Pengertian Perkembangan Motorik
Menurut Hurlock (1998) – perkembangan motorik: perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir.
Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992) – perkembangan: proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi. Perkembangan terjadi dalam bentuk perubahan kualitatif, kuantitatif atau kedua-duanya secara serempak. Perkembangan gerak “motor development”: suatu proses sejalan dengan bertambahnya usia – secara bertahap dan bersinambung gerakan individu meningkat dari sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil – keterampilan gerak yang kompleks dan terorganisasi dengan baik – penyesuaian keterampilan – proses penuaan.
Menurut Zulkifli (2001) - perkembangan motoris: gerakan-gerakan tubuh yang dimotori dengan kerjasama antara otot, otak dan saraf. Ciri-ciri gerakan motoris: gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan untuk maksud-maksud tertentu. Gerak yang dilakukan tidak sesuai untuk mengangkat benda dan gerak serta.
Menurut Keogh – perkembangan gerak: perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai bayi (infancy) sampai masa dewasa (adulthoud) serta melibatkan berbagai aspek perilaku manusia, kemampuan gerak dan aspek perilaku yang ada pada manusia mempengaruhi perkembangan gerak dan perkembangan gerak sendiri mempengaruhi kemampuan dan perilaku manusia.
Perkembangan Motorik
Studi mengenai pertumbuhan dan perkembangan manusia telah lama menarik perhatian para pakar dalam bidang psikologi dan pendidikan. Pengetahuan mengenai proses perkembangan merupakan inti daripada pendidikan. Tanpa pengetahuan tentang aspek-aspek perkembangan prilaku manusia, guru/pelatih hanya dapat menduga jenis taknti dan intervensi apa yang akan digunakan dalam mengembangkan keterampilan. Walaupun sejumlah studi telah dilakukan berkaitan dengan aspek-aspek perkembangan prilaku motorik namun masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan studi mengenai proses perkembangan.
Para pakar dalam bidang psikologi perkembangan cenderung tertarik meneliti perkembangan motorik hanya sebagai suatu indikator visual dari fungsi-fungsi kognitif. Sedangkan para pakat dalam bidang psikologi sosial dan emosional.
Studi perkembangan motorik dipelajari sebagai lintas bidang dari fifiologi latihan, bio mekanik, perilaku motorik, dan kontrol motorik baik sebagai psikologi perkembangan maupun sosiologi. Tahun 1970 banyak riset dilakukan berkaitan dengan perkembangan motorik. Dan sejak saat itu studi ini menjadi bidang yang diminati para peneliti dalam bidang pendidikan jasmani dan psokologi.
Sayangnya proses perkembangan manusia hanya dipelajari dari salah satu aspek saja sehingga terjadi ketidaksempurnaan pandangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan dipelajari dalam pengertian ranah (kognitif, afektif, psikomotor) hubungan antara usia dan perilaku (masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, usia pertengahan dan usia lanjut) dan dari sifat-sifat biologis atas pengaruh suatu lingkungan.
Studi pekrmbangan motorik hendaknya ditinjau dari perspektif manusia secara utuh baik meliputi aspek-aspek biologis maupun lingkungan mencakup perilaku kognitif dan afektif yang berdampak pada perkembangan. Jika semua itu mempunyai nilai nyata bagi pelaksana (guru/pelatih) maka studi perkembangan motorik tidak hanya terfokus kepada penampilan keterampilan-keterampilan dalam mengontrol lingkungan tetapi juga harus menganalisis dan mendokumentasikan apakah setiap individu pada semua usia dalam keadaan itu dapat melakukannya dengan normal atau tidak.
Studi Tentang Proses Perkembangan Gerak
Perkembangan merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus, berawal saat konsepsi dan berakhir pada saat kematian. Perkembangan merupakan sebuah proses yang terus menerus yang dimulai dengan masa pembuahan (antara sperma dan ovum) dan berhenti hanya dengan kematian.
Perkembangan mencakup semua aspek perilaku manusia karena itu hanya dapat dipisahkan secara artificial ke dalam domain-domain, kategori atau periode usia. Pengakuan terhadap konsep perkembangan “lifespan” yang semakin luas mendorong para peneliti melakukan studi tentang keterampilan atlet pada masa adolensia dan dewasa dan juga studi tentang gerakan pada masa bayi, masa kanak-kanak, dan usia lanjut. Banyak hal yang dapat diketahui dengan mempelajari perkembangan motorik pada semua tingkat usia dengan memandangnya sebagai suat proses uang berkesinambungan.
Setiap individu mempunyai masa perkembangan dan masa pencapaian kemampuan gerakan yang spesifik dan unik. Periode usia hanya menunjukan rentang perkiraan waktu saat mana perilaku-perilaku tertentu menonjol. Perkiraan yang berlebihan pada periode waktu ini akan mengurangi makna tentang kontinuitas, kespesifikan, dan individualitas daripada prose perkembangan.
Demikian pula halnya dengan studi tentang keterampilan atlet selama masa remaja dan atau dewasa menjadi sangat penting. Oleh karena itu perlunya mempelajari gerak manusia selama masa bayi, anak-anak, dan kehidupan selanjutnya merupakan suatu tuntutan
Perkembangan gerak pada seluruh jenjang usia akan mengalami peningkatan apabila dilakukan melalui proses pembelajaran seperti dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Proses perkembangan ini akan terus berlangsung seiring dengan bertambahnya umur.
Keterlibatan berbagai faktor kemampuan gerak dan kemampuan fisik satu sama lain berin teraksi dengan cara yang sangat kompleks. Terutama terkait dengan kemampuan kognitif dan afektif mereka. Masing-masing kemampuan tersebut akan dipengaruhi oleh factor biologis dan lingkungannya. Pengaruh dari faktor biologis ini biasanya terjadi saat terjadinya pembuahan yang mengh asilkan benih manusia (zygote) yang kemudian berkembang menjadi organ isme atau janin sebagai calon manusia yang dikenal sebagai fetis atau bayi dalam kandungan. Faktor biologis ini secara tidak langsung dipengaruhi pula oleh makanan yang ibu makan saat mengandung, perawatan pada ibu, dan proses kelahiran.
Pengaruh dari faktor lingkungan dimana faktor ini merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan. Faktor lingkungan ini memiliki beberapa aspek seperti:
1. Alamiah sosial dimana bentuk pergaulan, tingkat sosial, tingkat ekonomi, bentuk daerah tempat tinggal member andil dalam terbentuknya sikap kognitif dan afektif individu.
2. Budaya dimana kebiasaan dalam konteks keluarga dan diluar keluarga akan memberi warna terhadap perilaku individu.
Jadi, dalam proses perkembangan gerak secara konstan seharusnya mengingatkan individu. Setiap individu memiliki keunikan tersendiri dalam hal perkembangan dan kemahiran akan kemampuan gerak. Ada beberapa teori yang mengungkapkan mengenai keunikan itu. Salah satu diantaranya adalah Gallahue. Pada tahun 1989 Gallahue pernah memaparkan mengenai keterkaitan lingkungan belajar dan satu dengan lainnya dalam proses perkembangan gerak sebagai berikut.
Sejarah Mengenai Bidang Studi Perkembanagan Gerak
Usaha awal dalam studi perkembangan motorik anak-anak telah dimulai sejak tahum 1930-an oleh Bayley, Gessel dan Thompson (1934), Mc Graw (1935) dan Sherly (1931). Terdorong oleh perhatian merekan terhadap hubungan kematangan dan belajar pekrembangan kognitif, maka studi perkembangan motorik pada bayi dilakukan. Setelah mengamati sifat perkembangan normal penguasaan gerakan-gerakan rudimentari hingga pola perilaku yang matang, merekan sampai pada kesimpulan walaupun kecepatan anak-anak mencapai kemampuan gerakan agak berbeda-beda hasil studi menunjukan bahwa pemerolehan kemampuan bergerak berdifat universal dan sergam.
Hasil studi yang dilakukan oleh Gessel dan Thompson (1929) dan Mc Graw (1935) dengan menggunakan metode Control Co-Twin menunjukan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan umum dan latihan khusus terhadap pemerolehan berbagai kemampuan gerakan. Studi yang dilakukan Monica Wild (1938) mengenai perilakuu memlempat menandai awal penelitian mengenai pola-pola perkembangan gerakan pada anak-anak. Sayangnnya, setelah itu kegiatan penelitian mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan perkembangan motorik pada anak-anak menurun hingga tahun 1960-an kecuali disertasi Dorothy deach (1951) yang tidak dipublikasikan.
Sejak tahun 1960 studi perkembangan motorik kembali marak antara lain dengan adanya penelitian Helverson bersama beberapa mahasiswanya di Universitas Wisconsin mengenai penguasaan kemampuan gerakan fundamental pada anak-anak dan mekanisme yang mengatur penguasaan dan pengembangan keterampilan itu.
Secara singkat sejarah mengenai perkembangan gerak telah dipublikasikan beberapa tahun silam. Keogh dan Thomas menjelaskan bahwa studi tentanag perkembangan gerak telah muncul sekitar tahun 1920 hingga 1930 oleh para dokter yang tertarik dengan skala perkembangan kemajuan manusia sejak bayi.
Para ahli percaya bahwa perkembangan gerak mulai sejak usia bayi. Dimasukan dalam kelompok ini adalah Darwin tahun 1877 yang telah menulis uraian singkat tentang riwayat hidup dari seorang bayi, sedangkan Shin tahun 1900 telah menulis mengenai biografi seorang bayi.
Para ahli setuju bahwa temuan Darwin dan Shin telah memberikan pengaruh terhadap kemajuan ilmu perkembangan gerak, namun pada tahun 1987 dimana observasi yang yang dilakukan Tiedemann kepada anaknya sendiri yang berusia 2 tahun telah menjadi tonggak awal periode ½ sejarah perkembangan motorik yang oleh Clark dan Whitall dinamakan periode pendahuluan (precursor period) dalam perkembangan gerak.
Clark dan Whitall memaparkan bahwa periode dalam sejarah perkembangan gerak dapat dibagi ke dalam empat periode yaitu sebagai berikut:
1. Periode pendahuluan tahun 1787-1928, dimana observasi deskriptif yang dilakukan oleh para peneliti ditetapkan sebagai sebuah metode untuk mempelajari perkembangan manusia.
2. Periode kematangan tahun 1928-1946, dimana perkembangan gerak mulai muncul dan proses biologis merupakan pengaruh utama dalam membentuk perkembangan manusia.
3. Periode normative/deskriptif tahun 1946-1970, dimana pada pertengahan tahun 1940 minat terhadap kajian perkemb angan gerak menjadi memudar dan mampu bangkit kembali pada awal tahun 1960. Kebangkitan kembali terhadap kajian perkembangan gerak ini diprakarsai oleh guru pendidikan jasmani yang berminat terhadap perkembangan gerak anak didiknya sehingga memunculkan teori Kephart.
Lahirnya teori Kephart diawali den gan persoalan yang dihadapinya di dalam kelas terhadap anak-anak yang lamban dalam belajar. Kephart memberikan beberapa bentuk aktivitas gerak fisik kepada mereka dengan maksud agar para siswa tersebut bias berubah akan sikap dan kemampuannya dalam belajar. Disini Keph art telah mengeluarkan pernyataan bahwa secara pasti aktivitas gerak telah terbukti meningkatkan kemampuan dan performa akademik.
Hingga saat ini teori Kephart masih tetap digunakan oleh para professional dalam pengajaran. Kephart secara umum dipercayai dengan inisiatifnya yang menekankan bahwa para pendidik cenderung menempatkan pada aktivitas gerak untuk meningkatkan performa dan kemampuan akademik para siswa. Dia menyakini bahwa rendahnya kemampuan belajar adalah akibat integrai panca indra yang lemah. Integrasi panca indra merupakan langkah kritis dalam proses persepsi gerak.
Kephart juga meyakini bahwa proses umpan balik perlu untuk mengoreksi kesalahan gerak dan dapat menyempurnakan gerak lainnya pada masa yang akan dating. Kephart berteori bahwa partisipasi dalam bentuk gerak dasar akan membantu integrasi panca indra dan masalah umpan balik. Oleh karena itu meningkatnya kemampuan belajar anak seperti kemampuan membaca dan kemampuan kognitif lainnya.
Metode
Terdapat dua cara utama meneliti perkembangan motorik yaitu studi longitudinal dan studi cross-sectional. Oleh karena studi perkembangan motorik meliputi studi mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam perilaku motorik, maka metode longitudinal merupakan metode yang ideal. Yang dimaksud metode longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam waktu yang lama. Sebagai ilustrasi, seorang yang diikuti perkembangannya sejak lahir hingga meninggal atau menyelidiki sese orang untuk sebagian waktu hidupnya, misalnya selama masa kanak-kanak. Dengan metode ini biasanya diselidiki beberpa aspek perilku pada satu atau dua orang yang sama selam beberapa tahun, misalnya 5 hingga 10 tahun. Dengan demikian akan diperoleh gambaran perkembangan tersebut secara menyeluruh.
Keuntungan metode longitudinal adalah bahwa proses perkembangan dapat diikuti dengan teliti. Namun kerugiannya adalah peneliti sangat tergantung pada orang yang diselidiki dalam waktu yang cukup lama. Hal ini sering kali menimbulkan kesulitan seperti tingkat dropout tinggi yang disebabkan orang yang diteliti pindah, sakit atau meninggal.
Metode studi cross-sectional atau metodel tranversal adalah cara dimana peneliti mengumpukan data dari sekelompok orang yang berbeda dengan tingkat usia bervariasi pada waktu yang sama. Meskipun metode ini hanya menghasilkan perubahan-perubahan individu, asumsi-asumsi dasarnya adalah bahwa penelitian subjek secara acak akan memebrikan sample representatif dari populasi untuk setiap kelompok yang diuji. Studi0studi cross-sectional hany dapat membedakan tipe perilaku pada tingkat usia tertentu yang sedang diteliti. Banyak sekali studi perkembangan motorik menggunkan metode ini dengan alasan bahwa metode ini lebih sederhana dan lebih langsung kesasaran. Salin itu data yang terkumpul melalui studi longitudinal pada umumnya mendukung hasil penemuan dari studi cross-sectional walaupun efek-efek pemblejaran atas suatu performans yang dilakukan berulang-ulang masih tampak (Wckstorm, 1977).
Untuk mempelajari perkembangan motorik, metode longitudnal dan cross-sectional dapat diaplikasikan dalam berbagai format penelitian. Suatu penelitian dapat berbentuk studi eksperimental atau dapat menggunakan metode cross-sectional melalui pengamatan naturalistik, survei, wawancara, laporan, studi kasus, atau ggabungan dari metode-metode tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak peneliti dalam bidanga psikologi perkembangan dan perkembangan motorik melakukan penggabungan disain peneliti longitudinal dan cross-sectional meneliti beberapa kelompok selam beberapa tahun, tetapi dengan membuat pengelompokan sedemikian rupa hingga ada keadaan saling menutupi dalam faktor usia. Seabagi ilustrasi. Satu kelompok terdiri dari anak-anak usia 12, 13 dan 14 tahun, kelompok lainnya berusian 15, 16 dan 17 tahun. Sifat longitudinalnya ada dalam mengikuti kelompok lainnya tadi selama tiga tahun berturut-turut, sedangkan cross-sectionalnya dapat dilakukan dengan membandingkan usia 14 tahun yang saling menutupi tadi mengenai beberapa prilaku tertentu. Metode ini sering disebut “ Mixed Longitudinal”\ Method”. Methode ini menggabungkan aspek-aspek terbaik dari metode longitudninal dan metode cross-sectional untuk membedakan dan menjelaskan perubahan-perubahan dan perkembangan motorik (Scale dan Baltes, 1970)
Metode yang lain yang disebut “Time-lag” membandingkan orang-orang dari usia yang sama tetapi bersal dari kohort yang berbeda-beda. (Kohort artinya kelompok orang yang lahir dalam tahun yang sama. Schle (1965) menunjukan pentingnya observasi yang dilakukan berulang-ulang dan tidak tergantung satu sama lainnya sehingga orang-orang dari kohort yang sam diobservasi, misalnya dua kali.
Selama bertahun-tahun telah terjadi pergeseran dalam studi perkembangan motorik anak-anak yaitu dari proses ke produk dan kini kembali ke proses. Para peneliti terdahulu menegaskan pentingnya studi proses gerakan yakni bentuk dan fungsi. Halverson (1937), Shirley (1931) dan Wild (1938) sama-sama menegaskan bahwa penelitian yang terpenting adalah pada penguasaan pola-pola gerakan. Saram-saran mereka bertalian dengan penelitian proses perkembangan keterampilam mototrik banyak digunakan hingga tahun 1960-an.
Wickstrom (1997) mengindikasikan bahwa “ada satu hubungan positif tetapi bukan hubungan kausal antara proses dan produk”. Faktor-faktor yang mempengaruhi performans seperti kekuatan, kecepatan gerakan, agilitas atau kelincahan, koordinasi dan waktu reaksi mempunyai dampak pada kemampuan performans tetapi tidak bisa mempengaruhi proses sampai pada kadar yang signifikan.
Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian perkembangan penelitian pada bayi dan anak-anak. Bila informasi yang dikumpulkan secara berangsur-angsur itu diperbanyak, kita akan mendapatkan gambaran yang telah akurat mengenai proses yang dilalui melalui perkembangan motorik anak-anak. Usaha-usaha penelitian yang menggunakan pendekatan longitudinal dan cross-longitudinal, yang menekankan kepada proses dan performans dapat memberi kontribusi yang cukup berarti bagi pemahan tetang perkembangan motorik.
Klasifikasi Usia Perkembangan dapat dilakukan dalam berbagai cara. Metode yang paling populer namun cukup akurat adalah klasifikasi berdasarkan usia kronologis. Usia kronologis, merupakan usia seseorang dalam bulan atau tahun, mungkin merupakan teknik yang paling populer karena penggunaanya yang universal dan secara konstan mewakili bagi semua orang, dengan mengetahui tanggal lahir seseorang denga mudah kita dapat menghitung usia dalam tahun, bulan atau hari.
Usia biologis dari setiap individu memberi suatu catatan tentang kecepatan kemajuannya mencapai kematangan, ini merupakan variabel usia yang mempunyai hubungan secara kasar dengan usia kronologis dan dapat ditentukan melalui pengukuran usia morfologis, usia skeletal, usia dental dan usia seksual.
Usia morfologis adalah suatu perbandingan yang dicapai seorang (tinggi dan berat badan) dengan huruf standar normatif. Ukuran normatif telah ditentukan oleh Wetzel (1948) melalui pemetaan secara mendalam terhadap tinggi dan berat badan ribuan idividu. Wetzel G. (1948) telah digunakan selama bethaun-tahun oleh para dokter anak sebagai cara utama dalam menentukan usia morfologis para pasien mereka. Walaupun kini jarang digunakan karenan adanya perubahan-perubahan sekuler dalam tinggi dan berat badan, namun cara Wetzel pada suatu saat merupakan metode yang paling populer untuk menetukan usia morfologis
Usia skeletal memberikan suatu catatan mengenai usia morfologis dari kerangka yang sedang berkembang. Usia skeletal dapat ditentukan seacara ceramat melalui sinar X pada tulang-tulang carpel pada tangan dan pergelangan tangan.
Usia dental merupakan suatu cara lainnya yang akurat tetapi jarang digunkan dalam menentukan usia biologis.
Usia seksual merupakan metode keempat yang dapat digunakan untuk menetukan usia biologis. Kematangan seksual ditentukan berdasarkan pencapaian variabel karakteristik-karakteristik kelamin primer dan sekunder. Walaupun metode kematangan biologis, namun jarang digunakan karena pertimbangan faktor-faktor sosial budaya.
Disamping metode-metode yang telah dikemukakan, terdapat pula berbagai metode yang lain yang dapat digunkan dalam mengklasifikasikan perkembangan usisa, seperti pengukuran usia emosional, usia mentalm usia konsep diri dan usia persepsual. Usia emosional adalah suatu ukuran sosialitas dan kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam suatu lingkungan tertantu. Usia mental mengacu kepada potensi mental seseorang sebagai suatu fungsi baik dari belajar maupun intelegensi. Usia konsep diri adalah suatu ukuran tentang pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri dan sering kali befluktuasi dalam usia hidup seseoranga. Usia persepsual merupakan suatu penelitian tentang kecepatan tingkat perkembangan persepsual seseorang. Semua ukuran kematangan sifatnya berubah-ubah dan semuanya berkaitan dengan usia kronologis, tetapi tidak bergantung kepadanya.
Merancang Penelitian dalam Perkembangan Gerak: Cross-Sectional dan Longitudinal
Secara umum ada dua rancangan penelitian yang telah dilakukan dalam studi perkembangan gerak. Pada rancangancros-sectional, subyek dari berbagai perlakuan atau kelompok umur yang di uji dengan alat ukur yang sama pada waktu yang sama. Contoh, untuk perkemb angan tekhnik tulis tangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Tiga kelompok dari subyek itu dapat digunakan. Satu kelompok terdiri dari anak-anak yang berusia 7-9 tahun. Kelompok kedua adalah remaja yang berusia 13-15 tahun. Dan kelompok ketiga mencakup orang dewasa yang berumur 25-27 tahun. Semua subyek akan diuji dan diukur dengan tugas menulis tangan. Seiring dengan adanya perbedaan antara kelompok akan dicatat.
Untuk rancangan longitudinal, satu kelompok subyek diobservasi secara berulang-ulang yang berbeda pula. Jadi dalam hipotesisnya akan dimulai dengan subyek anak secara periodik diuji teknik menulis tangann ya hingga mereka mencapai usia dewasa. Biasanya para peneliti memilih rancangan cross-sectional oleh karenasecara administrative lebih efisien. Disain ini menawarkan keuntungan utama mengenai efisiensi waktu. Sebab langkah ini dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Rancangan cross-sectional memerlukan peneliti untuk mengasumsi perubahan yang terjadi oleh karena perbedaan umur. Rancangan ini juga memantau perbedaan umur, tetapi bukan perubahan perilaku yang atau apa yang atau apa yang sering disebut dengan teknik. Dengan sedikit perbuatan pada teknik gerak. Contoh, anak dengan tangan kanannya mengayun sambil bergerak ke depan dengan melangkahkan kaki kanannya, atau performa sikap menagkap bola. Penelitian yang mnggunakan pendekatan yang berorientasi pada proses biasanya memfokuskan pada performa teknik gerak. Seperti anak yang mengupayalan untuk menerima bola secara akurat. Proses merupakan teknik yang digunakan untuk melakukan gerak. Performa anak dalam menangkap bola, pendekatan yang berorientasi pada proes menganalisis anak dalam mengontrol bola.
Klasifikasi Perkembangan Usia
Berikut ini merupakan tabel mengenai klasifikasi perkembangan usia :
No | Periode | Perkiraan Usia Rata-Rata |
1 | Pranatal : - Zygote - Embrio - Fetal (janin) | Pembuahan hingga lahir ke dunia - Pembuahan – 1 minggu - 2 mnggu – 8 minggu - 8 minggu - lahir |
2 | Bayi : - Neonatal - Bayi Awal - Bayi Akhir | Lahir hingga usia 24 bulan - Lahir – 1 bulan - 1 bulan – 12 bulan - 12 bulan – 24 bulan |
3 | Kanak-kanak - Anak baru belajar berjalan - Masa kanak-kanak awal - Masa kanak-kanak akhir | 2 tahun hingga 10 tahun - 24 bulan – 36 bulan - 3 tahun – 5 tahun - 6 tahun – 10 tahun |
4 | Remaja : - Remaja awal - Remaja akhir | 10 tahun hingga 20 tahun - 10 tahun – 12 tahun (W) - 11 tahun – 13 tahun (L) - 12 tahun – 20 tahun (W) - 14 tahun – 20 tahun (L) |
5 | Dewasa awal : - Baru memasuki masa dewasa - Masa kematangan | 20 tahun hingga 40 tahun - 20 tahun – 30 tahun - 30 tahun – 40 tahun |
6 | Dewasa pertengahan : - Masa transisi dalam hidup - Setengah baya | 40 tahun hingga 60 tahun - 40 tahun – 45 tahun - 45 tahun – 60 tahun |
7 | Lanjut usia - Awal memasuki lanjut usia - Lanjut usia tahap menengah - Lanjut usia tahap akhir | 60 tahun ke atas - 60 tahun – 70 tahun - 70 tahun 80 tahun - 80 tahun ke atas |
Anda sedang membaca artikel Sejarah Studi Pekembangan Motorik. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini.
Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:
0 comments:
Posting Komentar