Disusun Oleh:
Ika Ahmad Arif Rohmawan, S.Pd / 10735006
Fakhrur Rozy s.or / 10735005
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya
peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta
didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi
antara guru dengan peserta didik.
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum
2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara
utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di
sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini
tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas
masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode
ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi
pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih
melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap
dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal,
tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk
pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan
siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam
mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill)
untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas,
mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi.
Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar
diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih
terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan
siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat
waktu untuk membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli
buku pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas
pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya
adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah
paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud.
Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif
sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.
Tulisan sederhana ini sengaja dibuat untuk para guru, yang saya hormati dan
saya banggakan, untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, semoga dengan sajian
sederhana ini dapat dijadikan bekal untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran, sehingga kualitas beramal melalui profesi guru
menjadi meningkat pula. Tulisan ini membahas prinsip-prinsip mengajar sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi siswa sesuai
tuntutan kurikulum, serta untuk mengingatkan model-model belajar agar memahami
benar bagaimana siswa belajar yang efektif, dan model pembelajaran yang bisa
dipilih dan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, materi,
fasilitas, dan guru itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan mengajar?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam mengajar?
3. Bagaimanakah gaya-gaya dalam mengajar?
4. Bagaimanakah model-model pembelajaran yang dapat diberikan?
C. TUJUAN
Dalam menyelesaikan sehubungan denga persoalan tersebut diatas dapat kita
selesaikan dengan:
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan mengajar.
2. Untuk mengetahui bagaimnakah prinsip-prinsip dalam mengajar.
3. Untuk mengetahui gaya-gaya dalam mengajar.
4. Untuk mengetahui model-model pembelajaran yang dapat diberikan.
D. MANFAAT PENULISAN
Berkaitan dengan pentingnya akan pengetahuan tentang prinsip-prinsip mengajar
dalam dunia pendidikan kita akan belajar bersama dan berusaha memahaminya
secara mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Mengajar
1. Pengertian mengajar
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.
Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi
tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan
mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Duffy dan
Roehler (1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar
berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari
aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah
suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional
yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah
suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang
diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994) istilah
belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah
terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat
berupa buku, lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler (1986) menegaskan bahwa
proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu
lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada
situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu lingjungan belajar yang mendukung
dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan
pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan
pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh
suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan
biasanya mudah diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk
menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini
tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi
dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah
disiapkan. Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikan instruction atau pembelajaran
ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun
pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan
terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di
sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami
sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan
siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya
perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan
pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum (1994:3) Sistem
pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat yang
memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah
masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik.
Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran
dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi
pembelajaran dan penilaian ( yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan
sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa (Arief,S.
1984:10). Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil
belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif
ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang
dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi
perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung,
oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal
mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus
dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai
prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.(Arief. Sukadi,
1991;12).
Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia
khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada
pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang
luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan khususnya
bidang psikologi pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan maka psikologi
pendidikan berusaha untuk mengkaji bagaimana tercapainya pemahaman yang lebih
luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia dan bagaimana proses
belajar terjadi. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan
makna yang terkandung dalam belajar. Dengan kemampuan berubah ini manusia bebas
untuk bereksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting dalam
kehidupannya. Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri
manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga
peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar
juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di
tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan itu pun kenyataan tragis juga
dapat terjadi karena faktor belajar. Contohnya begitu banyak kejadian di mana
orang pintarlah yang paling banyak melakukan kepintarannya untuk menghancurkan kehidupan
orang lain. Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi
digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping
membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif
dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti penting. Alasannya
karena belajar berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kehidupan manusia.
Artinya dengan ilmu dan teknologi hasil belajar kelompok manusia tertindas
dapat juga digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tadi Anda sebagai mahasiswa atau sebagai calon guru
atau guru yang profesional seyogyanya melihat hasil belajar siswa-siswa dari
berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. Seorang siswa yang
menempuh proses belajar idealnya mengalami perubahan, ditandai dengan munculnya
pengalaman-pengalaman psikologis yang utuh dan menyeluruh.
Mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran
merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri. Mengajar
ada yang bersifat tacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertama
bisa diberi batasan sebagai berikut: Mengajar adalah menanamkan pengetahuan
pada anak-anak. Dua batasan mengajar di atas, sudah cukup member gambaran
tentang apa itu mengajar, pembahasan secara luas dan rinci telah dibahas ilmu
yang langsung berhubungan denganya, misalnya didaktik metodik.
Secara global mengajar bias dibedakan menjadi:
1. Mengajar menurut faham lama:
Guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/fakta-fakta agar
dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/pasif.
2. Mengajar menurut faham baru:
Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi,
metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.
B. Prinsip-prinsip Mengajar
1. Kompetensi guru
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu kompetensi
kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara
belajar mengajar.
a. Kompetensi Kepribadian
Semua pendidik, seyogyanya guru mempunyai kepribadian yang harmonis atau
keseimbanga antar aspek jasmani, aspek jiwa dan aspek rohani yang lebih dalam
aspek budi, yang berhubungan dengan keyakinan dan falsafah hidupnya.
b. Kompetensi Penguasaan Atas Bahan
Seorang guru harus mengerti dengan baik materi yang akan diajarkan, baik
pemahaman detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat diperlukan dalam
menguraikan ilmu pengetahuan, pemahaman, keterampilan-keterampilan dan apasaja
yang harus ditampilkan pada anak didiknya dalam bentuk komponen-komponen atau
informasi-informasi yang sesungguhnya dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
c. Kompetensi Dalam Cara Belajar Mengajar
Guru juga sangat dituntut terampil dalam mengajar, yang secara global meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ia harus mampu menyusun setiap program,
mulai dari memilih perlengkapan yang cocok, pembagian waktu yang tepat, metode
mengajar yang sesuai, hingga keseluruhan kegiatan tersusun dengan baik.
2. Aspek-aspek psikologi dalam mengajar
a. Mengarahkan dan membimbing belajar
Pendidik harus senantiasa harus menunjukkan kepada anak manusia yang masih muda
ini tentang kepantingannya dengan segala variasi dan perubahan-perubahan yang
progresif, tujuan mereka belajar harus digaris bawahi dengan tebal dan jelas,
mereka diperlihatkan jalan dan arah serta perlengkapan menuju tujuan yang
sedang dikejar.
b. Motivasi
Guru harus mampu memberikan dorongan moral yang baik dlam proses pembelajaran.
c. Sikap
Pendidik-pendidik disekolah adalah manusia yang berkepribadian utuh dan baik,
pendukung nilai-nilai yang diajarkannya dengan cara menjadi nyata bagi anak
didiknya.
d. Teknik
Teknik yang dipilih harus sesuai dengan materi yang sedang disampaikan dan
keadaan siswanya keciali pendekatan secara psikis.
e. Mengenal dan mengusahakan terbentuknya pribadi yang baik
Guru yang tajam pengamatannya akan segera mengetahui tingkat intelegensi anak
didiknya, ketajaman pikirannya, sikapnya, minatnya dan segala aspek
kepribadiannya.
C. Gaya Mengajar
Spektrum gaya mengajar dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran
merupakan interaksi antara guru dan murid dan pelaksanaan pembagian tanggung
jawab. Metode yang ada dalam spektrum gaya mengajar ada 11 yaitu:
- Gaya komando (the command style)
- Gaya latihan (the practice style)
- Gaya resiprokal (the reciprocal style)
- Gaya inklusi (the inclusion style)
- Gaya uji mandiri (the self check style)
- Gaya penemuan terbimbing (guided discovery)
- Gaya penemuan tunggal (convergent discovery)
- Gaya penemuan beragam ( divergent production)
- Gaya program individu (individual program)
- Gaya inisiasi siswa (learner initiated)
- Gaya pengajaran mandiri (self teaching)
Dari 11 gaya mengajar Mosston tersebut ada 4 macam gaya mengajar yang sering
digunakan dan dapat dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Gaya tersebut
adalah:
1. Gaya komando (The Command Style)
Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat
keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta
didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang
sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah
dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan
cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa tanda/komando yang
diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta didik/siswa dalam
menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya komando sangat sesuai
untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan teknik dasar.
2. Gaya latihan atau penugasan (The Practice Style)
Pada awalnya guru menggunakan gaya komando, namun dalam tahap tertentu memberi
tugas kepada siswa dan dalam melaksanakan tugas tersebut siswa boleh mengambil
keputusan sendiri. Perubahan harus diadakan dengan cara pengalihan keputusan
yang spesifik dari guru kepada peserta didik/siswa dalam 9 (sembilan) kategori
pelaksanaan, yang terdiri dari: (1) sikap (2) lokasi (3) urutan tugas (4) waktu
untuk mengawali tugas (5) irama dan kecepatan (6) waktu untuk mengakhiri tugas
(7) interval; (8) pakaian dan penampilan dan (9) inisiatif pertanyaan sebagai
klarifikasi.
Guru berperan dalam membuat keputusan dalam perencanaan dan evaluasi. Guru
bertindak sebagai penyusun rencana dan mempresentasikan rencana tersebut kepada
peserta didik/siswa. Pada saat pelaksanaan, peserta didik/siswa mempunyai
kesempatan untuk belajar mengimplementasikan berdasarkan sembilan kategori
tersebut dan guru tidak memberi komando dalam aktivitas siswa. Sedangkan pada
tahap evaluasi, guru melakukan observasi/pengamatan terhadap kegiatan/aktivitas
yang dilakukan oleh peserta didik/siswa secara individu. Gaya latihan sangat
sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar.
3. Gaya resiprokal (The Reciprocal Style)
Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran
tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan
sebagai pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan
oleh kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang
bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh
temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah
disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari
kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh
peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi
aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang
benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka
mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Untuk
pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar,
dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan.
4. Gaya inklusi (The Inclusion Style)
Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan,
sedangkan peserta didik/siswa menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan
dalam pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih
dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan
pembagian level, atau kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta
didik/siswa yang terkait dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan
dilakukan. Level 1 merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari
pada level 1, level 3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping
menetapkan pembuatan level, guru juga menetapkan criteria kemampuan pada tiap
levelnya. Selanjutnya siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada level
yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya (siswa) sendiri.Dan siswa diberi
kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria
kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah
level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi,
siswa terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.
D. Model-Model Pembelajaran
1. Model Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang
bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan
sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko,
pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini
adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui
adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman
peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),
transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan
dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
2. Diskusi Umum (diskusi kelas)
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat
saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran
inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya,
seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan
lain-lain.
3. Curah Pendapat(Brainstorming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain,
pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk
ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan)
pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)
untuk menjadi pembelajaran bersama.
4. Diskusi Kelompok
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan
cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil,
yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun
suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi
peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan
penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan
atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi
kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang
digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari
diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
5. Bermain Peran (Role-Play)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat
bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap
masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain
dalam melakukan permainan peran.
6. Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan
ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode
ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar
karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang
sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa
sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum
benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat
seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).
Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui
dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.).
Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri
saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
7. Sandiwara
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah
nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini
ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya
adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema
(topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan
begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan
secara seimbang.
8. Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan
cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu.
Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu,
demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami
langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau
memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan
dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh
pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri.
Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat
perubahan pada rana keterampilan.
9. Praktek Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan
peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya.
Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun
di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang
diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan
peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah
pengembangan keterampilan.
10. Bermain (Games)
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan
(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah
‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi
kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun
suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik
permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta
serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana
belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh
menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai
secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang
sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses
belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.
Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami
sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi
hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah
perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.
(http://ktsp08.multiply.com/)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mengajar adalah suatu proses pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajaran
merubah tingkah lakunya dengan sadar ke arah tujuan-tujuan sendiri. Secara
global mengajar bias dibedakan menjadi: 1) Mengajar menurut faham lama: Guru
senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informasi/fakta-fakta agar
dikuasai siswa, siswa sendiri hanya menerima/pasif. 2) Mengajar menurut faham
baru: Guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan,
materi, metode dan alat dengan siswa, siswa harus aktif.
Prinsip-prinsip Mengajar: kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi penguasaan atas bahan, kompetensi dalam cara belajar mengajar.
Aspek-aspek psikologi dalam mengajar meliputi mengarahkan dan membimbing
belajar, motivasi, sikap, teknik, dan mengenal dan mengusahakan terbentuknya pribadi
yang baik.
Metode yang ada dalam spektrum gaya mengajar ada 11 yaitu: Gaya komando (the
command style), Gaya latihan (the practice style), Gaya resiprokal (the
reciprocal style), Gaya inklusi (the inclusion style), Gaya uji mandiri (the
self check style), Gaya penemuan terbimbing (guided discovery), Gaya penemuan
tunggal (convergent discovery), Gaya penemuan beragam ( divergent production),
Gaya program individu (individual program), Gaya inisiasi siswa (learner
initiated), Gaya pengajaran mandiri (self teaching).
Model model pembelajaran terdiri dari ceramah, diskusi umum (diskusi kelas),
curah pendapat, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, sandiwara,
demonstrai, praktek lapangan, bermain.
2. Saran
Guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan, mampu membuat siswa lebih aktif pada pembelajaran sehingga
terjadi proses belajar (learning), dan bukan mengajar (teaching). Untuk itu
perlu adanya pendekatan kepada siswa, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran
yang diharapkan mampu memberikan motivasi terhadap kemauan untuk belajar
khususnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2006. Badan Standar Nasional Pendidikan Standar Isi Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Sistem Penyusunan Bahan Ajar. Malang: Wineka Media.
Dwiyogo,D, Wasis. 2007. Pengembangan Kurikulum Penjas & Olahraga. Malang:
Wineka Media.
Muhibbin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru, Bandung,
Remaja RosdaKarya.(sumber : www.ut.ac.id)
Mustaqim. . Psikologi Pendidikan. Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo. Semarang.
Diposkan
oleh zee di 22.34
Label: pendidikan
Anda sedang membaca artikel Prinsip-Prinsip Mengajar. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar