memungkinkan untuk sepadan dengan istilah gerak insani (human
movement), karena menggunakan aktivitas jasmani sebagai alat untuk mendapatkan
perkembangan yang menyeluruh dalam hal kualitas fisik, mental, dan emosional
seseorang. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai individu yang
utuh dan menyeluruh mencakup kesejahteraan total manusia, dan tidak memisahkan
dimensi fisik dan kualitas mental, yang selama ini dianggap tidak memiliki
hubungan kuat atau terpisah satu sama lain. Pendidikan jasmani adalah suatu
kajian yang sangat luas. Fokus kajiannya pada peningkatan kualitas gerak
manusia. Secara lebih spesifik menghubungkan kajian 10
antara
gerak insani dengan pendidikan. Hubungan itu termasuk pengembangan dimensi
pikiran dan jiwa spiritual. Kajiannya juga termasuk pada dampak perkembangan
jasmani terhadap pertumbuhan dan kontribusi unik pendidikan jasmani. Tidak ada
suatu kajian yang memusatkan pada pengembangan total manusia secara utuh,
kecuali pendidikan jasmani. Karena itu pula, hal inilah yang mencirikan luasnya
bidang kajian pendidikan jasmani.
RESUME
Pendidikan
jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun demikian,
sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun
olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga
lebih bermakna bentuk aktivitas jasmani kecabangan olahraga. Pendidikan olahraga
lebih bermakna pendidikan kedalam olahraga, dalam kaitan ini ada bentuk
sosialisasi kedalam olahraga. Karena itu muatan pendidikan jasmani juga sering
berupa sosialisasi kedalam olahraga. Mungkinkah pendidikan jasmani bermakna
ganda, yaitu selain bentuk pendidikan melalui atau tentang aktivitas jasmani,
tetapi juga bentuk pendidikan sosialisasi kedalam olahraga.
Pendidikan
jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara
organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika
yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan
jasmani adalah upaya pendidikan melalui pemilihan aktivitas jasmani, yang
diarahkan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai
bersifat menyeluruh, bukan hanya tujuan perkembangan fisikal, tetapi juga
perkembangan kognitif, neuro-muscular, afektif-sosial-emosional, dan bahkan
moral sekali pun. Pendidikan jasmani adalah bentukan pendidikan yang menyeluruh
menyangkut semua dimensi utuh manusia.
Pendidikan
jasmani terkait dengan aktivitas jasmani untuk kesehatan, kebugaran dan senam.
Aktivitas jasmani, meskipun kadang bentuknya berupa olahraga, tetapi orientasi
tujuan yang ingin dicapai adalah kesehatan dan kebugaran. Pendidikan jasmani sebaiknya
berbeda dengan istilah “sport”, “play” dan “game.” Sport lebih bermakna
kegiatan aktivitas jasmani kompetitif, yang berujung pada penetapan ada yang
menang dan ada yang kalah, selain juga ada lembaga yang mengurusi dan
mengawasinya secara formal. Sedangkan, paly dan game adalah bermain dan
permainan. Dengan demikian, terdapat istilah pendidikan jasmani, olahraga,
bermain, dan permainan, yang keempatnya berbeda makna. 11
Sesungguhnya,
ketika dulu dikenal ada istilah “gerak badan”, barangkali ada istilah yang
memadankan olahraga dengan gerak badan, yaitu aktivitas jasmani yang sekedar
untuk menggerakkan badan saja, tidak ada ciri kompetitifnya.
Pendidikan
jasmani memiliki bidang garapan yang makin meluas. Seolah tidak mengenal batas
mana wilayah cakupannya. Karena itu, sering diidentikan dengan istilah “human
movement” atau gerak insani yang juga luas, seluas bidang kajian tentang
insan/manusia. Suatu studi yang juga mempelajari tentang gerak insani dan
mengarahkan gerak insani sebagai media pendidikan. Namun dalam perdebatan ini,
belum ada kesepahaman resmi bahwa gerak insani bisa menggantikan istilah
pendidikan jasmani.
Anda sedang membaca artikel Konsep Pendidikan Jasmani. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar