EnsikloPenjas

Senin, 26 Desember 2011

Perkembangan Alam Pikiran Manusia


1. Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuan
            Ilmu Pengaetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia.  Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri..
            Rasa ingin tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk lain.  Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah, api, angina, dan sebagainya.  Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
            Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang?  Sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap.  Misalnya, daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang  selalu cenderung untuk mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya.  Kecenderungan semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman. 
            Bagaimana dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak berpindah (eksplorasi) dari satu tempat ke tempat yang lain?  Misalnya ikan, burung, harimau atau binatang yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet?  Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan, antara lain rasa ingin tahu.  Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk disantap sendiri atau bersama yang lain.  Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup aman untuk membuat sarang.  Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi tahu.  Itulah “pengetahuan” dari burung tadi.  Burung juga memiliki “pengetahuan” bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon.  Burung manyar atau burung tempua begitu pandai menganyam sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada daun kelapa, namun pengetahuannya itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke zaman.
            Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai?  Bila kita perhatikan baik-baik kehidupan monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka ingin mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai “Idle Curiousity” atau “Instinct”. Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya.  Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.
            Bagaimana dengan manusia?  Manusia juga memiliki instink seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan.  Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu “kemampuan berpikir” dengan kata lain “curiousity-nya” tidak “idle”  tidak tetap seperti itu sepanjang zaman.  Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan berpikir.  Ia bertanya terus setelah tahu tentang “apa”-nya, mereka juga ingin tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu.  Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuannya yang lebih baru.  Hal demikian itu berlangsung berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan.  Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon.  Namun karena kemampuannya  berpikir tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh dan bahkan sekarang manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung pencakar langit.  Bandingkan dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah yang nampak tak mengalami perubahan sepanjang masa.  Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
            Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri.  Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.
            Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu, tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan.  Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya.

2. Perkembangan Fisik Tubuh Manusia
            Tubuh manusia mulai berkembang sejak dari rahim ibunya sampai manusia tersebut dilahirkan dan terus berkembang sampai masa dewasa.  Perkembangan fisik tubuh manusia ini dapat mengarah ke bentuk tubuh pria dan wanita, tergantung pada tipe kromosom sel tubuhnya.  Perbedaan ini diciptakan karena masing-masing mempunyai peran biologis yang berbeda.
            Manusia sebagai makhluk memiliki ciri-ciri : 
1.      Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
2.      Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3.      Memberikan tanggapan terhadap rangsangan.
4.      Memiliki potensi berkembang biak
5.      Tumbuh dan bergerak.
6.      Berinterkasi dengan lingkungan
7.      Mati
Tegaknya jalan manusia, dengan kepalanya tertonggok di atas badannya dengan baik, maka perkembangan otaknya baik.  Tempurung kepala manusia relatif lebih besar dibandingkan dengan binatang menyusui lainnya yang jalannya masih horizontal.  Manusia memiliki sistem syaraf  sentral yang berpusat di otaknya, di samping sistem syaraf periferi yang ada di seluruh tubuh.  Selain secara biologis keadaan otak manusia demikian, otak perlu selalu memperoleh latihan berpikir terus menerus , sehingga memiliki ketajaman.
Dalam kondisi otak demikianlah, manusia memiliki sifat ingin tahu.  Dalam benaknya manusia selalu bertanya karena keingintahunan : apa sesungguhnya (know why).  Seseorang merasa kurang puas, bila apa yang ingin diketahui tidak terjawab.  Sebagai contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu anak-anak terhadap suatu benda, maka pertanyaan yang diajukan oleh anak pada usia dua tahun adalah “apa” nama benda tersebut, misalnya benda tersebut adalah pensil.  Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia menjelang masuk TK adalah “bagaimana” menggunakannya.  Setelah usianya lebih dewasa lagi maka mungkin akan muncul pertanyaan lain yaitu “mengapa” pensil dapat digunakan untuk menulis.  Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan usia saat pertanyaan itu diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru dan sekaligus hasrat ingintahunya terjawab.  
Pada anak remaja rasa ingin tahu membuatnya gelisah dan berusaha keras dan akhirnya ia dapat tahu, sedangkan di kalangan ilmuwan keingintahuannya mendorongnya terus, sehingga teka-teki yang ada dalam otaknya dapat terjawab.    

3. Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia
            Bila dibandingkan dengan hewan, maka tubuh manusia lemah, sedangkan rohaninya, yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat.  Manusia tidak dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang secepat buaya, tidak mampu mengangkat benda berat seperti gajah, dan sebagainya, tetapi dengan akal budinya dan kemauannya, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lain.  Kelebihan manusia itu karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras sehingga dapat mengendalikan jasmaninya.   
            Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.  Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) mapun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi.  Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. 
            Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang.  Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya.  Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca indera-nya merupakan objek rasa ingin tahunya.  Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai hal-hal yang diamatinya.  Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berpikir.   Rasa ingin tahunya terus berlanjut.  Bukan hanya “apa”-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari “bagaimana” dan kemudian berlanjut “mengapa” tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.  
Ada kemampuan berpikir pada manusia yang menyebabkan rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta.  Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan alam.  Dengan akal yang dimilikinya, semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.  Informasi yang didapat disimpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang pengetahuan ini akan terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi berikutnya. 

4. Sejarah Pengetahuan Yang Diperoleh Manusia
Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu yang ada pada saat itu.  Sebagai contoh adalah pada zaman Babilonia dan Yunani, karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai alat bantu utama) maka landasan ilmu pengetahuan zaman ini sebagian berasal dari pengamatan maupun pengalaman namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan ataupun “mitos.”  Sebagai contoh adalah tentang pertanyaan hujan yang sering dijawab sebagai bocornya atap langit.  Pengetahuan semacam ini disebut sebagai “pseudo science” yaitu mirip sains tapi bukan sains (pengetahuan semu).
Suatu pola pikir yang lebih maju dari mitos adalah penggabungan antara pengamatan, pengalaman dan akal sehat, logika atau rasional.  Oleh karena itu berkembanglah faham “rasionalisme,”  yaitu pertanyaan akan dijawab dengan logika atau hal-hal yang masuk akal.  Lebih lanjut dikenal dengan “metode deduksi” yaitu penarikan suatu kesimpulan  didasarkan pada sesuatu yang bersifat umum menuju kepada yang khusus.  Sedangkan “metode induksi” merupakan dasar dari perkembangan metode ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimentasi yang diperoleh.  Untuk melakukan eksperimen maka manusia perlu menciptakan alat Bantu atau instrumentasi pengamatan.  Peralatan  instrumentasi yang tercipta akan berkembang menjadi lebih sempurna dan bahkan dimungkinkan pengembangannya menjadi peralatan produksi atau industri.  Metode ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh alat pendukung pengamatan yang digunakan.  Semakin canggih alat yang digunakan maka akurasi datanya semakin tinggi dan memungkinkan penarikan kesimpulannya juga akan lebih tajam.
    Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.  Berdasarkan hal itulah mulailah dikembangkan pengetahuan praktis yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan sosialnya.  Pengetahuan ini selanjutnya disebut sebagai teknologi yang merupakan penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari.  Perkembangan teknologi, produksi dan industri secara tidak langsung akan diikuti dengan perubahan pola hidup manusia.  Perubahan ini juga semakin mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang lebih kompleks.  Dengan demikian manusia akan terus berusaha mengetahui segala rahasia alam semesta yang belum terungkap.

Rangkuman
            Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu.  Hewan juga mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau disebut “idle curiousity” atau “instinct.”  Segala aktivitasnya didorong oleh instink itu dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya.  Untuk itulah mereka mencari makan, melindungi diri dan berkembang biak.
            Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang.  Akumulasi dari segala yang mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu merupakan “pengetahuan”-nya.  Pengetahuan manusia selalu berkembang.  Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang “apa,” “bagaimana” dan “mengapa” demikian.
            Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.



Bookmark and Share

JANGAN LUPA KLIK IKLANNYA YAA..
1 X KLIK SANGAT BERARTI

Anda sedang membaca artikel Perkembangan Alam Pikiran Manusia. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2011/12/perkembangan-alam-pikiran-manusia.html

0 comments:

Posting Komentar