EnsikloPenjas

Kamis, 15 Desember 2011

HAKIKAT TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

HAKIKAT TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

Hakikat adalah suatu kebenaran atau kenyataan yang sebenar-benarnya. (KUBI 1984).
Teori Adalah Pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (Menurut KUBI 1984).

Dalam pengertian yang lebih luas, teori adalah interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan. Dalam psikologi pembelajaran, barangkali lebih baik digunakan istilah sistem atau interpretasi sistematis dari pada istilah teori, karena teori kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang lebih sempit untuk merujuk pada  sejenis sistem logika formal. Meskipun demikian, dalam istilah-istilah teori, sistem dan interpretasi sistematis dipandang memiliki arti yang hampir sama.

Pengertian Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan, suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran.
  1. Fungsi Teori Pembelajaran
Sebuah teori pembelajaran biasanya memiliki 3 fungsi yang berbeda namun saling terkait dengan erat. Antara lain fungsi – fungsi tersebut ialah :

1)      Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan; suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran. Teori pembelajaran berfungsi menggambarkan sudut pandang peneliti mengenai aspek-aspek pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari, variabel-variabel independen yang harus dimanipulasi dan variabel-variabel dependen yang harus dikaji, teknik – teknik penelitian yang hendak digunakan, dan bahasa apa yang harus digunakan untuk mendekripsikan temuan-temuannya.

2)      Teori pembelajaran berupaya meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Teori-teori pembelajaran, dalam upayanya meringkas sejumlah besar pengetahuan kehilangan akutasi dan kekompakkannya. Semua teori pembelajaran merupakan simplifikasi atau garis-garis besar dari materi yang mereka hadapi. Dengan demikian teori – teori pembelajaran memperlihatkan pencapaian dalam hal keluasan, organisasi dan ketimpelan, namun juga kehilangan akurasi detailnya.

3)      Teori pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan mengapa pembelajaran berlangsung seperti adanya hukum-hukum menunjukkan bagaimana pembelajaran terjadi teori-teori berupaya menunjukan menyapa pembelajaran terjadi.  Jadi teori pembelajaran berupaya menghasilkan pemahaman pokok tersebut yang merupakan salah satu tujuan khusus pengetahuan dan juga bentuk-bentuk kegiatan ilmiah lainya teori berupaya merepresentasikan upaya terbaik manusia untuk memastikan struktur apa yang melandasi dunia tempat kita hidup.

Jenis-jenis Teori Pembelajaran

Jenis-jenis teori pembelajaran bisa diklasifikasikan menurut beberapa cara untuk tujuan kita disini ada 2 jenis teori pembelajaran yaitu koneksionis dan teori kognitif.
  1. Teori-teori koneksionis
Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme. Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949). Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan.

Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar Sebagai berikut:
1)   Hukum kesiapan ( Law Of Readiness )
Dimana hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada persiapan dalam diri individu. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, bahwa keberhasilan belajar seseorang tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.

2)   Hukum latihan ( Law Of Rehearse )
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini adalah makin sering pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.

3)   Hukum akibat ( Law Of Effect )
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.

Interprestasi pembelajaran koneksionis, meskipun banyak perbedaan di antara mereka sendiri, sepakat untuk memandang persoalan pembelajaran sebagai persoalan hubungan (koneksi) antara simuli dan respon. (respon berwujud item perilaku, sementara Stimolus bisa berwujud sembarang input energi yang cenderung untuk mempengaruhi perilaku. Para teoritisi koneksionis pada umumnya berasumsi bahwa semua respon dihasilkan oleh stimuli. Koneksi –koneksi ini merupakan bentuk sederhana dari variabel perantara dan disebut dengan berbagai macam nama seperti kebiasaan (habit) atau hubungan stimulus respon (stimulus response bonds). Akan tetapi, titik tekan diletakkan pada respon yang terjadi, stimulus (dan barangkali kondisi lainya) yang menghasilkannya, dan bagaimana berubahnya hubungan antara stimuli dan respon tersebut seiring pengalaman yang dialami.
  1. Teori – teori kognitif.
a)      Tokohnya Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura(Psikologist) dasar teori belajar tokoh ini sama. Yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.
Ciri-ciri aliran ini adalah :
a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c) Mementingkan peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
f) Mengutamakan “in right” (pengertian)

Kita pahami bahwa Interprestasi kognitif memusatkan pembahasan pada kognisi (persepsi, sikap, atau keyakinan, sebagai variabel perantara yang lebih kompleks) yang dimulai  oleh individu dalam menghadap lingkungannya, dan pada bagaimana kognisi ini menentukan perilaku. Dalam interprestasi  ini pembelajaran adalah studi meNgenai bagaimana kognisi di modifikasi oleh pengalaman.

Secara umum kita menggunakan 2 jenis interprestasi tersebut. Ketika kita mendiskusikan reaksi reaksi sederhana atau keterampilan fisik yang kompleks kita cenderung untuk mengatakan, itulah kebiasaan burukmu selama ini. Perkataan tersebut merupakan interpretasi koneksinis. Ketika membahas perjalanan tertentu yang berwujud kata-kata atau  keputusan mendetail, kita sering mengucapkan hal-hal seperti ini : pengetahuannya mengenai topik itu mendalam sekali, interpretasi-interpretasi ini bersifat kognitif.

Kecenderungan seorang psikolog untuk lebih memilih teori pembelajaran koneksionis atau kognitif untuk sebagiannya bergantung pada jenis pembelajaran yang paling diminati olehnya. Para spesialis cenderung untuk meyakini bahwa teori yang mereka pilih adalah yang terbaik, bukan hanya untuk bidang mereka saja, namun juga untuk segenap area, psikologi pembelajaran. Kecenderungan ini mencerminkan adanya hasrat akan kesatuan dalam kesederhanaan yang menjadi salah satu sebab awal berkembangnya teori-teori sebagai akibatnya, sebagian orang berpegang pada teori pembelajaran kognitif secara umum dan yang lainnya berpegang pada teori – teori koneksionis secara umum pula.

Perbedaan antara teori koneksionis dan teori kognitif tidak bersifat ya atau tidak sama sekali, ada sejumlah posisi dengan kombinasi yang bersifat tengah-tengah sekalipun begitu, perbedaan tersebut bisa menjadi landasan yang perlu dan berguna untuk mengklasifikasikan interpretasi pembelajaran .


Bookmark and Share

JANGAN LUPA KLIK IKLANNYA YAA..
1 X KLIK SANGAT BERARTI

Anda sedang membaca artikel HAKIKAT TEORI-TEORI PEMBELAJARAN. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_15.html

0 comments:

Posting Komentar