Pengertian Tes
Tes adalah, Instrumen atau alat yang digunakan untuk memper-oleh informasi tentang individu atau objek. Tes dapat berupa pertanyaan tertulis, wawancara, pengamatan tentang unjuk kerja fisik, check-list, dan lain-lain.
Ciri tes yang baik;
1. Valid
Validitas : menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat yang digunakan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
Contoh :
Guru menilai keterampilan pas bawah. Penilaian valid jika menggunakan peralatan yang terstandar dan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Jika tidak, maka penilaian tidak valid.
2. Reliabelitas
Reliabilitas : konsistensi (keajegan/dapat dipercaya) hasil penilaian.
Misal, guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama.
3. Objektif
Dilaksanakan secara obyektif dan adil. Adil terhadap semua peserta didik dgn tidak membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa, dan gender (kelamin). Disamping harus adil, juga menyesuaikan dengan karakteristik, jenjang dan usia peserta didiknya.
4. Mendidik
Dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan kualitas belajar, khususnya mendidik berpikir, berbuat & berperilaku. Selain itu memberi-kan sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta didik, artinya, hasil penilaian harus dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi peserta didik yang berhasil atau sebagai pemberian motivasi bagi peserta didik yang kurang/belum berhasil.
5. Keseluruhan/Komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai kompetensi/ kemampuan peserta didik dalam mengembangkan sikap yang tergambar dalam standar kompetensi lulusan, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik. Aspek kreatifitas peserta didik seperti mengembangkan alternatif pengukuran dengan alat-alat lainnya termasuk dalam kriteria penilaian.
Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah, proses pe-ngumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif. Hasil pengukuran berupa kuan-tifikasi dari jarak,waktu, jumlah, dan ukuran. Hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistik.
Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah, Proses pemberian penghrgaan/keputusan terhadap data /informasi yang diperoleh melalui proses pengukuran dan berdasarkan suatu kriteria.
Bagaimana hubungannya?
Tes dan pengukuran merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisah-kan. Tetapi tidak demikian halnya antara pengukuran dan evaluasi.
Pengukuran, menyediakan sarana utk mengumpulkn informasi yg diperlukan
Tes, alat yg digunakan untuk mengum-pulkan informasi.
Evaluasi, proses memberikn nilai atau harga dari data yang terkumpul.
Perbedaan Pengukuran & Evaluasi
Aspek | Pengukuran | Evaluasi |
1. Proses 2. Ruang lingkup 3. Produk/ Hasil | Proses pengumpulan data/informasi Merupakan bagian dari proses evaluasi Produknya adalah data/ informasi | Proses pemberian nilai /harga terhadap data hasil pengukuran Evaluasi mempunyai ruang lingkup lebih luas dari pengukuran. Produknya nilai/makna berdasarkan kriteria. |
Tujuan evaluasi dan pengukuran
1. pengelompokkan;
2. penilaian;
3. motivasi;
4. penelitian.
Pengelompokan
Sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat menempatkan siswanya ke dalam kelompok-kelompok tertentu, sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Penilaian
Tujuan utama evaluasi adalah, memberikan informasi tentang kemajuan yang dicapai dari proses pembelajaran yang dikerjakan dan posisi siswa di dalam kelompoknya.
Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang memicu seseorang untuk mencapai hasil yang tertinggi. Apabila dilaksanakan secara tepat, evaluasi dapat merupakan proses memotivasi yang positif. Begitu sebaliknya.
Penelitian
Mutu data yang dikumpulkan bergantung pada ketelitian dan ketepatan alat ukur, teknik pengukuran, dan kelayakan tes.
Ranah (domain) yang diukur
1. psikomotor;
2. kognitif;
3. afektif.
Ranah psikomotor
Tes psikomotor meliputi dua hal: produk performa motorik (kecepatan, kekuatan, keajegan servis, dll) dan proses pelaksanaan performa pola yang digunakan untuk melakukan servis bolavoli misalnya.
Ranah kognitif
mengukur pengetahuan yang dimiliki kitannya dengan teknik, peraturan, dan strategi olahraga, konsep kaitannya dengan pengembangan dan cara mempertahankan kesegaran jasmani.
Ranah afektif
mengukur minat, perhatian, sikap, perasaan, dan nilai dalam kaitannya dgn aktivitas fisik yg bermakna. Juga mengukur sifat agresif, kegigihan berlatih, kecemasan dan pengem-bangan karakter.
Teknik Pengukuran
q Data hasil pengukuran diperoleh melalui teknik tes dan non tes.
q Data yang dihasilkan berupa angka yg dpat dianalisis secara statistik, ada pula yang menghasilkan data kualitatif.
Tes tindakan
q Tes tindakan atau kinerja motorik selalu disertai juklak.
q Pengguna tes harus benar-benar mengikuti juklak tes yang ada.
q Produk dari kinerja motorik ; keterampilan basket, service , dll.
q Skala Rating, Checklist
q Skala, checklist digunakan untuk mengungkap minat, sikap, tingkah laku, kebiasaan, perkembangan, atau kematangan tingkah laku
Ciri-ciri tes esai;
q berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengandung permasalahan;
q memerlukan pembahasan, uraian, atau penjelasan sebagai jawabannya;
q Ciri khas tes ini adalah siswa bebas memberikan jawabannya,
q Siswa bebas memilih pendekatan yang dianggap tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang ditanyakan, menyusun dan mengorganisasikan jawabannya sendiri, serta memberikan penekanan-penekanan terhadap aspek jawabanalahan;
q Bentuk esai memberikan peluang bagi peserta tes untuk menyatakan, melahirkan, dan mengintegrasikan ide-idenya;
Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal bentuk ini adalah perumusan masalah yang dikemukakan,
q Rumusan tujuan hendaknya jelas sehingga setiap peserta tes dapat menangkap masalah yang dikemukakan tepat seperti yang dimaksud oleh penyusun tes.
Kuisioner dan Wawancara
q Tester memperoleh informasi atau data secara langsung dari individu parihal kelakuan, keyakinan, sikap, minat, dll.
q Kuisioner terdiri atas pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
q Apabila pertanyaan tersebut disampai-kan secara lisan, dan menuntut jawaban secara lisan, dinamakan wawancara
Prinsip Pengukuran & Evaluasi
q Selaras dgn falsafah pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan.
Hal ini untuk mencegah terjdinya konflik dan bermanfaat untuk memperlancar dukungan serta kerjasama baik di antara guru pendidikan jasmani maupun antara guru dengan pimpinan
q Dilaksanakan dalam rangka pengem-bangan/penyempurnaan tujuan.
Sehingga tujuan yang ingin dicapai harus jelas, demikian juga tahapannya harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
q Hasil testing ditafsirkan dalam konteks perkembangan individu secara holistik.
Prinsip ini berhubungan dengan pemilihan alat ukur atau tes yang akan digunakan, pembatasan ruang lingkup untuk setiap tingkatan kelas atau jenjang pendidikan.
q Testing berawal dari asumsi, bahwa semua atribut pada seseorang dapat dites dan diukur. Selain dimensi fisik, kemampuan kognitif dan dimensi afektif, semuanya pada dasarnya dapat diukur atau dites.
q Kemampuan awal harus diketahui untuk dibandingkan dgn hasil tes berikutnya.
Selisih antara tes awal dan tes akhir menunjukkan perubahan dalam bentuk skor perolehan, atau paparan deskriptif.
q Mutu tes atau alat ukur harus diperhati-kan karena akan mempengaruhi mutu data yang diperoleh.
Mutu evaluasi bergantung pada mutu data, dan mutu data bergantung pada mutu tes atau alat ukur. Oleh karenanya tes yang dipilih harus valid, reliabel
Tipe-tipe Evaluasi
q Evaluasi formatif
q Evaluasi sumatif
q Evaluasi produk
q Evaluasi proses
q Evaluasi acuan patokan
q Evaluasi acuan norma
Evaluasi formatif
q Bertujuan untuk menyempurnakan program dan memantau kemajuan.
q Dilakukan di sela-sela program yang sedang berlangsung.
q Pelaksanaan tes secara periodik dan dilakukan beberapa kali, seperti tes mingguan, bulanan.
Evaluasi Sumatif
q Dilaksanakan pada akhir suatu program, misalnya akhir semester.
q Nilai yang diperoleh dilaporkan dalam bentuk rapor, sementara hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai tertentu atau dalam bentuk laporan secara deskriptif.
Evaluasi Produk
q Berdasar tujuan khusus program, dapat menekankan perhatian pada produk yang dihasilkan dari unjuk kerja fisik.
q Contoh dalam evaluasi produk, menen-tukan hasil akhir dlm lari 10 Km hanya memerlukan catatan waktu pelari yang diperlukan untuk menempuh jarak
Evaluasi Proses
q Berdasar tujuan khusus program, dapat menekankan perhatian pada proses yang dapat menghasilkan produk.
q Contohnya, untk memperbaiki gaya lari, perlu menganalisa proses terjadinya gerak lari; penempatan kaki, ayunan lengan, panjang langkah, kecondongan.
Evaluasi Acuan Patokan
q Merujuk pada tingkat perolehan hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran secara memadai.
q Sangat bermanfaat baik bagi peserta didik maupun guru sebagai acuan dalam proses pembelajarannya.
q Patokan dpt dikembangkan berdasarkan pemikiran logis, pendapat para ahli, tinjauan teoritis, atau analisis hasil tes.
Contoh patokan pembelajaran renang;
o Dapat menahan napas selama 10 “.
o Dapat melakukan irama napas slma 10 “.
o Dapat mengapung dlm posisi telungkup, dapat meluncur telentang dan recovery.
o Dapat meluncur telentang sambil melakukan tendangan.
o Dapat meluncur telungkup sambil melakukan tendangan.
o Dapat melakukan front stroke sejauh 4 meter.
o Dapat melakukan back stroke sejauh 4 meter .
Contoh patokan lainnya;
o Seorang dosen menetapkan bahwa agar dapat lulus pada nomer lari 100 meter, seorang mahasiswa harus dapat menempuhnya dalam waktu tidak lebih dari 13,5 detik.
Penetapan Patokan sering menimbulkan masalah, terutama tentang batas patokan. Untuk menetapkan batas patokan harus dipertimbangkan derajat penguasaan dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Evaluasi Acuan Norma
q Merujuk pada perbandingan kemampuan di antara para siswa sebagai acuan penentuan nilai.
q Bermanfaat terutama untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam meraih tujuan yan lebih luas.
q Titik perhatiannya adalah, tingkatan kemampuan yang dapat membedakan siswa dalam kelompok sehingga siswa memperoleh skor yang sesuai dengan kemampuannya; siswa pandai skornya tinggi, sebaliknya siswa yang lamban memperoleh skor yang rendah.
q Untuk penentuan nilai, tidak ada satu acuan yang paling benar, karena itu yang perlu diperhatikan adalah bahwa guru harus mempertimbangkan acuan sebelum menggunakannya.
Contoh lain;
q Pada sebuah kelas yang terdiri atas 40 orang siswa. Siswa A memperoleh nilai 25 dalam tes kesegaran jasmani untuk butir tes push-up. Apa arti nilai 25 tersebut?.
q Kemampuan rata-rata 40 siswa dalam push-up adalah 20 kali, maka berdasarkan rata-rata tersebut kemampuan siswa A dapat ditafsirkan. Ini berarti, jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya kemampuan siswa A berada di atas rata-rata.
Beberapa bentuk Tes Objektif;
q Soal benar – salah
Bentuk tes yang item-itemnya berupa pernyataan (Statemen), sebagian pernyataan benar dan salah.
Peserta tes memilih Benar dan Salah pada setiap nomor Jawaban.
Contoh :
1. B – S : Darah terdiri dari sel-sel darah atau plasma
2. B – S : PBSI merupakan induk organisasi bolavoli
Kelebihan tes benar salah
§ Mencakup bahan ajar yang luas
§ Petunjuk pengerjaan mudah dimengerti
§ Reliabilitas terjamin
§ Mudah menyusunnya
Kelemahan tes benar salah
§ Mudah ditebak
§ Hanya mengungkap level kognitif tingkat awal
§ Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan benar dan salah
Petunjuk yang perlu diperhatikan;
1. Pernyataan tidak boleh terdiri dari beberapa konsep
3. Kalimat yang digunakan jelas dan singkat
4. Hindari pernyataan negatif rangkap
5. Jangan diambil kalimat dari buku yang akan membawa siswa menjadi verbalis
6. Hindari jawaban berpola
q Soal pilihan ganda
Pilihan Ganda (Multiple-hoice )
Tes pilihan ganda terdiri dari keterangan, pernyataan (statemen) yang belum lengkap sebagai stem, dan pilihan jawaban sebagai Option yang terdiri atas jawaban yang benar dan jawaban Pengecoh (distractor). Kemungkinan jawaban pilihan 3, 4 bahkan lebih.
Contoh :
Ukuran lapangan bolavoli adalah, ...
A. 6 x 9 m
B. 6 x 16 m
C. 9 x 9 m
D. 9 x 16 m
E. 9 x 18 m
Kelebihan tes Pilihan Ganda
§ Waktu pengerjaan singkat, karena hanya memilih item
§ Cakupan materi ajar luas
§ Reliabilitas terjamin
§ Tidak ada unsur subjektif dalam pemeriksaannya
§ Jawaban dikoreksi cepat dan mudah
§ Mudah dalam analisisnya
Kelemahan tes Pilihan Ganda
§ Kemungkinan ada unsur spekulasi
§ Soal cenderung mengungkap ingatan, sukar mengukur
§ Kerjasama antar peserta tes (Testee) lebih terbuka
Hal-hal yang perlu diperthatikan
1. Tiap item hendaknya terdiri satu problem
2. Option singkat dan jelas
3. Hendaknya panjang option sama
4. Setiap option hendaknya ada hubungan gramatikal yang besar dan relevan dengan stem
5. Jawaban benar disusun secara random
6. Hindari menggunakan susunan kalimat dari buku untuk menghindari verbalis dari peserta
q Soal menjodohkan
Menjodohkan (Macthing)
Terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban, biasanya
Dibagi 2 kolom kiri dan kanan. Menjodohkan terdiri dari berbagai
masalah dan berbagai option, setiap masalah memiliki pasangan
Petunjuk yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal
Hendaknya pernyataan dan jumlah option berbeda yang berguna untuk
a. Mereduksi jawaban benar
b. Mengurangi efek salah pilih, karena salah pilih akan berakibat salah dalam memilih jawaban lainnya
Contoh :
Carilah pasangan klpk A yg sesuai dgn klpk B, dgn menuliskan huruf yang sesuai dengan pasangan kelompok B
Kelompok A Kelompok B
... 1. Ukuran lapangan bolavoli A. 2.24 m
... 2. Tinggi net bolavoli putra B. 2.42 m
... 3. Tinggi net bolavoli putri C. 2.43 m
... 4. Jumlah pemain yang bermain D. 9 x 9 m
dalam satu ti bolavoli E. 9 x 18 m
... 5. Alat untuk mengukur keku F. 5 orang
atan lengan
Kelebihan tes Menjodohkan
- Cara yang mantap dan efisien utk mengukur informasi yang berbentuk fakta dari suatu pengertian
- Dapat disusun dengan mudah
Kelemahan tes Menjodohkan
- Seringkali hanya menekankan faktor ingatan saja dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran
q Soal isian pendek atau jawaban singkat
Jawaban singkat (Short Answer Fill-in)
Terdiri atas pernyataan atau kalimat yang belum sempurna, peserta diharapkan melengkapi bagian yang hilang dari kalimat tersebut sehingga menjadi kalimat yang sempurna.
Contoh :
- Darah terdiri dari ... dan ...
- Panjang lapangan bolavoli ... meter dan lebar ... meter
Kelebihan tes Jawaban singkat
- Mudah disusun
- Cocok untuk mengukur pembendaharaan bahasa, nama-mana, tanggal, tahun dan pengertian-pengertian
Kelemahan tes Menjodohkan
- Pengertian-pengertian yang kompleks dan aplikasi-aplikasi sukar diukur
- Panjang tempat jawaban harus sesuai dengan panjangnya jawaban yang benar.
Contoh:
Kurang baik : Induk organisasi bolavoli, ialah………..
Lebih baik : Induk organisasi bolavoli ialah………..
PETUNJUK UMUM PENYUSUNAN BUTIR SOAL
q Butir soal harus disusun berdasarkan Indikator dari Kompetensi Dasar.
q Penyusunan butir soal harus didasarkan pada sampel yang representatif dari bahan atau materi pelajaran dan standar kompetensi/ kompetensi dasar yang hendak diukur.
q Butir soal harus disusun dengan mempertimbangkan tingkat kesukaran butir soal. Perlu dipertimbangkan proporsi soal kategori mudah, sedang, dan sukar disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.(2:5:3)
q Kemampuan siswa untuk menjawab butir soal, seyogyanya tidak terhambat oleh faktor-faktor di luar tujuan butir soal tersebut
q Penyusunan soal perlu mempertimbangan kaitannya dengan peningkatan proses belajar mengajar
BENTUK-BENTUK TES DALAM PEMBELAJARAN PENJAS
Karakteristik Tes Essay
q Testi memiliki keleluasaan dalam memberikan jawaban
q Pemberian skor, didasari pertimbangan subjektif pemeriksa
Prestasi testee dalam tes objektif dan tes essay dalam hal yang sama, keduanya mengukur faktor yang sama. Baracht dan Hopkins, (1970)
Kelebihan tes Essay
- Pembuatan soal mudah ketimbang tes objektif
- Penyiapan penyusunan soal tidak lama
- Cocok untuk mengukur kemampuan berpikir divergen
- Menonjolkan kemampuan yang menghubungkan antara faktor dengan kemampuan memecahkan masalah
Kelemahan tes essay
- Penilaian antara penilai 1 dan lainnya dimungkinkan tidak ajeg atau berbeda
- Penilaian dipengaruhi “halo effect”. Artinya, penilaian dipengaruhi oleh karakteristik tertentu
- Penilaian pekerjaan siswa, dipengaruhi oleh penilaian siswa sebelumnya
- Tulisan yang tidak jelas mempengaruhi hasil penilaian
- Hanya mengukur sebagian hasil dari penguasaan materi, karena soal relatif sedikit, sehingga validitas rendah
- Memerlukan waktu yang cukup dalam proses pemeriksaan
Tipe soal essay {Weidmmen (1940)}
q Apa, siapa, kapan, yang mana dan dimana
q Daftar
q Garis besar
q Memeriksa
q Membedakan
q Membandingkan
q menjelaskan
q Mendidkusikan dan membahas
q Mengembangkan
q Menerangkan, dan
q Menilai
Kriteria penyusunan tes essay
q Butir tes mencakup materi penting
q Butir ter memberikan interpretasi terhadap informasi yang dikemukakan, jelas ruang lingkup dan sasarannya
q Butir soal dapat membedakan butir
q Disusun dari butir soal yang telah diketahui tingkat kesulitannya
Petunjuk teknis penyusunan
q Berikan penjelasan yang cukup
q Buat persoalan yang menjurus pada satu persoalan
q Susun perencanaan yang mencakup tentang isi, jumlah, waktu dan kisi-kisi jawaban
q Jangan menggunakan akan pertanyaan
q Tentukan bobot skor untuk setiap soal
(misalnya; soal no 1bobot 10, no 2 bobotnya 15 dst.)
q Tetapkan skor maksimum
Cara mengoreksi tes essay
q Siapkan kerangka jawaban pada setiap soal supaya ajeg
q Periksa kembali kerangka jawaban
q Tentukan besar skor dari setiap soal berdasarkan bobot yg telah ditetapkan
q Periksalah hasil pekerjaan peserta didik dan berikan penilaian
q Pemeriksaan soal sebaiknya dari no 1, kemudian no 2 dst.
q Jumlahkan skor dari setiap butir soal, untu memperoleh skor total dari setiap peserta didik. Jumlah skor merupakan skor yang diperoleh peserta didik secara keseluruhan
Cara menilai hasil belajar
q Skor yang diperoleh dari tes essay dalam bentuk skor kasar, kemudian diolah dengan pendekatan acuan penilaian yang telah ditetapkan
q Penentuan nila hasil belajar dapat digunakan acuan penilaian norma dan acuan penilaian patokan
Menilai hasil belajar dengan PAN
Langkah-langkah penilaian:
q Pertama mencari nilai rata-rata
Rumus :
Contoh :
Hasil penilaian dari 5 orang siswa;
A = memperoleh skor 20
B = memperoleh skor 18
C = memperoleh skor 15
D = memperoleh skor 17
E = memperoleh skor15
Jumlah skor : 20 + 18 + 15 + 17 + 15 = 85
Berdasarkan norma tersebut, maka nilai yang diperoleh oleh setiap siswa adalah;
Si A skor 20, memperoleh nilai = 8
Si B skor 18, memperoleh nilai = 6
Si C skor 15, memperoleh nilai = 3
Si D skor 17, memperoleh nilai = 5
Si E skor 15, memperoleh nilai = 3
Menilai hasil belajar dengan PAP
Langkah-langkah penilaian:
q Pertama, tentukan berapa skor maksimal tes itu
q Kedua, tentukan batas prosentase derajat penguasaan materi dari tes itu. Misalnya 50% atau 60% dari skor maksimum
q Ketiga, tentukan batas-batas norma penilaian
Contoh :
Hasil tes para siswa;
A memperoleh skor = 65, maka nilai hasil tes = 9
B memperoleh skor = 80, maka nilai hasil tes = 10
C memperoleh skor = 70, maka nilai hasil tes = 9
D memperoleh skor = 50, maka nilai hasil tes = 7
E memperoleh skor = 40, maka nilai hasil tes = 6
ANALISIS BUTIRAN SOAL TES OBJEKTIF
Pengertian
Analisis butir soal adalah, Prosedur yang sistematis, yang memberikan informasi-informasi yang sangat khusus pada butir soal yang telah disusun
Tujuan
Menurut sumarno (1978) tujuan meng-analisis butir soal adalah;
1. Untuk mengkategorikan butir soal, sebagai butir soal yang baik dan butir soal yang masih memerlukan penyempurnaan.
2. Untuk membantu dalam memper-baiki butir-butir soal yang memer-lukan penyempurnaan.
3. Untuk memilih butir-btir soal yang baik dalam penyusunan naskah ujian.
Manfaat
- Diperolehnya gambaran tentang keadaan butir-butir soal yang telah disusun.
- Dapat diidentifikasikan butir-butir soal yang jelek
- Diperolehnya beberapa informasi yang dapat digunakan untuk me-nyempurnakan butir-butir soal, guna kepentingan lebih lanjut.
Cara menganalisis butir soal tes objektif
- Analisis butir soal tes objektif, bentuk tes pilihan ganda dengan 4 pilihan
- Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal
Indeks rata-rata
Indeks kesukaran ini dihitung dengan jalan menentukan perbandingan antara jumlah testee penjawab yang betul dengan jumlah seluruh peserta tes.
Indeks kesukaran linier
Indeks kesukaran ini dihitung berdasarkan probabilitas kelulusan butir soal dan alternatif jawaban yang tersedia.
Indeks Davis
Indeks kesukaran merupakan tranformasi linier dari indeks kesukaran linier, dimana tarap kesukaran dibuat bergerak dari 0,0 sampai 1,0.
Indeks Bivariat
Indeks kesukaran yang menggunakan testee yang banyak, tetapi analisis butir soalnya hanya berdasarkan dari sebagian testee yang dipilih.
Indeks Diskriminasi
Indeks yang dihitung atas dasar pembagian dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah dengan median 50% dari kelompok bagian atas dan 50% dari kelompok bagian bawah
Analisis Butir Soal Tes Pilihan Ganda
Dalam menganalisis butir-butir soal tes pilihan ganda, setidaknya ada 4 macam informasi mengenai butir-butir soal yang dianalisis; 1) Indek kesukaran butir soal, 2) Indek diskriminasi butir soal, 3) Indek reliabelitas butir soal dan 4) pola jawaban butir soal.
Cara menganalisis :
- Pertimbangan yang logis
- Analisis empirik
Indeks kesukaran butir soal
q Soal yang baik adalah, soal yang tidak tidak terlalu mudah atau sukar.
q Bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya soal disebut indeks kesukaran butir soal.
q Indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0
q Indeks kesukaran 0,0 menunjukkan soal terlalu sukar dan 1,0 menunjukkan soal terlalu mudah.
q Semakin mudah soal, semakin besar indeks kesukaran butir soalnya.
Langkah-langkah mencari indeks kesu-karan butir soal.
Contoh :
20 siswa mengerjakan tes sebanyak 10 butir soal. Kemudian hasil jawabannya dikoreksi dengan ketentuan bahwa, butir soal yang dijawab betul di beri skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0.
PENILAIAN PSIKOMOTOR
Latar Belakang
Pasal 25 (4) PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampil-an. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif, kognitif, dan psikomotor.
Pengertian Psikomotor
Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya jalan, lari, melompat dan meloncat, melempar, memukul, menendang, lukis, menari, dan sebagainya. Menurut Bloom (1979) berpendapat bahwa, ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Selanjutnya Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan.
Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu:
q gerakan refleks,
q gerakan dasar,
q kemampuan perseptual,
q gerakan fisik,
q gerakan terampil, dan
q komunikasi nondiskursif.
q Gerakan refleks
adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
q Gerakan dasar
adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus.
q Kemampuan perseptual
adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak.
q Kemampuan fisik
adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil.
q Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga.
q Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu:
q specific responding,
q motor chaining,
q rule using.
Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal‐hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja.
Dave (1967) menjelaskan hasil belajar psikomotor dibedakan menjadi 5 tahap, yaitu:
q Imitasi adalah, kemampuan melakukan kegiatankegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama sebelumnya.
q Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya.
q Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan‐kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.
q Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
q Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
Penilaian Hasil Belajar Psikomotor
Menurut Ryan (1980) menjelaskan bahwa, hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui;
q Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
q Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
q Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut‐urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTOR
Jenis Perangkat Penilaian Psikomotor
Ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pendidik, dalam mengukur hasil belajar psikomotor, yaitu: membuat soal dan membuat perangkat/ instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik.
Soal untuk hasil belajar psikomotor berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Perangkat/Instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio.
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi kemuncu lan aspek‐aspek keterampilan yg diamati.
Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian (rating scale).
Daftar periksa berupa daftar pertanyaan/ per nyataan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati.
Skala penilaian adalah, lembar yg digunakan utk menilai unjuk kerja peserta didik/ menilai kualitas pelaksanaan aspek‐aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1 ‐ 5.
Portofolio adalah, kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan berkesinam-bungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi tertentu.
Konstruksi Instrumen
Soal penilaian psikomotor mengacu pda standar kompetensi yang dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap standar kompetensi dijabarkan min. imal 2 kompetensi dasar, setiap butir kompe-tensi dasar dapat dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator harus dapat dibuat butir soalnya.
Indikator soal psikomotor dapat mencakup lebih dari satu kata kerja operasional. Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada soal psikomotor perlu disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau portofolio.
Penyusunan Rancangan Penilaian
Sebaiknya disusun selama satu semester. Rancangan penilaian bersifat terbuka, siswa, guru lain, & kepala sekolah dapat melihatnya.
Langkah‐langkah penulisan adalah:
1. Mencermati silabus yang sudah ada
2. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan silabus yang telah disusun, rancangan penilaian diinformasikan kepada peserta didik pada awal semester.
Penyusunan Kisis-kisi
Kisi‐kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal‐soal yang akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
Penyusunan Instrumen Penilaian
Instrumen Penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.
1. Penyusunan soal
Soal harus dijabarkan dari indikator. Langkah pertama adalah, mencermati kisi‐kisi. Pada contoh kisi-kisi di atas, dapat dibuat soal sebagai berikut: ”Demonstrasikan/lakukan lari cepat 100 meter dengan teknik yang benar. Perhatikan posisi, teknik mulai, teknik lari, dan teknik memasuki garis finish”.
Soal ranah psikomotor untuk ulangan tengah semester dan akhir semester yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi, mencakup beberapa indikator.
2. Pedoman penskoran
Pedoman penskoran dpt berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang harus mengcu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek‐aspek keterampilan yang diamati.
Analisis Hasil Penilaian
Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik punya banyak kegunaan, baik bgi peserta didik, satuan pendidikan, juga bagi pendidik sendiri. Berikut manfaat penilaian, yaitu:
1. mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah dijabarkan ke Kompetensi Dasar.
2. mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik.
3. mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
4. mendorong peserta didik belajar/berlatih.
5. mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
6. mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk berkarya lebih terfokus dan terarah.
Laporan Hasil Penilaian
Hasil belajar peserta didik mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Karena itu laporan hasil belajar peserta didik juga harus mencakup ketiga ranah tersebut. Informasi ranah afektif dapat diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik.
Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran, sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Jadi tidak semua mata pelajaran memiliki nilai untuk ranah psikomotor.
Hasil belajar kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan, karena dimensi yang diukur berbeda. Masing‐masing dilaporkan sendiri‐ sendiri dan memiliki makna yang sama penting. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukup.
Namun ada peserta didik lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua peserta didik ini dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang ini tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda.
Di dunia ini ada orang yang kemampuan berpikirnya tinggi, tetapi psikomotornya rendah. Agar sukses, orang ini harus bekerja pada bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir tinggi dan tidak dituntut harus melakukan kegiatan yang membutuhkan kemampuan psikomotor yang tinggi.
Oleh karena itu, laporan hasil belajar harus dinyatakan dalam tiga ranah tersebut. Laporan hasil belajar peserta didik untuk setiap akhir semester berupa rapor yang disampaikan kepada orang tua peserta didik.
Untuk meningkatkan akuntabilitas satuan pen-didikan, hasil belajar peserta didik dilaporkan kepada dinas pendidikan, dan sebaiknya juga dilaporkan ke masyarakat. Laporan ini dapat berupa laporan perkembangan prestasi akademik sekolah yang ditempelkan di tempat pengumuman sekolah.
Anda sedang membaca artikel Modul Evalusasi Pengajaran PENJAS. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar