BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah
sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat
paralel maupun yang menunjukkan penjenjangan. Setiap kelas merupakan bentuk kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang
menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah
sebagai total sistem atau satu kesatuan organisasi, sangat tergantung pada
penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik di lingkungan kelas masing-masing
sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara
kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Oleh karena
itu setiap guru kelas atau wali kelas sebagai pimpinan menengah (middle
manager) atau administrator kelas, menempati posisi dan peran yang penting,
karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing
yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan,
setiap murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus
didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi
bagian yang dinamis di dalam organisasi sekolah.
Kegiatan
belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsure-unsur manusiawi adalah suatu
proses dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam mencapai tujuan pengajaran maka diperlukan interaksi antara pendidik
dengan anak didknya. Pendidik berusaha mengatur lingkungan belajar bagi anak
didik. Untuk itu bagi pendidik diperlukan pemilihan strategi dan metode mengajar yang tepat sehingga mampu mengelola
kelas dengan baik agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien
dalam proses belajar mengajar.
Keharmonisan
hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul
dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. (Djamarah
2006:179)
Pengelolaan
Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu
mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajran kita tercapai serta dapat
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan- tujuan
khusus pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah
yang akan diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian pengelolaan kelas?
2.
Apa saja komonen – komponen yang harus dipenuhi agar guru dapat mengelola kelas?
3.
Apa saja prinsip dalam pengelolaan
kelas?
4.
Bagaimana bentuk pendekatan dalam
pengelolaan kelas?
5.
Bagaimana penerapan sistem dalam
pengelolaan kelas?
6.
Apa peran guru dalam pengelolaan
kelas?
7.
Apa saja masalah yang timbul dalam
pengelolaan kelas?
8.
Bagaimana indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru dalam
mengelola kelas?
9.
Hal apa saja yang harus dihindari
dalam pengelolaan kelas?
10.
Apa pengaruh pengelolaan kelas
terhadap kualitas belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang
ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui definisi pengelolaan pelas
2.
Mengetahui komponen – komponen yang harus
dipenuhi agar guru dapat mengelola kelas
3.
Mengetahui prinsip
dalam pengelolaan kelas
4.
Mengetahui bentuk
pendekatan dalam pengelolaan kelas
5.
Mengetahui cara menerapan
sistem dalam pengelolaan kelas
6.
Mengetahui peran guru dalam pengelolaan
kelas
7.
Mengetahui masalah yang timbul
dalam pengelolaan kelas
8.
Mengetahui indikator yang dapat dijadikan
sebagai tolak ukur kesuksesan guru dalam mengelola kelas
9.
Mengetahui masalah yang harus
dihindari dalam pengelolaan kelas
10.
Mengetahui pengaruh pengelolaan
kelas terhadap kualitas belajar
BAB II
PEMBAHASAN
Ada lima
definisi tentang pengelolaan kelas. Definisi
pertama, memandang bahwa pengelolaan
kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini
bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan
memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan.
Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai
sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi:
pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas.
Definisi
kedua bertolak belakang dengan definisi pertama
diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan
ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin
dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi
perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat
berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan
kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan
permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif
bahkan kurang bertanggungjawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi
sedangkan pandangan permisif kurang realistik.
Definisi
ketiga didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah
laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang
sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan
dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara
singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui
penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas
ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang
diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Definisi
keempat, memandang pengelolaan kelas
sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas.
Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang
secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan
interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk
terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian
peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif
melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini
definisi keempat dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional
kelas yang positif.
Definisi
kelima, bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan
sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam
kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam
kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan
berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definisi kelima dapat berbunyi:
pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Ketiga
definisi yang terakhir tersebut diatas masing-masing bertitik tolak dari dasar
pandangan yang berbeda. Manakah yang terbaik diantara ketiga definisi itu? Dari
ketiga pandangan itu tidak satupun pernah dibuktikan sebagai pandangan yang
terbaik. Oleh karena itu adalah bermanfaat apabila guru mampu membentuk suatu
pandangan yang bersifat pluralistic, yaitu pandangan yang merangkum tiga dasar
pandangan itu (pandangan tentang
pengubahan tingkah laku, iklim sosio-emosional, dan proses kelompok).
Definisi yang
pluralistic itu dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan
untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan
interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif, serta mengembangkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif.
Pengelolaan
Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu
mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajran kita tercapai serta dapat
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan- tujuan
khusus pengajaran.
Guru-guru
perlu memahami dan memegang salah satu definisi tersebut diatas yang akan
menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan guru didalam kelas dalam rangka
mengelola kelasnya. Definisi yang lebih tepat bagi guru-guru kiranya adalah
definisi yang bersifat pluralistic.
2.2 Komponen – Komponen Ketrampilan Dalam Pengelolaan Kelas
Komponen-komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
mengelola kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu ketrampilan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal ( bersifat preventif )
dan keteampilan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
2.2.1 Keterampilan
Penciptaan dan Pemeliharaan Kondisi Belajar
a. Sikap Tanggap
Sikap ini dapat dilakukan
dengan cara :
1. Memandang
Secara Seksama
Memandang
secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam
pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerjasama,dan menunjukkan rasa persahabatan.
2. Gerak
Mendekati
Gerak guru
adalah posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan,
minat, dan perhatian guru yang duberikan terhadap tugas serta aktivitas anank
didik. Gerak mnedekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk
menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan hukuman.
3. Memberi
Pertanyaan
Pertanyan
guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik
berupa tanggapan, komentar, ataupun yang
lain.
4. Memberi
Reaksi terhadap Gangguan dan Kekacauhan
Teguran perlu diberikan oleh guru jika suasana kelas tidak tenang. Teguran
guru memberikan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran haruslah
diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tapat pula, sehingga dapat
mencegah meluasnya penyimpangan tingkah
laku.
b. Membagi Perhatian
1.
Visual
guru dapat
mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa
sehingga ia dapat melirik ke kegiatan kedu, tanpa kehilangan pehatian pada
kegiatan yang pertama. Kontak pandangan ini bias dilakukan terhadap kelompok
anak didk atau anak didik secara individual.
2.
Verbal
guru dapat
memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktifitas
anak didik pertama sementara ia memimpin
dan terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang lain.
c. Pemusatan Perhatian Kelompok
1.
Memberi Tanda
Dalam
memulai proses belajar mengajar
guru memusatkan pada peerhatian
kelompok terhadap suatu tugas dengan
memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang
sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topic, dengan memilih anak
secara random untuk meresponsnya.
2.
Pertanggungan Jawab
Guru meminta
pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap
anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggungjawab terhadap kegiatan
sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada anak didik
untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
3.
Pengarahan dan Petunjuk yang Jelas
Guru harus
seringkali memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam
memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terajadi kebingungan
pada diri anak didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada
seluruh anggota kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan
bahasa dan tujuan yang jelas.
4.
Penghentian
Tidak semua
gangguan tingkah laku dapat dicegah atau di hindari. Yang diperlukan disini
adalah guru dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-nyata melanggar
dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di kelas. Bila anak didik menyela
kegiatan anak didik lain dalam kelompoknya, guru secara verbal mengomeli atau
menghentikan gangguan anak didik itu.
Teguran yang
dilakukan guru adalah salah satu cra untuk untuk menghentikan gangguan anak
didik. Teguran verbal yang efektif adalah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Ø
tegas dan jelas tertuju kepda
anak didik yang mengganggu serta kepada
tingkah lakunya yang menyimpang.
Ø
Menghindari peringatan yang
kasar dan menyakitkan atau mengandung penghinaan.
Ø
Menghindari ocehan atau
ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
5. Penguatan
Untuk
menanggulangi anak didik yang menggangu atau tidak melakukan tugas, dapat
dilakukan dengan memberikan penguatan yang di pilih ssuai dengan masalahnya.
Penguatan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk
mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau tidak melakukan tugas.seperti :
a)
dengan memberikan penguatan
positif bila anak didik telah menghentikan gangguan atau kembali pad atugas
yang di minta.
b)
Dengan memberikan penguatan
positf terhadap anak didik yang lain yang tidak mengganggu dan di pakai sebagai
model tingkah laku yang baik bagi anak didik yang suka mengganggu.
6. Kelancaran
Kelancaran
atau kemajuan anak didk dalam
belajarsebagai indicator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada
pelajaran yang diberikan di kelas. Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari
oleh guru.
a)
campur tangan yang berlebihan
( teacher instruction )
b)
kelenyapan (fade away )
c)
penyimpangan ( degression )
d)
ketidak tepatan berhenti dan
memulai kegiatan
e)
Kecepatan ( pacing )
Kecepatan
disini diartikan sebagai tingkat
kemajuan yang d capai anak didik dalam pelajaran. Yang perlu dihindari oleh
guru adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menahan
penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan tugas. Ada dua hal kesalahan
kecepatan yang harus dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan.
Yaitu :
a)
Bertele-tela (mengulang,
memperpanjang, mengubah-ubah )
b)
Mengulang penjelasan yang
tidak perlu
2.2.2 Keterampilan Pengembangan Kondisi Belajar
a.
Modifikasi Tingkah Laku
Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha
memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengiplikasikan pemberian penguatan
secara sistematis.
b.
Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
Guru dapat
menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:
-
memperlancar tugas-tugas :
mengusahakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas
-
memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok : memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
c.
Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang
Menimbulkan Masalah
Guru dapat menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah laku
keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan
pemecahannya.
2.3 Prinsip-Prinsip dalam
Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi
manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor
ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran,
dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing
menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan
sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis,
intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah
suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah
siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika
kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas akan cenderung lebih mudah terjadi
konflik begitu sebaliknya.
Dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas
dapat dipergunakan yaitu:
1.
Hangat
dan antusias, kehangatan dan keantusiasan
guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan
salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal. Guru yang
bersifat hangat dan akrab secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap
tugas-tugas, terhadap kegiatan-kegiatan, atau terhadap siswanya akan aktivitasnya
maka berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan, penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.
Bervariasi,
penggunaan variasi dalam media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru
dan anak didik merupakan kunci pengelolaan kelas
untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang
menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika
terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa
akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan
mengganggu kawannya.
4.
Keluesan,
dalam proses belajar mengajar guru harus waspada
mengamati jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya
gangguan siswa seperti keributan siswa,
tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk
dapat merubah berbagai strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen
keterampilan yang lain.
5.
Penekanan
pada hal-hal yang positif, pada
dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu
jalannya proses belajar mengajar. Cara guru
memelihara suasana yang positif antara lain :
a.
memberikan aksentuasi
terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaan
atau tingkah laku yang kurang wajar.
b.
memberikan penguatan
terhadap tingkah laku siswa yang positif.
6.
Penanaman
disiplin diri, tujuan akhir dari
pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.
Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
.2.4 Bentuk
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Keharmonisan hubungan guru dan anak
didik, tingginya kerjasama di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi.
Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan
dalam rangka pengelolaan kelas.
Berbagai pendekatan tersebut seperti
berikut:
1. Pendekatan kekuasaan (autority
approach), pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik dengan penerapan disiplin. Peranan guru di
sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
2. Pendekatan ancaman,
pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik yang dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang,
ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.
Pendekatan kebebasan (permisive approach), pengelolaan kelas
diartikan upaya yang dilakukan oleh guru dengan memberi kebebasan kepada siswa
untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Peranan
guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik. Pendekatan
ini sama dengan pendekatan kekuasaan dan ancaman dianggap kurang efektif karena
pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif. Hanya terbatas pada masalah-masalah
yang muncul secara insidental saat itu, kurang mengarah pada pemecahan masalah
yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap absolut (mutlak) dan
tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan yang lebih luwes dan
kreatif.
4. Pendekatan perubahan tingkah laku
(behavior modifikation approach), pengelolaan kelas diartikan upaya
untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif
dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki
perilaku negatif siswa.
Program atau kegiatan yang yang
mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan
menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari
tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan
memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang
baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan
menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan
dihindari.
