EnsikloPenjas

Minggu, 04 November 2018

Teaching Style PE (Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani)




Rancangan dasar dari Spektrum adalah bahwa mengajar dikuasai oleh proses tunggal terpadu: pembuatan keputusan. Setiap tindakan dari kegiatan mengajar yang direncanakan adalah konsekuensi dari keputusan sebelumnya. Pembuatan keputusan merupakan perilaku utama yang menguasai semua perilaku yang mengikuti: bagaimana mengatur peserta didik; bagaimana mengatur pelajaran; bagaimana mengelola waktu, tempat, dan peralatan; bagaimana berinteraksi dengan peserta didik; bagaimana memilih kata dalam berbicara; bagaimana membangun suasana sosial-afektif dikelas; dan bagaimana menciptakan dan melakukan hubungan kognitif dengan peserta didik. Semua ini merupakan perilaku sekunder, semua berasal dari keputusan yang diketahui sebelumnya, dan semua yang dikuasai oleh keputusan-keputusan yang telah diketahui itu.
Uraian gaya mengajar menurut Moska Mostton menggambarkan bahwa setiap gaya mengajar terdapat tujuan dan hakikat yang mendasarinya. Hakikat setiap gaya mengidentifikasikan bahwa penerapan pada gaya yang diberikan sangatlah fleksibel terhadap rintangan yang harus dilalui oleh setiap gaya. Hakikat tersebut memberikan gambaran yang jelas pada setiap gaya. Pengurangan yang terjadi akan menghilangkan pelaksanaan gaya tersebut yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan. Selain itu, perilaku waspada, yaitu perilaku yang wajar pada setiap struktur gaya akan menjamin pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar. Ketika guru menjadi ahli menggunakan setiap gaya tersebut, dia akan lebih fleksibel dan mampu mengubah gaya tersebut, sehingga mencapai lebih banyak tujuan dan mendapatkan lebih banyak siswa yang berhasil.
Gaya A: Komando (Command).
Tujuan dari gaya ini adalah untuk mempelajari cara mengerjakan tugas dengan benar dan dalam waktu yang singkat, mengikuti semua keputusan yang dibuat oleh guru. Dalam model ini semua aktivitas pembelajaran, keterlaksanaannya hanya dan sangat tergantung pada guru. Dapat dikatakan peserta didik ’akan bergerak’ hanya bila gurunya memerintahkannya untuk bergerak. Situasi demikian menyebabkan peserta didik pasif dan tidak diperkenankan berinisiatif.  Akibatnya peserta didik tidak mampu mengembangkan kreativitas, khususnya kreativitas dalam bergerak. Hakikat: respon langsung terhadap stimulus. Penampilan harus akurat dan cepat. Model sebelumnya direplikasi.
Gaya B: Latihan (Practice).
Gaya ini memberikan siswa untuk berlatih secara individu dan mandiri, serta menyediakan guru waktu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa secara individu dan pribadi. Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam model tugas, guru mendelegasikan sebagian kewenangannya pada peserta didik.  Guru memberikan tugas belajar gerak, idealnya secara tertulis berupa kartu tugas, peserta didik diberi kesempatan dan kewenangan untuk menentukan sendiri kecepatan dan kemajuan belajarnya.
Gaya C Timbal Balik (Resiprocal)
Pada gaya ini, siswa bekerja dengan temannya dan memberikan umpan balik kepada temannya itu, berdasarkan criteria yang ditentukan oleh guru. Hakikat: siswa bekerja sama dengan teman; menerima umpat balik langsung; mengikuti kriteria yang dirancang guru; dan mengembangkan umpan balik dan keterampilan bersosialisasi.
Gaya D: Evaluasi Diri (Shelfcheck).
Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara mengerjakan tugas dan memeriksa atau mengevaluasi pekerjaan sendiri. peserta didik mengukur sendiri kinerjanya berdasar kriteria gerak yang diberikan. Hakikat: Siswa mengerjakan tugas secara individu dan mandiri, memberikan umpan balik untuk dirinya sendiri dengan menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh guru.
Gaya E: Inklusi (Inclusion).
Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara memilih tugas atau kegiatan yang bisa ditampilkan dan memberikan tantangan untuk mengevaluaisi pekerjaan sendiri. Dalam hal ini penentuan tingkat kemampuan ditentukan sendiri oleh peserta didik yang bersangkutan.  Mengingat beragamnya tingkat kemampuan peserta didik dan sebagai konsekuensi dari pemberian kebebasan bagi peserta didik untuk menentukan sendiri di tahap kesulitan mana dia akan belajar, maka pelaksanaan model ini memerlukan kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana.  Hakikat: Tugas yang sama dirancang menggunakan level kesulitan yang berbeda. Siswa menentukan level terendah tugas mereka dan berlanjut pada level berikutnya.
Gaya F: Penemuan Terpandu (Guided Discovery).
Tujuan dari gaya ini adalah untuk menemukan konsep dengan menjawab serangkaian pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hakikat: dengan menanyakan serangkaian pertanyaan dengan spesifik, secara sistematik akan menuntun siswa untuk menemukan target yang ditetapkan dan belum diketahui sebelumnya oleh siswa.
Gaya G: Penemuan Konvergen.
Pada gaya ini, siswa mencari solusi dari masalah dan belajar untuk mengklarifikasi isu dan menghasilkan kesimpulan dengan menggunakan prosedur yang logis, beralasan, dan berpikir kritis. Hakikat: guru mengajukan pertanyaan. Struktur instrinsik dari tugas atau pertanyaan membutuhkan satu jawaban tepat. Siswa terlibat dalam kegiatan berfikir (atau kegiatan kognitif lainnya) dan berusaha mencari satu jawaban atau solusi yang tepat.
Gaya H: Penemuan Mandiri/Produksi (Divergen).
Tujuan gaya ini adalah untuk melibatkan siswa untuk memproduksi atau menghasilkan respon ganda terhadap satu pertanyaan. Hakikat: siswa terlibat dalam memproduksi respon divergen terhadap atu pertanyaan. Struktur instrinsik tugas tau pertanyaan memberikan peluang respon ganda. Respon ganda tersebut dinilai dengan prosedur Mungkin-Terlihat-Menarik (Possible-Feasible-Desirable procedure), atau dengan aturan verifikasi dari disiplin yang diberikan.
Gaya I: Program Rancangan Individu Siswa (Individual Programme).
Tujuan gaya ini adalah untuk merancang, mengembangkan, dan menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi dengan berkonsultasi dengan guru. Hakikat: Siswa merancang, mengembangkan, dan menampilkan serangkaian tugas yang disusun ke dalam program pribadi. Siswa memilih topik, mengidentifikasi pertanyaan, mengumpulkan data, mencari jawaban, dan menyusun informasi. Siswa memilih area tema umum.
Gaya J: Inisiasi Siswa.
Tujuan gaya ini adalah agar siswa mampu menginisiasi atau memprakarsai pengalaman belajarnya, merancangnya, menampilkannya, danmengevaluasinya, bersama-sama dengan guru berdasarkan kriteria yang telah disepakati sebelumnya. Hakikat: Siswa memprakarsai gaya yang ia lakukan baik satu kegiatan maupun serangkaian kegiatan. Siswa mempunyai pilihhan untuk memilih gaya manapun di dalam Spektrum. Siswa harus mengenal deretan gaya yang terdapat dalam Spektrum.
Gaya K: Melatih Diri (Shelf Teaching).  
Gaya ini memberikan siswa kesempatan untuk membuat keputusan maksimal tentang pengalaman belajarnya tanpa adanya campur tangan langsung guru. Gaya ini sangat jarang digunakan di sekolah. Gaya ini sangat cocok dikembangkan sebagai hobi atau kegiatan hiburan. Hakikat: siswa memprakarsai pengalaman belajarnya sendiri, merancangnya, menampilkannya, dan mengevaluasinya. Siswa memutuskan seberapa besar ikut campur gurunya.
Pustaka:
Jonathan Doherty, 2008, Teaching Styles in Physical Education and Mosston Spectrum.



Bookmark and Share
Read More..

Selasa, 14 November 2017

Jenis-jenis Bahan Untuk Baju Renang

1. Kain Lycra
Dalam industri pakaian renang lycra dikenal sebagai salah satu jenis bahan yang lembut dan nyaman dipakai. Lycra sendiri sebenarnya merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menyebut suatu bahan yang terbuat dari campuran serat spandex dan serat lainnya. Kain ini umumnya memiliki tingkat keawetan yang cukup lama, tergantung dari kualitas lycra itu sendiri.

2. Kain Polyester
Meski karakteristik bahan polyester terbilang kurang elastis (stretch) dan tidak selembut lycra, namun baju renang yang dibuat dari bahan polyester umumnya memiliki daya tahan yang cukup baik dan terkenal lebih awet dari pada lycra jika dirawat dengan cara yang benar. Beberapa brand tertentu bahkan dilengkapi dengan perlindungan terhadap sinar UV.

3. Kain Nylon
Bahan nylon termask kedalam jenis material yang kuat, ringan, dan elastik. Daya serap nylon terhadap air terbilang cukup kecil sehingga dapat dikering dengan cepat. Sebagian besar baju renang non-polyester banyak terbuat dari nylon, entah itu dicampur lycra atau 100% dari nylon.

4. Neoprene
Neoprene merupakan sejenis kain sintetis yang memiliki karakteristik sangat lentur seperti karet, plastik, atau meterial padat lainnya. Bahan ini menyediakan insulasi yang sangat baik terhadap dingin sehingga memungkinkan tubuh pemakainya tetap hangat saat beraktivitas di wilayah perairan.

5. Baju Renang Berbahan Campuran
Bahan lain yang dapat digunakan sebagai baju renang diantaranya berupa Poly PBT dan XLA.
PBT atau Polybutylene Terephthalate termasuk jenis material baru dalam industry pakaian renang. Bahan kain yang memiliki tingkat elastisitas cukup tinggi, cepat kering dan berdaya serap rendah terhadap air ini sangat sesuai jika digunakan sebagai baju renang untuk olahraga kompetisi.
Serat XLA yang diproduksi oleh Dow Chemical sebenarnya termasuk kedalam salah satu jenis serat tekstil elastic yang lebih dikenal dengan nama dagang Dow XLA Elastic Fiber.
Bahan ini menawarkan ketahanan lebih terhadap kaporit hingga 1000 jam, memiliki daya elastisitas tinggi, tahan panas hingga 220 derajat Celsius dan cepat kering.

https://fitinline.com/article/read/5-jenis-bahan-untuk-baju-renang/


Bookmark and Share
Read More..

Rabu, 31 Mei 2017

Sintak Model Cooperative Learning

Model Cooperative Learning
Menurut Agus Suprijono (2010 : 65) sintaks model pembelajaran cooperative learning terdiri dari 6 (enam) fase seperti di pada tabel di bawah ini.
Fase-fase
Perilaku guru
Fase 1: present goal and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik 
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: organize student into learning team
Mengorganisasi peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: test on materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didk mengenai berbagai materi pembelajaran   atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: provide recognition
Memberikan pengakuan dan penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
    
         



















Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase ke dua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ke tiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi secara cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam kelompok.  
Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendudkung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ke tiga ini terpenting jangan sampai ada free rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok pada individu lainnya. Fase ke empat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan.
Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta didk mengulangi hal yang sudah ditunjukkannya. Fase ke lima guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase ke enam guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik. Variasi struktur reward bersifat individualistis, kompetitif, dan kooperatif. Struktru reward individualistis terjadi apabila sebuah reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dicapai orang lain.
Struktur reward kompetitif adalah jika peserta didik peserta didik diakui usaha individualnya berdasarkan pada perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim- timnya saling bersaing.



Bookmark and Share
Read More..

Selasa, 07 Maret 2017

Pengertian Atletik dan Athletic

Atletik merupakan kata berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Athlon atau Athlum, kata ini mempunyai makna pertandingan, perjuangan, pergulatan atau perlombaan. Sedangkan orang yang melakukannya disebut dengan Athleta atau atletik.

Dalam Atletik juga kita pernah menjumpai kata "Pentahtlon", Pentahtlon sendiri terdiri dari dua kata yaitu Penda dan Athlon. Penda mempunyai arti Lima atau Panca sedangkan Athlon mempunyai arti Lomba. Jadi artinya adalah perlombaan yang terdiri dari lima nomor.

Dari pengertian di atas maka kita dapat menyimpulkan jika Atletik adalah sebuah cabang olahraga yang diperlombakan terdiri dari nomor jalan, lari, lempar dan lompat.

Atletik dalam bahasa Inggris adalah "Athletic", berbeda dengan bahasa Yunani, dalam bahasa Inggris dan Jerman Atletik mempunyai arti yang lebih luas yaitu berbagai macam cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan seperti bolabasket, sepakbola,tenis, renang, senam dan beberapa olahraga lainnya.

Dalam Sejarah, Yunani adalah bangsa pertama yang menyelenggarakan perlombaan Atletik. Hal ini dapat kita ketahui dari karya pujangga asal Yunani Purba bernama Homerus. Atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu "Athlos" artinya adalah Lomba. Pada waktu itu cabang olahraga atletik dikenal dengan pentahhlon atau panca lomba dan decathlon atau dasa lomba.

Pada sebuah Buku Odysus karya dari Hemerun menjelaskan jika petualangan Odysus saat berkunjung ke kepulauan di sebelah selatan Yunani disambut oleh kepala suku dengan mengadakan upacara penyambutan. Diacara tersebut ada beberapa lomba yang diperlombakan seperti lompat,lari,lempar cakram, gulat dan tinju. Sedangkan pada tahun 776 SM bangsa Yunani mengadakan Olympiade. Dalam lomba tersebut pemenang adalah yang menjadi juara Petahlon.

Olympiade yang modern dilaksanakan atas usulan dari seorang berasal dari Perancis yang bernama Baron Peire Louherbin pada tahun 1896 di Athena, Yunani. Dalam ajang ini cabang atletik merupakan tambang medali yang menjadi perebutan.

Organisasi Olahraga Atletik Internasional terbentuk pada 17 Juli 1912 di Stockhom, Swedia. Pembentukan tersebut bersamaan dengan Olympiade ke-5, Organisasi tersebut bernama “International Amateur Athletic Federation” atau dapat disingkat dengan IAAF.


Sejarah Atletik di Indonesia mulai terbentuk pada 3 September 1950, pada tahun tersebut Indonesia mendirikan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau biasa disingkat dengan PASI.

Bookmark and Share
Read More..