EnsikloPenjas

Rabu, 29 Februari 2012

Fisiologi Olahraga

Kedokteran olahraga merupakan ilmu yang mengolah segala aspek medis dari kegiatan olahraga dan sangat dibutuhkan untuk mendukung atlet mencapai suatu prestasi. Prestasi seorang atlet dapat dicapai jika mampu mencapai perbaikan teknik, perbaikan alat olahraga, dan tingkat kesegaran jasmani yang baik.3 Fisiologi olahraga—bagian dari kedokteran olahraga mengambil peran dalam penilaian dan pengoptimalan tingkat kesegaran jasmani. Ditinjau dari segi fisiologi, kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebenan fisik yang diberikan (dari aktivitas yang dilakukan) tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan. Terdapat 9 unsur yang dapat diukur untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani seseorang, yaitu daya tahan (endurance), kekuatan otot (muscle strength), daya ledak otot (muscle explosive power), kecepatan (speed), ketangkasan (agility), kelenturan (flexibility), keseimbangan (balance), kecepatan reaksi (reaction time), dan koordinasi (coordination)

OTOT RANGKA 
Sekitar 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka yang dibentuk oleh sejumlah serat otot berdiameter 10-80 mikrometer.7,12 Otot rangka bekerja secara volunter. Ada beberapa bagian dari otot rangka, antara lain jaringan otot, pembuluh darah sebagai penyuplai nutrisi dan oksigen penghasil energy untuk proses kontaksi, saraf sebagai penyalur rangsang dan pengatur kontraksi, serta jaringan ikat. Secara mikroskopis, tiap serabut otot rangka terdiri atas Myofibril. Miofibril berisi miofilamen yang terdiri dari pita A (bagian tebal) dan pita I (bagian tipis). Pita A dibentuk oleh protein miosin dan terlihat lebih gelap. Sedangkan pita I yang dibentuk protein aktin terlihat lebih terang. Batas keduanya disebut dengan sarkomen. Sarkomen akan memendek ketika terjadi kontraksi.

Kontraksi Otot Rangka

Macam kontraksi
Otot dengan ketahanan yang baik dapat secara maksimum melakukan kontraksi-kontraksi berikut ini:
1.      Kontraksi isotonis
Disebut juga kontraksi konsentris atau dinamis. Dalam kontraksi ini terjadi perubahan panjang otot. Kontraksi ini dapat berupa konsentrik (otot memendek) seperti ketika mengangkat barbel, maupun eksentrik (otot memanjang) seperti saat menurunkan barbel.
2.      Kontraksi isometric
Disebut juga kontraksi statis. Dalam kontraksi ini tidak terlihat adanya gerakan, seperti ketika mempertahankan sikap tubuh atau mendorong benda.
3.      Kontraksi isokinetis
Kontraksi ini ditampilkan pada kecepatan tetap terhadap beban luar yang beragam sebanding dengan tenaga yang digunakan. Hanya dengan alat khusus kontraksi ini dapat terjadi, seperti ekstensi lutut maksimal pada dinamometer isokinetik Cybex.

b.      Mekanisme kontraksi
Secara umum, timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi melalui tahap-tahap berikut: 
  1. Adanya rangsang menyebabkan terjadinya suatu potensial aksi di sepanjang sebuah saraf motorik dan berakhir pada 1 serabut otot. 
  2. Vesicle synaps menyekresi neurotransmiter, yaitu asetilkolin, ke neuromuscular junction dalam jumlah sedikit. 
  3. Asetilkolin bekerja pada membran serat otot untuk membuka Na+-K+ channel 
  4. Terbukanya Na+-K+ channel memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian dalam membrane serat otot. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serabut otot. 
  5. Potensial aksi berjalan sepanjang bagian dalam membrane otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi di sepanjang saraf motorik. 
  6. Potensial aksi bagian dalam membran otot menimbulkan depolarisasi dalam membran otot. Pada proses ini terjadi pelepasan sejumlah besar ion kalsium dari reticulum sarkoplasma ke miofibril 
  7. Ion kalsium menyebabkan filamen aktin dan miosintarik-menarik sehingga terjadi gerakan yang sinergis antara keduanya. Keadaan inilah yang disebut dengan kontraksi 
  8. Pada waktu bersamaan terbukanya Na+-K+ channel, sarkolema menyekresi asetilkolin esterase yang akan menyebabkan menutupnya Na+-K+ channel. 
  9. telah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma sehingga kontraksi otot terhenti.
Satu aksi (rangsang) hanya akan menghasilkan 1 reaksi (kontraksi). Dengan demikian tidak terjadi kontraksi terusmenerus tanpa disertai fase relaksasi (tetanus).

Metabolisme Otot Rangka

Kemampuan kontraksi otot bergantung pada energi yang yang disediakan oleh ATP.7 Jumlah ATP yang tersedia dalam otot, bahkan otot yang terlatih dengan baik, hanya cukup mempertahankan daya otot yang maksimal selama kira-kira 3 detik.12 Untuk itu dibutuhkan sistem metabolisme agar ATP tetap terbentuk. Terdapat 3 sistem metabolik dasar yang berkaitan dengan durasi aktivitas otot, yaitu:
a.       Sistem fosfagen
Energi yang dihasilkan sistem fosfagen merupakan gabungan dari 2 proses. Oleh sebab itu, energi yang dihasilkan sistem ini sangat besar.
Proses pertama adalah pemecahan fosfokreatin menjadi ion fosfat dan kreatin. Saat proses pemecahan, dilepaskan energi dalam jumlah besar yang berasal dari ikatan fosfat berenergi tinggi. Energi hasil pemecahan fosfokreatin lebih banyak dibandingkan ATP.
Pada proses kedua, fosfokreatin membentuk ikatan fosfat berenergi tinggi yang mengubah AMP dan ADP menjadi ATP. Setelah itu terjadi pelepasan energi yang disimpan dalam ATP.
b.      Sistem glikogen-asam laktat
Sistem glikogen-asam laktat terdiri dari dua tahap yaitu glikolisis dan oksidatif. Prinsipnya, glikogen otot dipecah menjadi glukosa yang kemudian akan digunakan sebagai sumber energi. Tahap glikolisis merupakan metabolisme anaerobik. Selama tahap ini setiap molekul glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat disertai pelepasan energi untuk membentuk 4 molekul ATP dari tiap molekul glukosa. Tahap oksidatif dimulai dengan masuknya asam piruvat ke dalam mitokondria sel otot. Asam piruvat bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak molekul ATP. Jika jumlah oksigen tidak mencukupi untuk melangsungkan tahap oksidatif, sebagian besar asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat kemudian berdifusi dari sel otot ke cairan intersisial untuk mengubah AMP menjadi ADP untuk selanjutnya diubah menjadi ATP.
c.       Sistem aerobik
Pada sistem aerobik terjadi proses oksidasi glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam makanan di mitokondria untuk menghasilkan energi. Bahan makanan tersebut akan berikatan dengan oksigen untuk mengubah AMP dan ADP menjadi ATP.

Bookmark and Share

JANGAN LUPA KLIK IKLANNYA YAA..
1 X KLIK SANGAT BERARTI

Anda sedang membaca artikel Fisiologi Olahraga. Terimakasih atas kunjungan serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jika memang bermanfaat, Anda boleh menyebarluaskannya dan jangan lupa untuk menyertakan sumber link dibawah ini:

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2012/02/fisiologi-olahraga.html

0 comments:

Posting Komentar