5. Pendekatan sosio-emosional (sosio
emosional climate approach), pengelolaan kelas diartikan upaya
untuk menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik dan sehat antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Guru menduduki posisi terpenting
bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Oleh karena itu, pendekatan
ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik berpengaruh terhadap
kegiatan belajar mengajar. Hubungan guru dengan siswa yang penuh simpati dan
saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari pendekatan ini. Dengan
demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru
yang menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan
siswa dan memperhatikan apa yang dialami siswa baik suka maupun duka. Implikasi
dari pendekatan ini adalah bahwa siswa bukan semata-mata sebagai individu yang
sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang sebagai keseluruhan
pribadi yang sedang berkembang sehingga hubungan guru dengan siswa yang
positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi akan
terwujud.
6. Pendekatan kerja kelompok (group
procces approach), dalam pendekatan in, peran guru adalah menumbuhkan
dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan mendorong perkembangan
serta kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan
kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok
menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga
kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus
dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
7.
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu
daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di
kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan
oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam
resep.
8. Pendekatan pengajaran, pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan
bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah
tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan
menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
9. Pendekatan elektis
atau pluralistik (electic approach) adalah
pandangan yang mencakup tiga pendekatan (perubahan tingkah laku, iklim
sosio-emosional, dan proses kelompok).
Pendekatan elektis ini menekankan
pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam
memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu
dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan atau ketiga pendekatan
tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang
memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih
dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan
selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas di sini adalah suatu
set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan
efisien.
2.5 Penerapan
Sistem dalam Pengelolaan Kelas
Mengelola kelas
merupakan pembuatan keputusan-keputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan
spontan yang diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru dalam keadaan
marah dan frustasi terhadap siswa. Setelah guru tenang kembali ia merasa bahwa
hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa
oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia
bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian, ia tidak konsisten
biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah di kelas akan menolong
guru dari dilema-lema seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku
yang baik di kelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau
tidak.
1. Teknik mendekati, bila seorang siswa
mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya.
Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari
perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai
menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja
guru dapat berefek preventif.
2. Teknik memberikan isyarat, apabila siswa berbuat penakalan
kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat tersebut
dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3. Teknik mengadakan humor, jika insiden itu kecil, setidaknya guru
memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat
mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar
bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan, untuk
menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap
pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan
kenakalan justru dapat membawa siswa untuk diperhatikan.
5. Teknik yang keras, guru dapat
menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia dihadapkan pada perilaku
disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam
kelas.
6. Teknik mengadakan diskusi secara terbuka,
bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru menjadi heran. Ia lalu
menilai kembali tindakan dan pengajarannya untuk menjelaskan
perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang
sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.
7. Teknik memberikan penjelasan tentang
prosedur, kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya yang
langsung dengan ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya. Kesulitan ini terjadi apabila guru berasumsi bahwa siswa memiliki
keterampilan, padahal sebenarnya tidak. Masalah yang hamper sama yaitu
masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
yang tidak biasa di kelas.
8. Mengadakan analisis, kadang-kadang
terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah
yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
9. Mengadakan perubahan kegiatan, apabila
gangguan di kelas meningkat jumlahnya, tindakan yang harus segera diambil yaitu
mengubah apa yang sedang Anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah
dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca
buku-buku pilihan mereka.
10. Teknik
menghimbau, kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”.
Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil siswa memperhatikannya. Tetapi apabila
himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
2.6 Peran Guru dalam Strategi
Pengelolaan Kelas
Pada
dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu
guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal. Adam dan Decey mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai
pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai
evaluator.
Guru sebagai pengelola kelas harus memiliki managemen
kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun,
bahkan kegiatan pembelajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru sebagai pengelola kelas
bertugas membuat anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi
untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola
kelas adalah merancang tujuan pembelajaran, mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran, memotivasi yang bisa dilakukan dengan memberi hukuman atau
reward, mendorong, dan menstimulasi siswa serta mengawasi segala sesuatu apakah
berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk
menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan
prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang
memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :
a.
pengaturan penggunaan waktu yang
tersedia untuk setiap pelajaran,
b.
pengaturan ruangan dan perabotan
pelajaran di kelas agar tercipta suasana
yang menggairahkan dalam belajar’
c.
pengelompokan siswa dalam belajar
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
2.7 Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Gagalnya
seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru
mengelola kelas. Indikator kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah,
tidak sesuia dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu
pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh
guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar-mengajar.
Keanekaragaman
masalah perilaku siswa yang menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas
menurut Made Pidarta adalah :
1)
Kurang kesatuan dengan adanya
kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2)
Tidak ada standar perilaku dalam
bekerja kelompok.
3)
Reaksi negative terhadap anggota
kelompok.
4)
Reaksi mentoleransi
kekeliruan-kekeliruan.
5)
Mudah mereaksi perilaku negative /
terganggu.
6)
Moral rendah, permusuhan, dan
agresif.
7)
Tidak mampu menyesuaikan dengan
lingkungan yang berubah.
Kategori masalah pengelolaan kelas
menurut Doyle ( 1986 ) terungkap dalam lima bentuk :
1)
Berdimensi banyak (
Multidimensionality ), guru dituntut melaksanakan tugas edukatif ( menyusun
persiapan mengajar lengkap dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan
mengevaluasi ) dan tugas administrative ( mengabsen, mencatat data siswa,
menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil pengajaran, dan sebagainya ).
2)
Serentak ( Simultaneity ), berbagai
hal dapat terjadi pada waktu yang sama di kelas.
3)
Segera ( Immediacy ), interaksi yang
terjadi antara guru dengan siswa terjadi timbale-balik begitu cepat, sehingga
menuntut guru agar dapat segera bertindak melalui proses berpikir, menerima
rangsangan dari luar, berpikir, memutuskan dan melaksanakan tindakan.
4)
Iklim kelas yang tidak dapat
diramalkan terlebih dahulu.
5)
Sejarah ( History ), peristiwa yang
terjadi di kelas akan memiliki dampak yang akan dirasakan dalam waktu yang jauh
sesudahnya.
Masalah pengelolaan kelas dapay dikelompokkan menjadi
dua :
1) Masalah individu
a)
Pola perilaku mencari perhatian baik
aktif ( melucu ) maupun pasif ( berbuat serba lambat ).
b)
Pola perilaku menunjukkan kekuatan
baik aktif ( mendebat, marah-marah, menangis ) maupun pasif ( lupa
peraturan-peraturan kelas yang sudah sepakati sebelumnya ).
c)
Pola perilaku untuk membalas dendam.
d)
Pola perilaku dengan menampilkan
peragaan ketidakmampuan ( bersikap masa bodoh terhadap pekerjaan apapun ).
2) Masalah kelompok :
a) Kelas kurang
kohesif ( akrab ), karena alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi,
dan sebagainya.
b)
Penyimpangan dari norma-norma
perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
c)
Kelas mereaksi secara negative
terhadap salah leorang anggotanya.
d)
Menyokong anggota kelas yang
melanggar norma kelompok.
e)
Kelompok cenderung mudah dialihkan
perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
f)
Semangat kerja rendah atau semacam
aksi protes kepada guru.
g) Kelas kurang
mampu menyesuaikan diri dengan situasi yanmg baru.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
perwujudan pengelolaan kel;as adalah :
a)
Kurikulum
b)
Bangunan dan sarana, seperti
penataan ruang kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran,
penataan keindahan dan kebersihan kelas serta pengaturan ventilasi dan tata
cahaya.
c)
Guru, mencakup bagaimana
kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan raport, dan mendisiplinkan
siswa.
d)
siswa, meliputi pembentukan
organisasi dan pengelompokkan siswa. Pengelompokkan siswa dapat dilaksanakan
berdasarkan berkawan, kemampuan, dan minat. Pengelompokkan siswa yang dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecilmenurut Udin Sarifuddin Winataputra dan Rustana
Ardiwinata ( 1991 ), meliputi pola bekerja palalel ( kelompok belajar dengan
tugas yang sama ), pola bekerja komplementer ( kelompok belajar dengan tugas
yang berbeda-beda ), serta pola kerja paralel dan komplementer ( dua
kelompok belajar atau lebih mendapat tugas yang sama, sedangkan dua atau lebih
lainnya mendapat tugas yang sama ). Cara lain untuk pengelompokan siswa adalah
dengan pembentukan kelompok diserahkan kepada siswa, pembentukan kelompok
diatur guru sendiri, dan pembentukan kelompok diatur guru atas usul siswa.
e)
Dinamika kelas, cara guru menerapkan
administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan
pendekatan pengelolaan kelas.
f)
Lingkungan sekitar.
2.8 Indikator Pengelolaan
Kelas Yang Berhasil
Ada beberapa indicator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur bahwa
pengelolaan kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut :
1.
Guru mengerti perbedaan antara
mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
2.
Sebagai guru jika anda pulang
ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3.
Guru mengetahui perbedaan
antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk
kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain ) dan
rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk
kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan
kelas.
4.
Guru melakukan pengelolaan
kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa
akan pentingnya tanggung jawab.
5.
Guru tidak mendisiplinkan siswa
dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker, penghilangan hak siswa dan
lain-lain)
6.
Guru mengerti bahwa perilaku
siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari
Dalam
prosesnya ada juga guru yang belum pandai dalam mengelola kelas, sehingga
tujuan pembelajarannya tidak bisa tercapai. Disini akan dijelaskan hal-hal yang
membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak :
1.
Guru yang kurang berhasil
menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan langsung mengajarkan subyek
mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa selama setahun penuh.
2.
Guru yang efektif menghabiskan
dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan prosedur.
2.9 Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Mengelola Kelas
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada
sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.
·
Campur tangan yang berlebih (teachers
instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang
sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan
itu akan terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa
guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin
memuaskan kehendak sendiri.
·
Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru gagal secara
tepat melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan
kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga
dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau
melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah membiarkan pikiran
siswa mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran
pelajaran.
·
Ketidaktepatan memulai dan
mengakhiri kegiatan (stops and stars)
Hal ini dapat terjadi bila guru
memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui aktivitas sebelumnya menghentikan
kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang
pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan
akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
·
Penyimpangan (digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam
suatu kegiatan atau bahkan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang.
Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
·
Bertele-tele (overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila
pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang
keterangan atau penjelasan, mengubah teguran sederhana menjadi ocehan atau
kupasan yang panjang.
2.10 Pengaruh Pengelolaan
Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran yang berkualitas tidak
hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia,
kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan
pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus
menguasai kiat memanejemeni kelas.
Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini
penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya
prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan menjadi filter-filter penyaring
yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas.
Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas
pembelajaran di kelas karena manajemen kelas benar-benar akan mengelola
susasana kelas menjadi sebaik mungkin agar siswa menjadi nyaman dan senang selama
mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu, kualitas belajar siswa
seperti pencapaian hasil yang optimal dan kompetensi dasar yang diharapkan
dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. Selain itu, manajemen kelas juga akan
menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan
belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah suatu
proses dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam mencapai tujuan pengajaran maka diperlukan interaksi antara pendidik
dengan anak didknya. Pendidik berusaha mengatur lingkungan belajar bagi anak
didik. Untuk itu bagi pendidik diperlukan pemilihan strategi dan metode mengajar yang tepat sehingga mampu mengelola
kelas dengan baik agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien
dalam proses belajar mengajar.
Pengelolaan
Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu
mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajran kita tercapai serta dapat
mempertahankan kondisi yang optimal bagai terjadinya proses belajar mengajar.
3.2 Saran
Saran yang mungkin dapat terurai dalam makalah ini adalah kita sebagai
calon guru setidaknya dan seharusnya tahu apa itu arti pengelolaan atau management kelas agar kita tahu gambaran yang harus
dipersiapkan sebelum atau setelah pembelajaran agar tujuan dari pembelajran itu
tercapai secara efisien dan sukses. Kemudian yang perlu ditekankan kepada guru
sekarang adalah lebih mengausai arti pengelolaan. Banyak guru sekarang sudah
lupa dan mulai pudar akan definisi pengelolaan kelas. Mereka Menganggap mengajar
ya mengajar saja, seharusnya dari konteks pembelajaran yang sukses adalah tahu
masing masing karakter dari setiap siswa, dari latar belakang mereka sehingga
apabila ada suatu kendala kita mampu mengatasinya dengan cara pendekatan secara
emosional lah yang mampu menyelesaikan masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kosasi, Raflis. 2005. Efektifitas Pengelolaan Kelas. Jakarta:
Viva Pakarindo
Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Anda sedang membaca artikel Makalah Pengelolaan Kelas. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar