BAB III
PEMBAHASAN
1.1. Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Motorik
Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Dua diantara tujuan-tujuan Penjas menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006 adalah: (1) Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup melalui berbagai aktivitas jasmani, (2) Mengembangkan kemampuan gerak dan ketrampilan berbagai macam permainan dan olahraga.
Salah satu penekanan pada standar isi Penjas yang terangkum dalam BSNP 2006 di Sekolah Dasar (SD) adalah menstimulasi kemampuan gerak dasar peserta didik seperti:
1) Lokomotor (berjalan, berlari, melompat, dan lain-lain),
2) Non-lokomotor (memutar, meliuk, membungkuk, menengadah, dan lain-lain),
3) Manipulatif (melempar, menangkap, menggulirkan, dan lain-lain).
Salah satu masalah utama dalam Penjas di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjas di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan pembelajaran Penjas. Salah satu keterbatasan guru Penjas dalam mengajar adalah dalam hal menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Akibatnya guru belum berhasil melaksanakan tanggung jawab untuk mendidik siswa secara sistematik melalui gerakan Penjas yang mengembangkan kemampuan ketrampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental maupun intelektual (Kantor Menpora, 1983).
Fenomena itulah yang saat ini terjadi di SD Negeri X Hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kemampuan gerak dasar di kelas II SD Negeri X masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas untuk materi gerak dasar masih rendah yang hanya mencapai angka 57 (standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SD Negeri X adalah 65). Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya kemampuan gerak dasar di kelas II SD Negeri X tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Siswa terlihat kurang memperhatikan saat pelajaran Penjas. (2) Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas. (3) Guru kurang kreatif menciptakan modivikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam menemukan model pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa.
Menurut Agus Mahendra (2006) indikator keberhasilan Penjas ditandai oleh meningkatnya: (1) Kebugaran jasmani, (2) Kemampuan fisik dan motorik, (3) Pemahaman konsep dan prinsip gerak, (4) Kemampuan berfikir, (5) Kecakapan rasa dan sosial.
Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan model-model pembelajaran. Model-model pembelajaran diciptakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, lima diantaranya yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan belajar. (2) Karakteristik mata pelajaran. (3) Kemampuan guru. (4) Fasilitas/media pembelajaran masih sangat terbatas. (5) Kemampuan siswa.
Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak adalah dunia bermain. Siswa SD yang masih tergolong anak-anak bentuk aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam bentuk permainan. Tanpa disadari mereka sering bermain dengan melakukan gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga.
Agar tujuan Penjas dapat dicapai maka penyampaian materi pembelajaran Penjas pada anak SD harus disampaikan dalam situasi bermain. Penelitian tentang aplikasi model pembelajaran bermain kaitannya dengan hasil pembelajaran Penjas dan peningkatan kualitas fisik sudah banyak dilakukan. Penelitian Saharuddin Ita (2001: V) menyimpulkan bahwa kesegaran jasmani anak SD dapat ditingkatkan melalui permainan tradisional. Tetty Nur Dianasari (2005: V) membandingkan metode latihan dan metode bermain terhadap hasil pempelajaran lompat jauh gaya jongkok, ternyata dengan metode bermain hasilnya lebih baik. Menurut Bowo Santoso jenis permainan perorangan lebih baik dalam meningkatkan kesegaran jasmani siswa jika dibandingkan dengan permainan beregu (2005 :V). Permainan perorangan juga lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik siswa (Anita Pramintyastuti, 2005 :V). Penelitian di atas diterapkan pada anak SD kelas 4, 5 dan 6 tetapi belum ada penelitian yang serupa yang dikenakan pada anak kelas 2.
Pada anak SD kelas 2 perlu pengembangan secara menyeluruh (Multilateral atau Versatik Development). Pengembangan menyeluruh maksudnya menekankan pada pengembangan yang menyeluruh pada anak, baik dalam aspek biomotorik, mental-emosional, maupun aspek sosialnya. Dengan demikian jika anak pada usia dini banyak dilibatkan dalam berbagai kegiatan fisik (banyak olahraga) maka ia akan dapat berkembang secara menyeluruh.
Bompa (1990: 31) mengemukakan bahwa dasar pengembangan fisik multirateral yang luas, khususnya persiapan fisik umum, merupakan salah satu persyaratan dasar yang diperlukan untuk mencapai tingkat persiapan fisik yang dispesialisasi dengan penguasaan teknik. Pada kenyataannya kemampuan gerak dasar anak SD masih belum optimal ditunjukkan oleh Yunita (2005 :V) bahwa kemampuan gerak dasar siswa SD masih rendah salah satunya disebabkan kurangnya sarana dan prasarana.
Agar nanti dapat menerapkan gerak dasar dalam teknik dasar olahraga yang benar, maka kemampuan gerak dasar di SD perlu dioptimalkan. Supaya optimalisasi kemampuan gerak dasar dapat efektif upaya yang dipilih sesuai karakteristik anak SD. Dalam hal ini dipilih aplikasi model pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar pada siswa kelas II SD Negeri X berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Makalah Faktor Penghambat Pembelajaran Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar yang lebih lengkap download disini!
Anda sedang membaca artikel Makalah Faktor Penghambat Pembelajaran Motorik. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar