BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Untuk
melaksanakan profesi sebagai tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan
aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti
sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Diantara
pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah
pengetahuan ilmu alamiah dasar yang erat kaitannya dengan proses belajar
mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang
ini.
Metodelogi Penelitian merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk mata kuliah umum yakni
mata kuliah dengan bobot 2 sks ini wajib diikuti oleh setiap mahasiswa pada
studi non extra dengan maksud mahasiswa dikenalkan pada konsep-konsep dasar
alamiah dalam menunjang dan melandasi pengetahuan mahasiswa dalam memahami,
mengkaji dan menerapkan pengetahuan lainnya, khususnya pemecahan-pemecahan
masalah, teori maupun konsep yang berkaitan dengan alam.
Materi
ilmu alamiah dasar ini tentu saja hanya bersifat dasar, umum dan pengantar yang
berkenaan dengan fenomena alam dan daya fakir manusia hingga mampu memperoleh
budaya modern yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelahiran ilmu alamiah?
2. Bagaimana kebenaran pengetahuan?
3. Apakah pengertian penelitian ilmiah?
4.
Apa saja peran penelitian tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kelahiran Ilmu Alamiah
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa lahirnya ilmu
alamiah tidak terlepas dari lahirnya filsafat ilmu alamiah (filsafat sains).
Bukti-bukti sejarah telah menyimpulkan bahwa Yunani adalah negara tempat
munculnya para pemikir-pemikir ilmu. Para tokohnya ialah, Thales yang hidup
sekitar 625 sampai 545 SM dan Anaximandros yang hidup sekitar tahun 610 sampal
547 SM serta Anaximenes yang hidup sekitar tahun 585 sampai 528 SM.
Tiga pemikir itu ialah orang pertama berpikir tentang dunia
pengetahuan. Mereka sama-sama mengemukakan pendapat tentang asal-usul kejadian
alam yang saat itu mulai rame menjadi teka-teki masyarakat Yunani. Ketertarikan
mereka berawal dari perubahan terus-menerus yang dapat disaksikan di alam
seperti, kejadian siang-malam, musim, angin, dll. Proses bepikir yang digunakan
ialah “deduktif” namun hasil pikirnya sangat penting di dalam perkembangan Ilmu
Alamiah.
Setelah itu, pada masa sekitar abad 5 SM, perkembangan pesat
pemikiran-pemikiran tentang alam. Ada pun tokoh-tokoh yang terkenal
di masa itu ialah Socrates, Gorgias, Hippias dan Prodikos. Pada masa ini
pemikiran cenderung antropologis atau mengarah kepada kegiatan kemanusiaan.
Dari ajaran-ajaran merekalah (terutama Socrates) bangsa Yunani mulai mengenal
dan menghormati nilai unsur-unsur pada manusia yang kelihatannya bertentangan,
yaitu jasmani dan rohani.
Setelah dua masa itu lalu muncul lain yang dihuni oleh
tokoh-tokoh seperti Plato (427-437 SM) dan Aristoteles (483-32 SM). Kedua
tokoh ini mencoba memadukan pola pemikiran yang dilakukan oleh para
pendahulunya. Plato di dalam berpikir cenderung melakukan dialog, agar
mempunyai nilai obyektif yang handal. Aristoteles, lebih dikenal dengan logika
berpikirnya. Intisari isinya ialah “silogisme”, yaitu menarik kesimpulan dari
pengertian yang luas dan mempunyai kebenaran umum (deduktif).
Aristoteles juga ilmuwan yang mula-mula menerjuni ilmu
alamiah terutama Biologi. la menyatakan bahwa makhluk tingkat rendah terbuat
atau berasal dari lumpur dan kotoran. Makhluk yang tidak berdarah dan bertulang
mempunyai tingkatan yang lebih rendah dari pada makhluk yang berdarah dan
bertulang. Tingkatan yang lebih rendah memberikan jasa serta mengabdi kepada
tingkatan yang di atasnya, seperti tumbuhan memberikan jasa kepada hewan, hewan
kepada manusia.
Bahkan dari masa ini pula, muncul pertanyaan bersejarah yang
menjadi bahan perbincangan menarik sampai berpuluh-puluh tahun setelahnya,
yaitu tentang asal-usul kehidupan. Salah satunya ialah pendapat Aristoteles
tentang terciptanya hewan-hewan dari benda-benda tak hidup, telah membawa
Aristoteles sebagai tokoh fahamabiogenesis, artinya makhluk hidup yang
ada sekarang berasal dari makhluk tak hidup.
Setelah masa Aristoteles, perkembangan ilmu masih
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Aristoteles, banyak para ahli masih
mengandalkan kekuatan pikir sebagai satu-satunya jalan dalam memecahkan
masalah. Oleh sebab itu banyak sumber bacaan yang menyatakan bahwa sumbangan
Yunani terhadap ilmu alamiah berada dalam takaran kecil, karena menggunakan
dasar-dasar eksperimental dalam menggali jawaban.
Baru kemudian pada tahun 300 SM sampai 200 M berkembang ilmu
alamiah dengan bersandar pada eksperimentasi. Masa itu dikenal dengan nama Era
Iskandariah. Ilmuwan terkenal saat itu ialah Archimedes yang dikenal sebagai
pembuat skrup pengangkat air. Heron yang terkenal dengan air mancur dan mesin
uapnya, dan Ptolomeus yang terkenal dengan pernyataan bahwa bumi adalah pusat
jagat raya, bintang dan matahari mengelilingi bumi (geosentris), planet beredar
melalui orbitnya sendiri dan terletak antara bumi dan bintang.
Kurang lebih mulai tahun 800 M (abad VIII), perkembangan
ilmu alamiah lebih bersinar dan lebih bergaung di daerah-daerah berperadaban
Islam, saat para ilmuwan Islam menjadi kelompok terdepan dalam peradaban. Dr.
Mahdi Ghulsyani (seorang Doktor dariIran) di dalam bukunya yang berjudul “The
Holy Quran and the Science of Nature” menyatakan bahwa pada abad-abad awal
peradaban Islam berada pada puncaknya, beberapa cendekiawan muslim telah
memiliki pandangan bahwa ilmu-ilmu yang berbeda mempunyai perspektif tunggal,
dan dipandang saling berhubungan sebagaimana cabang-cabang “pohon” pengetahuan.
Seluruh tujuan-tujuan ilmu dipandang sebagai penemuan kesatuan dan koherensi
di dalam dunia. Sesuai dengan itu, sumber seluruh ilmu di alam dipandang satu.
Untuk memahami berbagai tingkat dan taraf eksistensi, mereka menggunakan
pendekatan eksperimental di samping pendekatan intelektual dan intuitif. Selama
periode itu kita menemukan sejumlah contoh para ilmuwan yang mengkombinasikan
otoritas di dalam ilmu-ilmu agama dengan pengetahuan ilmu-ilmu kealaman.
Orang-orang itu antara lain ialah Jabir Ibn Hayyan (721 M-815M). la adalah
pendiri laboratorium pertama di dunia yang dikenal sebagai “bapak ilmu kimia”
karena buku-buku kimia dikarangnya telah diterjemahkan ke bahasa Latin dan
Inggris.
Al-Kindi atau dikenal di Barat dengan nama al-Kindus dikenal
sebagai filsuf penggerak ilmu pengetahuan, karena telah banyak menulis buku
antara lain tujuh buku astronomi, tidak kurang dari 15 buku meteorologi, kurang
lebih lima buku tentang ilmu pengobatan, geometri, ilmu hitung, logika dan
magnitude (besaran). Selain al-Kindi, tersebutlah Ibnu Sina (980-1037 M). la
disebut “raja dirajanya” dokter dan penemu berbagai macam ilmu. Bukunya
“Qanunfiath-Thibb” telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Hebrew (bahasa-bahasa
pengantar ilmu pengetahuan saat itu). Buku ini telah dianggap sebagai “buku
suci” ilmu kedokteran dan telah menguasai dunia pengobatan di Eropa untuk
kurang lebih 500 tahun, beberapa Sekolah Tinggi Kedokteran di Eropa saat itu
telah menjadikan buku ini sebagai textbook. Oleh beberapa ilmuwan buku
“Qanunfiath-thiib” disebut sebagai Ensiklopedi Kedokteran, dan Ibnu Sina ialah
ilmuwan pertama yang menulis ensiklopedi di bidang kedokteran. Selain para
ilmuwan di atas masih banyak lagi ilmuwan Islam yang telah mengantarkan
kemajuan Ilmu Alamiah, seperti Umar Khayyam, Khwajah Nashir Al-Din Thusi,
Quthb Al-Din Syirazi, dll.
Secara umum sumbangan yang diberikan oleh dunia Islam kepada
ilmu alamiah tergolong sangat besar. Ilmuwan-ilmuwan Islam saat itu telah
menoreh langkah-langkah eksperimentasi dalam memecahkan masalah ilmu alamiah.
Berikut ini ialah garis besar sumbangan mereka dalam mengembangkan ilmu
alamiah:
a. Menerjemahkan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ke Eropa penemuan-penemuan serta literatur ilmuwan Yunani.
b. Mengembangkan langkah eksperimentasi,
sehingga dapat memperluas pengamatan atau penyelidikan dalam bidang kedokteran,
kimia, obat-obatan, astronomi, dan biologi.
Pesatnya perkembangan ilmu di peradaban Islam, mulai meredup
pada tahun 1350 M. Beberapa literatur mengatakan redupnya perkembangan ilmu
alamiah di daerah asal peradabannya karena masih memakai dasar filsafat dan
agama.
Selanjutnya pada abad ke-14 di Eropa mulai muncul gerakan
pembebasan dari segala bentuk keterkaitan atau paksaan, sehingga muncullah masa
kebangkitan (renaissance), zaman ini disebut masa ilmu pengetahuan
modern. Dan para ilmuwan lebih menekankan pemikiran secara induktif. Adalah
Roger Bacon (1214 - 1294) dan Francis Bacon (1561 -1626), tokoh filosof yang
berpendapat bahwa cara berpikir induktif merupakan satu-satunya jalan mencapai
kebenaran. Francis Bacon menegaskan bahwa hanya penyelidikan dan eksperimentasi
yang menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam. Sejak saat itulah dikenal
langkah-langkah metode sebagai langkah eksperimentasi yang lebih maju daripada
masa kejayaan Islam.
Ilmuwan-ilmuwan pada masa itu yang dianggap sebagai pelopor
ialah Nicolaus Copernicus (1473 - 1543), Johanes Keppler (1571 - 1630), Galileo
Galilei (1546 - 1642). Adalah Galileo Galilei ilmuwan yang menggunakan teropong
bintang guna melihat ke angkasa dan membenarkan konsep heliosentris yang
dikemukakan oleh N. Copernicus. Mereka sama-sama menolak konsep geosentris yang
telah diyakini oleh kalangan agamawan nasrani saat itu. Sejak itu mulailah
pengembangan dan penemuan ilmu alamiah dengan berlandaskan metode ilmlah.
2.2. Memperoleh Kebenaran
Pengetahuan
Ada dua pendorong kuat yang menyebabkan Ilmu
pengetahuan (IPA dan IPS) maju pesat, yaitu pertama hasrat ingin tahu, yang
kedua daya pikir (nalar) manusia. Dua pendorong inilah yang menyebabkan orang
bertanya-tanya bila ada masalah di lingkungannya: apakah gerangan yang
menyebabkan kilat, mengapa terjadi gerhana bulan, apa yang terdapat di bulan,
dan masih seribu satu masalah yang lain.
Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan bila ia memperoleh
pengetahuan mengenai hal yang dipermasalahkan atau ditanyakan. Pengetahuan yang
benar (kebenaran) memang secara “terbatas” dapat dicapai oleh manusia. Caranya
dengan pendekatan non-ilmiah dan pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan non-ilmiah
hasilnya cenderung subyektif, tidak verifikatif. Pendekatan ini tidak memberi
kepastian dan belum ada garansi akan menemukan kebenaran (penyelesaian
masalah). Pendekatan ini dipakai oleh orang-orang zaman dahulu sebelum ilmu
alamiah dan teknologinya berkembang luar biasa. Cara-Cara pendekatan ini antara
lain cara kebetulan, prasangka, intuisi,trial and error dan
otoritas.
Cara kebetulan. Melalui cara ini seseorang (ilmuwan) yang tidak mempunyai
rencana untuk menemukan ilmu atau kebenaran telah menemukan hal itu dengan
tidak sengaja. Contohnya, J.S. Summers menemukan enzim urease di dalam ekstrak
aseton yang telah disimpannya di dalam kulkas. Alexander Flemming menemukan
antibiotika penisilin sewaktu mengadakan pengamatan bakteri yang ada di dalam
cawan petri. Cara-Cara ini sangat pasif dan tidak bermetode, namun apa yang
telah ditemukan oleh kedua ilmuwan akhirnya sangat fungsional.
Prasangka. Prasangka ialah cara memperoleh kebenaran yang didasarkan
pada kenyataan-kenyataan yang belum diuji kebenarannya. Contohnya: X punya
mobil, sawah yang luas dan villa (rumah peristirahatan), padahal ia hanya
seorang guru SD. Akhirnya orang berprasangka bahwa ia melakukan korupsi.
Tuduhan itu tidak benar karena setelah diselidiki ternyata itu semua harta
warisan.
Intuisi.
Ini ialah kebenaran yang didasarkan pada pengetahuan yang langsung atau
didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau tidak dipikirkan
terlebih dahulu. Dengan intuisi orang memberikan penilaian tanpa didahului
suatu renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian sukar dipercaya. Cara ini
sering muncul pada saat bangun tidur pagi, saat ibadah (misal sholat).
Trial and error (coba-coba). Yaitu melakukan sesuatu secara aktif dengan
mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali serta menukar-nukar cara dan
materi. Cara ini kalau dilaksanakan tidak memberi kepastian dan faktor
keberuntungan masih memegang peranan penting.
Otoritas.Yaitu
kebenaran yang didasarkan pada penghormatan pada suatu pendapat dari
badan/orang-orang yang tertentu yang dianggap punya wibawa. Sering kali orang
tidak lagi berusaha mencari jalan untuk menguji kebenaran pendapat itu. Percaya
pada kebenaran “otoritas” tidak berarti salah. Jadi dalam hal-hal tertentu
pada penyelidikan dapat dipakai. Namun, perlu ditekankan tentang kemungkinan kesalahan
yang terjadi bilamana “otoritas” itu diterima secara mutlak (karena pada
umumnya tidak didasarkan pada penelitian).
Di dalam Ilmu Alamiah tidak dikenal penemuan kebenaran atau
pemecahan masalah melalui cara di atas. Ilmu alamiah diperoleh melalui
pendekatan metode ilmiah dan dibangun diatas teori-teori yang sudah ada dan
fakta-fakta alam. Sedangkan sifat kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa
saja dan di mana saja yang berkehendak untuk mengujinya. Metode ilmiah sebagai
cara memiliki ciri seperti tersebut pada Bab 1, yaitu sistematis, metodik,
obyektif, dan universal.
Di dalam kebiasaan akademis para ilmuwan akan melakukan
penelitian ilmiah sebagai cara untuk bekerja secara ilmiah karena di dalam
penelitian itulah terdapat unsur dan jiwa metode ilmiah. Jadi boleh dikatakan
bahwa pendekatan ilmiah itu cara pemecahannya melalui penelitian sedangkan
pendekatan non-ilmiah melalui cara non-penelitian. Kedua cara itu sama-sama bertujuan
memperoleh kebenaran, tetapi sifat, cara kerja dan keandalan kebenarannya
berbeda.
2.3. Pengertian Penelitian
Ilmiah (Metode Ilmiah)
Sebagai mahasiswa, pendekatan ilmiah atau penelitian ilmiah
adalah pekerjaan yang tidak boleh ditinggalkan dalam mengupas permasalahan
pengetahuan. Misalnya masalah:
"Apakah keadaan sosial-ekonomi
orang tua mempengaruhi kemajuan belajar siswa?"
Di dalam menjawab masalah itu, kita tidak boleh berprasangka,
berintuisi, atau “mencoba-coba” dengan mengatakan “memang ada pengaruh” dengan
hanya berlandaskan kekuatan pikir atau perasaan. Sebab, setiap orang punya
kemampuan yang berbeda-beda dalam berpikir dan berperasaan. Bisa jadi masalah
itu akan punya jawaban yang bermacam macam tergantung siapa penjawabnya.
Bagaimana supaya kita mendapatkan jawaban yang seragam?
Caranya adalah melalui penelitian. Apa penelitian itu? Menurut Wayan Ardhana
(1987 : 3) penelitian adalah suatu penyelidikan secara sistematik, terkontrol,
empirik, dan kritis mengenai proposisi-proposisi hipotetis tentang hubungan
atau perbandingan yang diperkirakan ada pada fenomena alam. Berbeda dengan
cara-cara pemecahan masalah kehidupan pada umumnya, penelitian memiliki tiga
ciri pokok:
a. Penelitian bersifat sitematik dan
terkontrol, yang mendasarkan cara kerjanya pada metode induktif-deduktif.
b. Penelitan bersifat empirik, artinya
dalam usaha menguji kesahihan penelitian berpedoman pada pengalaman
c. Bersifat verifikatif.
Ringkasnya penelitian merupaka perpaduan antara pengalaman
dan penalaran (berpikir kritis) dan harus dianggap sebagai pendekatan yang
paling berhasil dalam menenetukan kebenaran, khususnya dalam ilmu alamiah.
1. Menemukan masalah
Masalah adalah sumber inspirasi.
Dari mana masalah ditemukan?Ada banyak sumber: melalui kegiatan manusia,
kejadian di alam, mengikuti seminar (pertemuan ilmiah), membaca, dan masih
banyak lagi.
Sebagai contoh yang ringan, seorang
mahasiswa menemukan permasalahan ketika ia melihat banyak swalayan dan
supermarket pada jam-jam sekolah.
Minimal ia bertanya mengapa para siswa
ada disini? Boloskah dia, atau memang gurunya sudah bosan menghadapi siswa?
Pada dasarnya mudah menemukan
permasalahan untuk penelitian. Oleh sebab itu kemampuan menemukan masalah dan
mengidentifikasikannya adalah kemampuan awal yang perlu dipupuk oleh para
mahasiswa untuk bisa melakukan penelitian.
2. Merumuskan masalah dan tujuan
Setelah masalah ditemukan, langkah
selanjutnya adalah merumuskan masalah dan tujuan. Maksudnya ditempuh cara ini
adalah untuk menghilangkan keragu-raguan terhadap masalah yang akan dipecahkan
dan menentukan arah pekerjaan yang akan dilaksanakan.
3. Studi pustaka dun merumuskan hipotesis
Setelah masalah dan tujuan
dirumuskan, penelitian harus mencari informasi yang berkaitan dengan masalah
yang sedang digarap. Informasi ini berupa hasil penelitian terdahulu,
teori-teori dan konsep-konsep yang perlu. Hasil dari studi pustaka dirumuskan
hipotesis.
Hipotesis adalah kesimpulan
sementara tentang hubungan sebab-akibat dari fenomena dalam penelitian.
Hipotesis dianggap sebagai kebenaran dugaan yang belum teruji.
4. Menetapkan metode kerja
Langkah ini bermaksud menyusun
langkah strategic penelitian sehingga dalam melaksanakannya nanti peneliti
dapat bekeqa sesuai dengan prosedur dan tidak terpengaruh oleh keadaan
lapangan. Strategic yang dimaksud dalam langkah ini ialah menyusun metode
penelitian yang sistematis, terorganisir, terkontrol.
5. Mengumpulkan dan mengolah data
Setelah data terkumpul, peneliti
harus mengumpulkan data-data penelitian. Data ini berguna sebagai fakta untuk
menguji hipotesis yang telah disusun. Bagaimanakah bentuk data yang
dikumpulkan? Sangat tergantung pada metode atau jenis penelitiannya. Setelah
data terkumpul, kemudian diolah dalam bentuk tabulasi, coding atau yang lain.
6. Analisis data dan kesimpulan
Setelah dilakukan pengolahan data,
langkah berikutnya dianalisis dengan cara pendekatan statistik atau non-statistik.
Untuk cara statistik, sekarang sudah ada program computer yang dapat
menganalisis data kuantitatif (dalam bentuk angka) secara cepat dan tepat.
Contohnya program Microstat, stata, FPS, dll).
Setelah data dianalisis, peneliti
harus menginterpretasikan hasil analisis atas data yang sudah terkumpul.
Kemudian menyimpulkan hasil dengan berpedoman pada hipotesis dan tujuan
penelitian. Apakah tujuan sudah tercapai? Atau bagaimanakah hipotesis kita,
diterima atau ditolak?
2.4. Peranan Penelitian
Menurut Zaini Hasan (1987 : 8-9) peranan penelitian dalam
kehidupan manusia dapat dilacak melalui penggunaan pengetahuan yang dihasilkan
oleh para peneliti. Hampir semua aspek kehidupan manusia, terutama dalam
bidang-bidang memegang peranan yang sangat penting.
1. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Pada mulanya, penelitian ilmiah
dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetes atau mengembangkan konsep,
generalisasi atau teori-teori dalam disiplin-disiplin ilmu pengetahuan.
Sekarang penelitian yang dennikian disebut penelitian murni atau penelitian
dasar untuk membedakan dengan penelitian-penelitian lain yang tujuan utamanya
untuk memperoleh pengetahuan yang secara langsung akan diterapkan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalam pengembangan teknologi
Seperti halnya dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi modern sekarang ini adalah hasil penelitian yang
terus-menerus. Seorang teknokrat menemukan suatu metode atau cara kerja baru
itu tidak mendadak sontak, melainkan setelah mempelajari hasil serangkaian penelitian/eksperimen
yang mendahuluinya. Dalam kependidikan, misalnya, metode mengajar yang efektif
selalu menjadi permasalahan yang tumpuan harapannya terletak kepada hasil
eksperimentasi.
3. Pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan
Penelitian “needs assessment” dan
“program evaluation” memegang peranan penting dalam membimbing para pembuat
keputusan dan para perencana program dalam membuat kebijaksanaan dan
pengembangan program yang telah ada. Perubahan kependidikan, misalnya, selalu
didasarkan atas hasil penelitian di samping kemauan politik.
4. Pemecahan masalah di lapangan
"Operations research" dan
"action research" memegang peranan penting dalam mengidentifikasi
sebab-sebab timbulnya kesulitan atau hambatan pelaksanaan suatu program dan
memberikan rekomendasi praktis yang langsung dapat diterapkan guna mengatasi
masalah tersebut agar program dapat berjalan dengan lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas, kita dapat menyimpulan bahwa perlunya peranan seorang tenaga
pendidik khusunya guru diharapkan memahami arti pentingnya ilmu alamiah dasar
bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Untuk itu
kita sebagai calon pendidik khususnya seorang guru perlu memahami adanya ilmu
alamiah adalah sebagai dasar ilmu-ilmu yang telah ada saat ini.
3.2. Saran
1. Bagi pembaca diharapkan lebih
menguasai dan memahami isi dan hal-hal yang berkaitan dalam makalah ini.
2. Agar lebih memanfaatkan waktu untuk
membaca dan belajar.
3.
Bila
ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun dan menjadikan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rofiea, Ainur dkk. 1990. Ilmu
Alamiah Dasar, Malang. UMM Press
|
Anda sedang membaca artikel Makalah Kebenaran Ilmu Alamiah dan Latar Belakang Ilmu Alamiah. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar