EnsikloPenjas

Jumat, 30 Agustus 2013

Prinsip-Prinsip Mengajar


Disusun Oleh:
Ika Ahmad Arif Rohmawan, S.Pd / 10735006
Fakhrur Rozy s.or / 10735005

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA



BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri. 

Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.

Tulisan sederhana ini sengaja dibuat untuk para guru, yang saya hormati dan saya banggakan, untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, semoga dengan sajian sederhana ini dapat dijadikan bekal untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, sehingga kualitas beramal melalui profesi guru menjadi meningkat pula. Tulisan ini membahas prinsip-prinsip mengajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi siswa sesuai tuntutan kurikulum, serta untuk mengingatkan model-model belajar agar memahami benar bagaimana siswa belajar yang efektif, dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan mengajar?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam mengajar?
3. Bagaimanakah gaya-gaya dalam mengajar?
4. Bagaimanakah model-model pembelajaran yang dapat diberikan?

C. TUJUAN
Dalam menyelesaikan sehubungan denga persoalan tersebut diatas dapat kita selesaikan dengan:
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan mengajar.
2. Untuk mengetahui bagaimnakah prinsip-prinsip dalam mengajar.
3. Untuk mengetahui gaya-gaya dalam mengajar.
4. Untuk mengetahui model-model pembelajaran yang dapat diberikan.

D. MANFAAT PENULISAN
Berkaitan dengan pentingnya akan pengetahuan tentang prinsip-prinsip mengajar dalam dunia pendidikan kita akan belajar bersama dan berusaha memahaminya secara mendalam.



BAB II
PEMBAHASAN


A. Hakekat Mengajar
1. Pengertian mengajar
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Duffy dan Roehler (1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994) istilah belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler (1986) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingjungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum (1994:3) Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat yang memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik. Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian ( yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa (Arief,S. 1984:10). Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.(Arief. Sukadi, 1991;12). 

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan khususnya bidang psikologi pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan maka psikologi pendidikan berusaha untuk mengkaji bagaimana tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia dan bagaimana proses belajar terjadi. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Dengan kemampuan berubah ini manusia bebas untuk bereksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting dalam kehidupannya. Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan itu pun kenyataan tragis juga dapat terjadi karena faktor belajar. Contohnya begitu banyak kejadian di mana orang pintarlah yang paling banyak melakukan kepintarannya untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti penting. Alasannya karena belajar berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil belajar kelompok manusia tertindas dapat juga digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tadi Anda sebagai mahasiswa atau sebagai calon guru atau guru yang profesional seyogyanya melihat hasil belajar siswa-siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. Seorang siswa yang menempuh proses belajar idealnya mengalami perubahan, ditandai dengan munculnya pengalaman-pengalaman psikologis yang utuh dan menyeluruh.

Mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri. Mengajar ada yang bersifat tacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertama bisa diberi batasan sebagai berikut: Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak-anak. Dua batasan mengajar di atas, sudah cukup member gambaran tentang apa itu mengajar, pembahasan secara luas dan rinci telah dibahas ilmu yang langsung berhubungan denganya, misalnya didaktik metodik.

Secara global mengajar bias dibedakan menjadi:
1. Mengajar menurut faham lama:
Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/pasif.
2. Mengajar menurut faham baru:
Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.

B. Prinsip-prinsip Mengajar

1. Kompetensi guru
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara belajar mengajar.
a. Kompetensi Kepribadian
Semua pendidik, seyogyanya guru mempunyai kepribadian yang harmonis atau keseimbanga antar aspek jasmani, aspek jiwa dan aspek rohani yang lebih dalam aspek budi, yang berhubungan dengan keyakinan dan falsafah hidupnya.
b. Kompetensi Penguasaan Atas Bahan
Seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang akan diajarkan, baik pemahaman detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat diperlukan dalam menguraikan ilmu pengetahuan, pemahaman, keterampilan-keterampilan dan apasaja yang harus ditampilkan pada anak didiknya dalam bentuk komponen-komponen atau informasi-informasi yang sesungguhnya dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
c. Kompetensi Dalam Cara Belajar Mengajar
Guru juga sangat dituntut terampil dalam mengajar, yang secara global meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ia harus mampu menyusun setiap program, mulai dari memilih perlengkapan yang cocok, pembagian waktu yang tepat, metode mengajar yang sesuai, hingga keseluruhan kegiatan tersusun dengan baik.

2. Aspek-aspek psikologi dalam mengajar
a. Mengarahkan dan membimbing belajar
Pendidik harus senantiasa harus menunjukkan kepada anak manusia yang masih muda ini tentang kepantingannya dengan segala variasi dan perubahan-perubahan yang progresif, tujuan mereka belajar harus digaris bawahi dengan tebal dan jelas, mereka diperlihatkan jalan dan arah serta perlengkapan menuju tujuan yang sedang dikejar.
b. Motivasi
Guru harus mampu memberikan dorongan moral yang baik dlam proses pembelajaran.
c. Sikap
Pendidik-pendidik disekolah adalah manusia yang berkepribadian utuh dan baik, pendukung nilai-nilai yang diajarkannya dengan cara menjadi nyata bagi anak didiknya.
d. Teknik
Teknik yang dipilih harus sesuai dengan materi yang sedang disampaikan dan keadaan siswanya keciali pendekatan secara psikis.
e. Mengenal dan mengusahakan terbentuknya pribadi yang baik
Guru yang tajam pengamatannya akan segera mengetahui tingkat intelegensi anak didiknya, ketajaman pikirannya, sikapnya, minatnya dan segala aspek kepribadiannya.

C. Gaya Mengajar

Spektrum gaya mengajar dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan murid dan pelaksanaan pembagian tanggung jawab. Metode yang ada dalam spektrum gaya mengajar ada 11 yaitu:
- Gaya komando (the command style)
- Gaya latihan (the practice style)
- Gaya resiprokal (the reciprocal style)
- Gaya inklusi (the inclusion style) 
- Gaya uji mandiri (the self check style)
- Gaya penemuan terbimbing (guided discovery)
- Gaya penemuan tunggal (convergent discovery)
- Gaya penemuan beragam ( divergent production)
- Gaya program individu (individual program)
- Gaya inisiasi siswa (learner initiated)
- Gaya pengajaran mandiri (self teaching)
Dari 11 gaya mengajar Mosston tersebut ada 4 macam gaya mengajar yang sering digunakan dan dapat dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Gaya tersebut adalah:
1. Gaya komando (The Command Style) 
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar. 
2. Gaya latihan atau penugasan (The Practice Style)
Pada awalnya guru menggunakan gaya komando, namun dalam tahap tertentu memberi tugas kepada siswa dan dalam melaksanakan tugas tersebut siswa boleh mengambil keputusan sendiri. Perubahan harus diadakan dengan cara pengalihan keputusan yang spesifik dari guru kepada peserta didik/siswa dalam 9 (sembilan) kategori pelaksanaan, yang terdiri dari: (1) sikap (2) lokasi (3) urutan tugas (4) waktu untuk mengawali tugas (5) irama dan kecepatan (6) waktu untuk mengakhiri tugas (7) interval; (8) pakaian dan penampilan dan (9) inisiatif pertanyaan sebagai klarifikasi. 
Guru berperan dalam membuat keputusan dalam perencanaan dan evaluasi. Guru bertindak sebagai penyusun rencana dan mempresentasikan rencana tersebut kepada peserta didik/siswa. Pada saat pelaksanaan, peserta didik/siswa mempunyai kesempatan untuk belajar mengimplementasikan berdasarkan sembilan kategori tersebut dan guru tidak memberi komando dalam aktivitas siswa. Sedangkan pada tahap evaluasi, guru melakukan observasi/pengamatan terhadap kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik/siswa secara individu. Gaya latihan sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar.
3. Gaya resiprokal (The Reciprocal Style)
Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan.
4. Gaya inklusi (The Inclusion Style)
Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan peserta didik/siswa menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian level, atau kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta didik/siswa yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan dilakukan. Level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan level, guru juga menetapkan criteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya (siswa) sendiri.Dan siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.

D. Model-Model Pembelajaran

1. Model Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
2. Diskusi Umum (diskusi kelas)
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.
3. Curah Pendapat(Brainstorming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.
4. Diskusi Kelompok
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
5. Bermain Peran (Role-Play)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
6. Simulasi 
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan). Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
7. Sandiwara 
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.
8. Demonstrasi 
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
9. Praktek Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.
10. Bermain (Games)
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai. (http://ktsp08.multiply.com/)


BAB III
PENUTUP


1. Kesimpulan
Mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri. Secara global mengajar bias dibedakan menjadi: 1) Mengajar menurut faham lama: Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/fakta-fakta agar dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/pasif. 2) Mengajar menurut faham baru: Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif. 

Prinsip-prinsip Mengajar: kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, kompetensi dalam cara belajar mengajar. Aspek-aspek psikologi dalam mengajar meliputi mengarahkan dan membimbing belajar, motivasi, sikap, teknik, dan mengenal dan mengusahakan terbentuknya pribadi yang baik. 

Metode yang ada dalam spektrum gaya mengajar ada 11 yaitu: Gaya komando (the command style), Gaya latihan (the practice style), Gaya resiprokal (the reciprocal style), Gaya inklusi (the inclusion style), Gaya uji mandiri (the self check style), Gaya penemuan terbimbing (guided discovery), Gaya penemuan tunggal (convergent discovery), Gaya penemuan beragam ( divergent production), Gaya program individu (individual program), Gaya inisiasi siswa (learner initiated), Gaya pengajaran mandiri (self teaching).
Model model pembelajaran terdiri dari ceramah, diskusi umum (diskusi kelas), curah pendapat, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, sandiwara, demonstrai, praktek lapangan, bermain.


2. Saran
Guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, mampu membuat siswa lebih aktif pada pembelajaran sehingga terjadi proses belajar (learning), dan bukan mengajar (teaching). Untuk itu perlu adanya pendekatan kepada siswa, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan motivasi terhadap kemauan untuk belajar khususnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.



DAFTAR RUJUKAN


Depdiknas. 2006. Badan Standar Nasional Pendidikan Standar Isi Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Sistem Penyusunan Bahan Ajar. Malang: Wineka Media.
Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Pengembangan Kurikulum Penjas & Olahraga. Malang: Wineka Media.
Muhibbin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru, Bandung, Remaja RosdaKarya.(sumber : www.ut.ac.id) 
Mustaqim. . Psikologi Pendidikan. Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo. Semarang.


Diposkan oleh zee di 22.34
Label: pendidikan


Bookmark and Share

JANGAN LUPA KLIK IKLANNYA YAA..
1 X KLIK SANGAT BERARTI

Anda sedang membaca artikel Prinsip-Prinsip Mengajar. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2013/08/prinsip-prinsip-mengajar.html

0 comments:

Posting Komentar