A. Biosfer dan Makhluk Hidup
Pada awalnya, bumi masih belum mengandung air, yang ada di luar hanya lithosfer dan atmosfer. Atmosfer semakin lama semakin dingin, dan akhirnya terbentuklah air (H2O) yang masih berbentuk gas yang kemudian berbentuk uap, dan akhirnya, setelah suhu cukup rendah dan diperkirakan 100 derajat Celcius, terbentuklah embun dan hujan. Mulai saat itu,terbentuk sungai, danau, dan lautan, tetapi belum terdapat kehidupan.
Setelah bola bumi mengalami pendinginan dan terbentuk benua, danau, dan lautan pada kira-kira 2250 juta tahun lalu, terbentuklah bakal biosfer, yaitu suatu tempat tinggal makhluk hidup tersebut dengan materi dan energi yang mengelilinginya. Tempat dan sistem itulah yang disebut biosfer.
Suatu benda dinyatakan sebagai benda hidup atau makhluk hidup jika memiliki ciri-ciri 1) Melakukan pertukaran zat ataumetabolisme, artinya adanya zat yang masuk dan keluar; 2) tumbuh, artinya bertambah besar karena pertambahan dari dalam dan bergerak; 3) melakukan reproduksi atau berkembang biak; 4) memiliki iritabilitas atau kepekaan terhadap rangsangan dan memberikan reaksi terhadap rangsangan itu; serta memiliki kemampuan mengadakan adaptasi terhadap lingkungan.
Sebelum makhluk hidup muncul dipermukaan bumi, yang ada hanya bakal biosfer, yaitu lingkungan fisis saja. Oleh karena itu, timbul pertanyaan darimana dan bagaimana makhluk hidup itu menghuni bumi ini?
B. Asal Mula Kehidupan di Bumi
Teori evolusi menerangkan bahwa keragaman kehidupan semua spesies di muka bumi sekarang berasal dari nenek moyang bersama. Tentu saja catatan fosil menerangkan kepada kita bahwa pada masa-masa terdahulu, di bumi ini terdapat lebih sedikit spesies dan bahwa spesies tidak begitu komplek seperti kebanyakan spesies kita yang modern. Teorinya, telah mengenai evolusi harus menuntun kita kembali kepada bentuk pertama kehidupan yang menjadi asal-muasa semuanya. Apakah bentuk pertama ini? Kita tidak mengetahuinya, maka yang paling baik kita lakukan ialah membuat dugaan yang cerdas mengenai sifat-sifatnya. Dari mana asalnya? Kita pun tidak mengetahui jawaban untuk pertanyaan ini, meskipun setiap orang yang arif mungkin suatu ketika mempertanyakan hal ini. Bahkan yang tidak mengetahui atau tidak mempercayai teori evolusi sekalipun akan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri bagaimana kehidupan muncul untuk pertama kali di bumi.
1. Teori Kosmozoa.
Teori mengenai asal-usul kehidupan ini memang dalam ruang lingkup penelitian ilmiah. Teori ini menerangkan adanya kehidupan di bumi kita dengan mengandaikan bahwa kehidupan dibawa kemari dari tempat lain di alam semesta, boleh jadi tergabung dalam meteorit yang jatuh. Beberapa meteorit memang mengandung molekul-molekul organik. Tetapi datangnya molekul-molekul organik itu dari angkasa luar tidak sama dengan datangnya kehidupan. Dan sekalipun kehidupan itu dapat menahan kekerasan ruangan antar planet dan perjalanan kasar melalui atmosfer bumi. Teori kosmozoa itu sebenarnya tidak menjawab pertanyaan dasar kita. Teori ini hanya menjauhkannya dari planet ini ke suatu lokasi lain.
2. Teori Pfluger
Teori ini menyatakan bahwa bumi berasal dari suatu materi yang sangat panas, kemudian dari bahan itu mengandung karbon dan nitrogen terbentuk senyawa Cyanogen (CN). Senyawa tersebut dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi dan selanjutnya terbentuk zat protein pembentuk protoplasma yang akan menjadi makhluk hidup
3. Teori Moore
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup dapat muncul dari kondisi ysng cocok dari bahan anorganik pada saat bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang kompleks dalam larutan yang labil. Bila fase keadaan kompleks itu tercapai akan muncullah hidup.
4. Teori Allen
Teori ini menyatakan bahwa pada saat keadaan fisis bumi ini seperti keadaan sekarang, beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang lembab dan menimbulkan pengaturan atom dari materi-materi. Interaksi antara nitrogen, karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur dalam genangan air di muka bumi akan membentuk zat-zat yang difus yang akhirnya membentuk protoplasma benda hidup.
5. Teori Transendental
atau dari ciptaan yang merupakan jawaban secara religi bahwa benda hidup itu diciptakan oleh Super Nature atau Tuhan Yang Maha Kuasa di luar jangkauan sains.
6. Teori Abiogenesis dan Biogenesis
Beberapa ahli ilmu alamiah seperti Aristoteles sampai beberapa abad kemudian berpendapat bahwa berdasarkan pengamatannya, benda-benda hidup itu mungkin dapat timbul dari benda tidak hidup. Sampai sekitar seratus tahun yang lalu, secara umum dipercaya bahwa kehidupan dapat timbul dengan sendirinya dari benda tak hidup. Sebagai contoh, dinyatakan bahwa cacing berasal dari lumpur, ulat berasal dari daging yang membusuk, kutu pakaian berasal dari kotak-kotak penyimpanan pakaian. Bahkan van Helmont memberikan resep – butir-butir gandum dan kemeja kotor dalam wadah gelap – untuk menghasilkan tikus secara spontan. Pendapat ini disebut juga abiogenesis atau Generatio spontanea artinya mahkluk hidup berasal dari benda-benda tak hidup. Akan tetapi, karena makin banyak yang diketahui tentang biologi, orang mulai meragukan kemungkinan adanya generatio spontanea.
Pada tahun 1668, seorang dokter Italia yang bernama Francisco Redi melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa ulat tidak timbul dengan sendirinya pada daging yang membusuk melainkan barasal dari telur lalat. Ia menyatakan kehidupan berasal dari telur (omne vivum ex ovo). Walaupun generatio spontanea dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih besar mulai disangsikan setelah hal ini, penemuan van Leeuwenhoek tentang mikroorganisme membuka kembali masalah tersebut. Tentu saja makhluk-makhluk renik ini, yang begitu tiba-tiba muncul pada makanan yang membusuk dan sebagainya timbul dengan sendirinya. Lazzaro Spalanzani, mencoba memperlihatkan bahwa mikroorganisme tadi tidak dengan cara demikian munculnya. Ia mendidihkan kaldu gizi dalam labu kemudian menutupnya rapat-rapat sehingga tidak masuk apapun dari luar. Kaldu itu tetap jernih dan steril. Ia menyimpulkan bahwa telur berasal dari jasad hidup (omne ovo ex vivo). Tetapi diantara mereka ada yang berpendapat bahwa tidak adanya kehidupan ini disebabkan karena tidak ada hubungannya dengan luar karena tertutup rapat.
Akhirnya, seratus tahun kemudian, yang membuat orang-orang skeptis itu terbungkam ialah Louis Pasteur, ahli biokimia dan mikrobiologi dari Perancis. Dia juga mendidihkan kaldu dalam labu, tetapi leher labu bukannya ditutup rapat-rapat melainkan dibentuk seperti huruf S, sehingga ujungnya tetap terbuka. Sekarang udara segar dapat mencapai bagian labu itu, tetapi Pasteur berpendapat, bakteri atau apapun yang mengapung di udara tersebut akan terjebak dalam leher labu yang panjang. Ternyata kaldu tetap steril, kecuali bila kaldu di lairkan ke leher lalu mengembailkannya ke dalam labu. Maka organisme mulai tumbuh dalam kaldu. Ia berkesimpulan bahwa harus ada kehidupan sebelumnya agar timbul kehidupan baru (omne vivum ex vivo) atau biogenesis.
- Teori Oparin
Menurut teori Oparin, lautan dan bumi yang dahulu mengandung persediaan yang kaya akan molekul-molekul organik. Dalam waktu yang amat lama, molekul-molekul ini saling bergabung dalam komplek-komplek sementara. Diperkirakan bahwa atmosfer bumi mengandung gas-gas metana ((CH4), amonia (NH3) dan uap air yang merupakan unsur-unsur utama untuk sintesa molekul yang terdapat di dalam makhluk hidup. Radio aktivitas, penyinaran ultra violet dari matahari, panas dari gunung berapi, dan muatan listrik mungkin kesemuanya itu menyediakan energi untuk sintesa berbagai molekul organik dari gas-gas ini. Juga menurut teori ini, atmosfer bumi masa lalu mungkin mengandung sedikit oksigen atau tidak sama sekali. Hanya dalam atmosfer yang mereduksi, molekul-molekul organik yang baru disintesa dapat menghindar agar tidak teroksidasi kembali menjadi produk-produk organik. Ada bukti geologis bahwa atmosfer bumi masa lalu adalah atmosfer yang mereduksi. Dapatkah sistem seperti ini bekerja? Seorang mahasiswa biokimia, Stanley L. Miller mencoba menjawabnya. Ia membuat suatu alat. Ia mengisinya dengan air, metana, amonia, dan hidrogen (tetapi tanpa oksigen). Campuran ini dibiarkan beredar terus dengan mendidihkan dan kemudian menyuling airnya. Gas keluar melalui ruangan yang mengandung dua elektrode dengan bunga api yang terus menerus ada di antaranya. Pada akhir pekan, dari analisis kimia terhadap isi labu itu ternyata beberapa asam amino dan beberapa molekul organik lainnya terdapat di sana. Hasil Miller mendorong peneliti lain untuk memvariasikan prosedurnya dengan memakai campuran substansi berbeda yang mungkin telah ada di bumi primitif dan sumber-sumber energi lain. Sebagian besar dari unsur-unsur pokok lain pada benda hidup telah diperoleh dari percobaan-percobaan yang lebih kemudian. Bagaimana dapat kita terangkan perakitan ramuan-ramuan sederhana ini menjadi makhluk hidup?
Salah satu tanda kehidupan ialah bahwa kehidupan berlandaskan polimer, yaitu molekul-molekul besar yang dirakit dari satuan-satuan kecil yang berulang-ulang. Asam amino dirakit panjang untuk membuat protein, nukleotida, saling bersambungan untuk membuat DNA dan RNA, gula dipolimerisasi menjadi polisakarida seperti pati. Jadi polimerisasi molekul organik kecil menjadi makromolekul mungkin saja merupakan langkah dini dalam pengalaman menuju kehidupan.
C. Evolusi dan Keanekaragaman Makhluk Hidup
1. Mekanisme Evolusi
Evolusi adalah suatu proses di mana ciri sebuah spesies berubah dalam kurun waktu lama, yang akhirnya sampai kepada pembentukkan sebuah spesies baru. Evolusi menyatakan bahwa tubuh individu sebuah populasi berubah secara struktural dan menujukan kepada kita bagaimana tumbuhan dan hewan modern (yang saat ini masih hidup) berevolusi sejak dari nenek moyangnya yang primitif secara bertahap, jutaan tahun sejak pemunculan awalnya. Jadi, evolusi menjelaskan mengapa terdapat banyak organisme dengan tipe-tipe berbeda di muka bumi, mengapa setiap spesies harus dapat beradaptasi dengan baik di habitatnya jika ingin tetap survive dan mengapa sebuah spesies berbagi ciri dasar dengan kerabat jauhnya dan memiliki ciri khusus yang membedakannya dari spesies-spesies lainnya.
Darwin, seorang penyelidik alam berkebangsaan Inggris, menyadari bahwa faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup individu dalam suatu populasi. Sebagai contoh adalah struktur paruh burung. Jika di suatu wilayah terdapat tumbuhan berbiji keras seperti gandum, jagung, padi dan sebagainya, maka burung burung berparuh sesuai untuk memecah biji-bijian akan memperoleh keuntungan dan kelangsungan hidupnya lebih lama daripada burung yang berparuh tidak sesuai. Burung yang berparuh tidak sesuai ini akan mati, atau setidaknya ia tidak akan mencapai umur reproduktif, sehingga keturunan dari burung yang berparuh sesuailah yang akan merajai wilayah tersebut. Bentuk paruh ini merupakan ciri khas yang ditemukan dalam populasi yang secara alamiah diturunkan. Inilah yang disebut sebagai hasil dari adaptasi struktur tubuh terhadap faktor lingkungan.
Karena adaptasi ini, maka jumlah anggota pupulasi yang berparuh sesuai akan meningkat bahkan akan melebihi jumlah anggota populasi yang berparuh tidak sesuai, sehingga sifat dasar populasi burung tersebut secara perlahan akan berubah. Jadi, burung yang adaptif akan dapat meneruskan kehidupannya dan bertambah jumlahnya dibandingkan dengan burung-burung yang tidak adaptif. Hal ini yang disebut oleh Darwin sebagai seleksi ilmiah (natural selection). Ia menyatakan bahwa evolusi terjadi sebagai hasil dari seleksi ilmiah. Evolusi dengan cara seleksi alamiah ini adalah proses perubahan dalam jangka waktu lama yang dialami oleh sebuah populasi berupa perkembangan struktur tubuh melalui modifikasi sifat-sifat dasar.
Pemikiran Darwin tentang evolusi organisme adalah sebagai berikut :
a. Organisme purba dan organisme modern berkerabat satu sama lain.
b. Faktor-faktor lingkungan memegang peranan penting dalam perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan hewan.
c. Anggota populasi dari spesies yang sama akan menunjukkan perubahan struktur tubuh yang sedikit berbeda setelah terisolasi secara geografis.
d. Organisme yang hidup di pulau menunjukkan kesamaan struktur dengan organisme yang hidup di daratan dekat pulau tersebut.
Ternyata apa yang dipikirkan Darwin tersebut kelak akan terbukti melalui penelitian ilmu genetika.
Pada abad ke 20 – sejalan dengan mulai dimengertinya prinsip-prinsip ilmu genetika dengan lebih baik – para ilmuwan biologi menemukan mekanisme lain selain seleksi alamiah, yang menyebabkan organisme berubah dari generasi ke generasi. Sebuah spesies organisme diyakini memiliki informasi genetik tertentu. Perubahan informasi genetik ini seperti aliran gen (gen flow) dan penyimpangan genetik (genetic drift) akan menyebabkan perubahan populasi, yang memicu kepada terjadinya spesiasi (speciation). Spesiasi adalah proses di mana spesies baru dibentuk. Spesisasi terjadi jika populasi terbelah menjadi populasi-populasi yang secara genetik dipisahkan satu sama lain, tetapi Darwin dalam bukunya yang terkenal ‘On the Origin of Species” hanya mendiskusikan bagaimana populasi berubah karena pengaruh seleksi alamiah. Menurut dia, spesiasi adalah suatu akumulasi perubahan secara bertahap (gradual) dalam kurun waktu lama sampai sebuah kelompok organisme cukup nyata dianggap sebagai spesies baru. Proses pembentukkan spesies baru seperti ini dikenal sebagai spesiasi filetik (phyletic speciation). Menurut ilmuwan genetika, perubahan komposisi genetik terjadi pada gen yang terdapat pada anggota sebuah populasi. Perubahan ini diturunkan ke generasi berikutnya ketika berlengsungnya proses reproduksi. Perubahan genetik pada populasi ini menyebabkan perubahan evolusioner. Di sinilah letak kunci utama mengapa proses evolusi menjadi penyebab terjadinya keanekaragaman organisme yang ada di muka bumi sekarang ini.
Selain spesiasi filetik, juga dikenal spesiasi alopatrik (allopatric speciation), spesiasi parapatrik (parapatric speciation) dan spesiasi simpatrik (sympatric speciation). Spesiasi alopatrik terjadi karena adanya penghalang fisik seperti sungai, gunung, letak geografis dan sebagainya. Penghalang ini memisahkan sebuah populasi dari populasi induknya, yang berarti memotong aliran gen antar kedua pupulasi tersebut. Setelah terisolasi mereka membentuk sejumlah perbedaan genetik, termasuk penghalang reproduksi yang membedakannya dari populasi induknya. Contoh dari spesiasi alopatrik ini adalah hasil evolusi dari populasi burung kutilang (finches) di Kepulauan Galapagos yang terpisah dari populasi induknya di Benua Amerika bagian selatan. Spesiasi parapatrik terjadi pada populasi-populasi yang letaknya berdekatan. Kelompok gen mereka menjadi terpisah oleh adanya variasi lingkungan. Sebagai contoh adalah rumput yang tumbuh di lingkungan toksik akan mengembangkan toleransi terhadap logam berat, yang tidak dipunyai oleh rumput di sebelahnya yang tidak terpolusi. Karena perbedaan kepekaan terhadap logam berat tersebut, dua populasi rumput ini akan mengembangkan mekanisme yang berbeda dalam masa pembungaannya sehingga menghasilkan isolasi reproduksi. Kasus yang menarik dari spesiasi simpatrik terjadi pada tumbuhan sebagai hasil dari poliploidi. Poliploidi adalah pertumbuhan jumlah set/pasangan kromosom dalam setiap sel tubuh tanaman tersebut. Pemunculan tertraploid (4N) dari induk yang diploid (2N) tidak biasa terjadi. Sekali terbentuk, maka tumbuhan tetraploid tidak akan melakukan persilangan dengan anggota populasi yang diploid karena ketidak-cocokan jumlah kromosom. Akibatnya tumbuhan tetraploid hanya dapat menyerbuki anggota populasi yang tetraploid juga, atau melakukan penyerbukan sendiri atau dengan reproduksi aseksual, yang kemudian keturunanannya saling bersilang. Inilah yang nantinya juga akan menjadi awal spesiasi. Poliploid menjadi sangat penting dalam evolusi dan spesiasi tumbuhan. Lebih dari 40% spesies tumbuhan berbunga yang hidup sekarang ini adalah diploid.
Dengan terjadinya spesiasi, maka akan dijumpai adanya keanekaragaman organisme. Untuk mempelajari dan mengenal organisme yang beranekaragam ini, manusia melakukan klasifikasi.
2. Keanekaragaman dan Klasifikasi Organisme
Langkah pertama ke arah evolusi kehidupan adalah sintesis molekul organik, dimulai dari molekul organik bebas menjadi molekul organik kompleks (evolusi biokimiawi) dan lama kelamaan molekul organik komplek ini menjadi sebuah sel pertama. Para saintis berspekulasi bahwa organisme/sel pertama memakan materi organik dari lingkungannya. Karena materi organik terbatas, sistem pigmen dari organisme tersebut berevolusi menjadi organ penangkap energi dari cahaya matahari yang nantinya energi tersebut disimpan sebagai ikatan kimiawi. Dengan demikian, muncullah bakteri penghasil oksigen sehingga pada era Poterozoic ini atmosfer bumi berisi gas oksigen yang stabil. Era Proterozoic ini berkisar antara 2,5 milyar dan 544 juta tahun yang lalu.
Evolusi organisme berlanjut dari sebuah sel sederhana tanpa inti sel yang jelas (prokaryota) menjadi organisme sel berinti jelas (eukaryota). Menurut para ahli paleontologi (ahli fosil), berdasarkan catatan fosil, eukaryota pertama berukuran lebih besar dan lebih kompleks daripada prokaryota. Perkembangan organisme di era Palezoic (544 – 250 juta tahun yang lalu) menjadi lebih jelas. Di lapisan bumi pada era ini banyak banyak ditemukan fosil organisme multiseluler, sekitar 250 ribu jenis fosil telah diidentifikasi, dideskripsi, dan diberi nama. Era Paleozoic ini terdiri dari beberapa periode masa, dimana setiap periode masa memunculkan kelompok-kelompok organisme tertentu yang khas atau bahkan beberapa kelompok organisme lainnya menghilang/punah.
Pada periode Kambrium, mimi purba Trilobita yang kini sudah punah mulai muncul, dan hewan mirip dengan ikan seperti lenselet dan lemprey sebagai hasil evolusi dari cacing pipih hadir kemudian pada periode Ordovisi. Ikan pertama seperti Agnatha dan ikan bertulang rawan Chondricthyes muncul pada periode Silur. Pada periode ini pula tumbuhan mulai menduduki daratan. Zaman keemasan ikan adalah pada periode devon, dimana amfibi pertama dan serangga pertama juga hadir. Periode karbon, periode masa paku-pakuan, tumbuhan berbiji dan fungi. Para sintis berpendapat bahwa keberhasilan hidup fungi sebagai organisme perombak (dekomposer) juga disebabkan oleh adanya kitin pada dinding selnya. Kitin menjadikan sel tubuh fungi resisten terhadap kekeringan. Pada periode Perm, terjadi kepunahan massal sehingga banyak spesies hilang. Pada periode ini pula tumbuhan seperti pinus, cemara dan sejenisnya mulai muncul di muka bumi.
Era Mesozoikum (250 – 65 juta tahun yang lalu) adalah zaman keemasan reptil. Dinosaurus berukuran kecil dan mamalia pertama mulai hadir pada periode Trias, sedangkan dinosaurus berukuran besar mendominasi bumi pada periode Jura. Bersamaan dengan dinosaurus besar ini, burung pertama (Archeopteryx) juga muncul. Periode Kreta ditandai dengan munculnya tumbuhan berbunga (Angiospermae) dan terjadi penyebaran serangga. Kesuksesan serangga di sini disebabkan oleh berhasilnya koevolusi serangga dengan tumbuhan berbunga sebagai penyedia makanannya. Dalam era ini, reptil (hasil evolusi amfibi) menjadi dominan, dan kemudian reptil ini berevolusi ke mamalia (200 juta tahun yang lalu) dan burung (150 juta tahun yang lalu). Akhir dari era Mesozoikum ini ditandai oleh kepunahan besar-besaran sejumlah spesies, teramsuk dinosaurus, beberapa organisme laut seperti plankton, bivalvia, dan gurita bercangkang. Perubahan evolusioner terus berlangsung pada akhir era ini.
Zaman keemasan mamalia terajadi pada era Senozoikum (65 juta tahun yang lalu sampai sekarang0. Era ini terdiri dari periode Tersier dan periode Kuartener. Berbagai jenis mamalia berkembang dengan baik seperti anjing, kucing, kuda, ikan paus, bajing, kelinci, kelelawar dan primata. Manusia purba, leluhur manusia, berasal dari primata yang hidup di pepohonan. Primata pertama muncul pada 75 juta tahun yang lalu (menjelang akhir era Mesozoikom). Hewan primata ini hidup di atas tanah, makan tumbuhan dan serangga. Dalam pohon silsilah, hewan antropoid ini terbagi menjadi tiga golongan, yaitu monyet dunia lama dengan contoh Macaca dan Babun, monyet dunia baru dengan contoh Tarsius dan kera dengan contoh Gibon, Orangutan, Gorila, Simpanse dan Manusia.
Jelaslah bahwa keanekaagaman organisme disebabkan oleh evolusi biokimiawi dan evolusi struktur tubuh organisme. Proses evolusi terjadi karena perubahan lingkungan abiotik/habitat, tempat organisme tersebut melakukan aktivitasnya. Hasil dari proses evolusi organisme dari tahap ke tahap atau dari era ke era memberikan gambaran khas suatu kelompok organisme, dan kekhasan inilah yang digunakan para saintis untuk mengelompokkan/klasifikasi organisme. Usaha pengelompkkan/klasifikasi organisme dipandang perlu mengingat bahwa keanekaragaman organisme makin lama makin banyak. Saat ini di dunia terdapat lebih dari 5 juta spesies organisme, dan yang telah dideskripsi dan diberi nama adalah sekitar 2 juta jenis.
Pengeleompkkan dan pengklasifikasian organisme oleh para ilmuwan didasarkan terutama pada karakter morfologi dan keprimitifan kelompok organisme sehingga klasifikasi organisme menjadi cerminan perjalanan evolusinya. Saat ini dikenal ada 5 kelompok (kingdom) organisme dan berdasarkan keprimitifan sel tubuhnya kingdom Monera yang berisi organisme prokaryota menjadi kelompok awal, kemudian diikuti oleh organisme eukaryota. Protista, kelompok eukaryota uniseluler, menjadi kingdom tersendiri karena berbeda dengan organisme multiseluler dalam jumlah sel dalam hal jumlah sel tubuhnya. Sebagian dari anggota-anggota kingdom Protista bersifat hewan (Protozoa) dan sebagian lagi bersifat tumbuhan (Protophyta). Protophyta inilah yang merupakan anggota dari tumbuhan algae (ganggang), di samping algae multiseluler yang semua anggotanya dimasukkan ke dalam kingdom Plantae. Organisme multiseluler jamur dan cendawan (Fungi) dipisahkan dari kelompok tumbuhan karena ketiadaan butir-butir kloroplas pada sitoplasma sel tubuhnya. Seperti diketahui, kloroplas menjadi ciri khas orgsnisme tumbuhan. Hewan, organisme multiseluler yang tergolong kepada kingdom Animalia, dipisahkan dari organisme multiseluler tumbuhan oleh tiadanya kloroplas pada sel tubuhnya.
Rangkuman
Mula-mula orang menyangka bahwa makhluk-makhluk hidup itu dapat timbul dengan sendirinya secara spontan dari makhluk tak hidup, misalnya dari lumpur timbul cacing, dari bangkai timbul ulat. Pendapat ini disebut abiogenesis yang pelopornya antara lain Arsitoteles. Orang juga menduga bahwa makhluk hidup di bumi berasal dari luar bumi atau cosmos, maka disebut Cosmozoa. Pada abad ke-17 Fransisco Redi mengajukan teorinya bahwa asal mula ada kehidupan itu dimulai dari adanya telur (omne vivum ex ovo). Lazzaro Spalanzani pada abad ke-18 juga membuktikan bahwa telur-telur itu ternyata dihasilkan oleh makhluk hidup (omne ovo ex vivo). Pada abad ke-19, Louis Pasteur menyatakan bahwa adanya makhluk hidup berasal dari makhluk hidup (omne vivum ex vivo) atau teori biogenesis.
Selanjutnya Harold Urey (1893) beranggapan bahwa senyawa-senyawa organik yang penting bagi pembentukkan jasad hidup dapat dibentuk dari senyawa-senyawa anorganik misalnya hidrogen, air, amoniak, dan gas metan. Teori Urey sejalan dengan teori Oparin dan Miller , bahwa senyawa-senyawa dasar pembentuk jasad hidup itu terbentuk semakin banyak, maka samudra merupakan tempat penampungannya sehingga suatu saat setelah ribuan juta tahun terbentuk jasad hidup yang pertama.
Evolusi adalah suatu proses di mana ciri sebuah spesies berubah dalam kurun waktu lama, yang akhirnya sampai kepada pembentukkan sebuah spesies baru. Evolusi menyatakan bahwa tubuh individu sebuah populasi berubah secara struktural dan menujukan kepada kita bagaimana tumbuhan dan hewan modern (yang saat ini masih hidup) berevolusi sejak dari nenek moyangnya yang primitif secara bertahap, jutaan tahun sejak pemunculan awalnya. Jadi, evolusi menjelaskan mengapa terdapat banyak organisme dengan tipe-tipe berbeda di muka bumi, mengapa setiap spesies harus dapat beradaptasi dengan baik di habitatnya jika ingin tetap survive dan mengapa sebuah spesies berbagi ciri dasar dengan kerabat jauhnya dan memiliki ciri khusus yang membedakannya dari spesies-spesies lainnya.
Anda sedang membaca artikel Kehidupan di Bumi. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar